13

560 91 26
                                    

"Entahlah tuan." Juno mengangkat kedua bahunya sambil menahan rasa ingin tertawanya.

Dahyun menghempaskan berkas ke atas meja dengan sangat kesal. "Juno bagaimana isi surat perjanjian itu? Apa sudah diketahui keasliannya?"

"Belum tuan, kemungkinan satu minggu baru bisa diketahui keaslian surat tersebut."

"Satu minggu?" gumam Dahyun menghela napasnya dengan berat. Dirinya tidak akan sanggup untuk tidak bertemu dengan sana selama satu minggu.

"Tuan, kalau anda ingin bertemu dengan Nona sana. Kenapa anda tidak menemuinya? Kenapa harus menunggu keaslian dari surat itu?" Juno sengaja bertanya seperti itu, padahal ia tahu betul alasan tuannya tidak menemui sana.

Dahyun hanya diam lalu meneruskan pekerjaannya tanpa menjawab pertanyaan Juno

"Kasihan tuan Dahyun." Gumam Juno dalam hati. Juno merasa sedih dengan nasib percintaan dahyun. Di saat tuannya itu sudah bisa membuka hatinya pada seorang wanita tapi disaat itu pula dahyun dihadapkan pada sebuah kenyataan.

Kenyataan kalau tuannya itu sudah dijodohkan dengan putri tuan siwon. Dan sebagai seorang anak yang sangat menyayangi kedua orang tuanya yang sudah meninggal, mau tidak mau Dahyun pasti akan melaksanakan keinginan terakhir dari kedua orang tuanya.

.

Malam harinya, di saat penghuni apartemen itu sudah tertidur lelap. Tampak seseorang berjalan menghampiri sebuah kamar, dibukanya pintu kamar tersebut dengan perlahan lalu berjalan menghampiri sosok yang tengah tertidur lelap.

"san, kenapa aku tidak pernah bisa jauh dari mu?" gumam Dahyun menatap wajah sana yang tertidur lelap. Pikirannya kembali teringat pada surat wasiat kedua orang tuanya, yang memintanya untuk menikah dengan mina.

"Aku tidak akan pernah bisa berpisah denganmu." Dahyun naik ke atas tempat tidur lalu memeluk sana dari belakang. Mendekap erat tubuh wanita yang selalu dirindukannya itu.

Sana yang merasa ada sesuatu yang berat menimpa pinggangnya, mulai terusik dari tidurnya. Dengan perlahan sana membuka kedua matanya yang masih terasa berat.

"Ah ..." Teriak sana saat menyadari ada tangan yang melingkar di pinggangnya. "Siapa kau?" sana berusaha untuk melepaskan tangan tersebut dan mencoba menengok kebelakang.

"Jangan bergerak!" Bisik dahyun tanpa melepaskan pelukannya.

"Tu-tuan Dahyun!?" pekik sana saat mendengar suara yang sangat dikenalnya. "Lepaskan tuan, ini tidak baik!" sana berusaha melepaskan tangan dahyun

"Diamlah san ...! Aku hanya ingin memelukmu." Dahyun semakin mengeratkan pelukannya. Dia ingin meyakinkan hatinya sendiri, apakah hatinya memang sudah milik sana seutuhnya.

Sana yang sudah lelah meronta, akhirnya menyerah dan membiarkan dahyun memeluknya.

"Tuan, aku ini bukan wanita murahan! Jadi lepaskan pelukan anda!" pinta sana dengan suara selembut mungkin. Agar dahyun mau mendengarkan permintaannya.

Sana merasa tidak kuat jika dipeluk terus seperti itu, bahkan jantungnya sudah berdetak tidak karuan meletup-letup seperti bunyi kembang api.

"Will you marry me?" bisik dahyun mengecup kening sana dengan lembut.

Sana yang sangat terkejut, tidak mampu berkata-kata dan hanya bisa mendongakkan kepalanya. Menatap wajah dahyun yang sedang tersenyum padanya.

Sana merasa pendengarannya pasti sedang bermasalah, karena tidak mungkin seorang dahyun melamar dirinya.

"Tuan, apa yang baru saja anda katakan?" tanya sana berusaha memastikan apa yang didengar olehnya.

"Will you marry me?" Dahyun mengulangi perkataannya dengan penuh kemantapan. Dirinya sudah merasa sangat yakin pada apa yang dirasakannya, itu sebabnya ia memberanikan diri untuk melamar wanita pemilik hatinya.

[END]POSSESSIVE YOUNG MASTRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang