22

478 80 9
                                    

Setelah sana masuk ke dalam rumahnya dan chaeyoung pulang ke apartemennya, seseorang dari rumah sebelah yang sejak tadi berdiri di dekat jendela yang melihat dan mendengar percakapan keduanya. Saat ini tengah mengepalkan kedua tangannya dengan erat, karena menahan kemarahan yang ada dihatinya.

Dengan langkah yang gontai pria itu berjalan menuju kursi kecil di ruang tamu, lalu menatap langit-langit ruangan sambil menghela napasnya. Ia harus bisa menahan emosi yang ada di dalam dadanya, agar persembunyiannya tidak diketahui oleh wanita itu.

"Sebentar lagi kita akan segera bertemu." Pria itu tersenyum penuh arti.

.
.

Keesokannya harinya.

Sana yang tengah melayani pembeli di restauran milik chaeyoung, tidak menyadari ada seseorang yang sejak tadi melihatnya dengan sangat intens. Sosok itu tersenyum saat melihat wanita yang ia tatap, tengah berjalan kearah mejanya.

"Nona ini pesan Anda." sana menaruh minuman keatas meja.

"Terima kasih." Ucap wanita itu.

"Sama-sama Nona." Sahut sana dan hendak pergi dari tempat tersebut.

"Tunggu Nona!" seru wanita itu. "Bisa kita bicara sebentar."

Sana terdiam dengan wajah yang bingung. "Anda berbicara denganku?" tanya sana menunjuk dirinya sendiri.

"Ya, tentu saja." Wanita itu tersenyum. "Namaku eunha." ia mengulurkan tangannya.

"Sana." sana menerima uluran tangan wanita cantik dengan rambut hitam sebahu.

"sana, nama yang bagus." Puji eunha.

"Bisa kita berbicara sebentar?" pinta eunha

"Emm ..." sana menatap kebelakang dan melihat masih banyak pelanggan yang belum di layaninya. "Maaf Nona aku masih kerja, jadi—"

"Oh ya ampun aku lupa kalau Anda masih bekerja." eunha tersenyum tidak enak hati. "Bagaimana kalau kita mengobrol di jam istirahatmu?" tanya eunha

"Aku—" sana ragu-ragu ia merasa takut jika berbicara dengan orang asing.

"Kau tenang saja aku ini bukan orang jahat, dan kita mengobrol di sini saja! Bagaimana?" bujuk eunha

"Em, baiklah." Jawab sana

Setelah menyetujui ajakan eunha untuk berbicara, sana pun kembali disibukkan dengan kerjaannya. Hingga akhirnya jam istirahat pun tiba, dan dengan segera sana menghampiri tempat duduk wanita yang bernama eunha

"Maaf nona ingin berbicara apa?" tanya sana tanpa basa-basi, karena ia tidak mau terlalu berlama-lama berbicara dengan orang asing.

"Oh ya aku lupa memberitahu mu, kalau aku ini berprofesi sebagai dokter kandungan."

"Dokter kandungan?" sana mengerutkan keningnya dengan wajah yang bingung.

Eunha tersenyum lalu menceritakan tujuan ingin berbicara dengan sana, karena ia sedang melakukan riset pada beberapa Ibu hamil.

"Jadi Anda tahu kalau aku ini sedang mengandung?" tanya sana dengan wajah yang terkejut.

"Tentu saja, apa kau lupa kalau aku ini dokter kandungan." Seloroh eunha.

"Jadi aku bisa membedakan mana wanita yang sedang hamil atau tidak." Ujar eunha dengan senyum dibibirnya.

Sana hanya tersenyum malu-malu, ia tidak menyangka ada orang yang bisa tahu kalau saat ini dirinya tengah mengandung.

"Jadi bagaimana? Apa kau bersedia membantu aku dengan menjawab beberapa pertanyaan dariku?" tanya eunha

"Aku bersedia." Jawab sana dengan tersenyum, ia merasa senang sekali bertemu dengan dokter kandungan. Sehingga ia pun bisa bertanya-tanya tentang beberapa keluhan yang akhir-akhir ini ia rasakan.

Dan setelah tanya jawab seputar kehamilan selama sepuluh menit, eunha pun segera pergi dari cafe tersebut setelah sebelumnya memberikan tanda terima kasih pada sana

Sana sendiri tersenyum senang saat mendapatkan goodie bag dari eunha yang berisi susu ibu hamil, Walaupun tadi sempat menolaknya tapi akhirnya sana menerim goodie bag itu karena eunha yang memaksa.

Sementara itu eunha yang sudah berada di dalam mobil, langsung mengambil ponselnya dan segera menghubungi seseorang untuk memberikan kabar kalau titipannya sudah sampai di tangan sana

.

"Tuan titipan Anda sudah diterima oleh Nona sana." Ucap Juno setelah menutup sambungan teleponnya dari eunha teman baiknya.

Dahyun yang tengah duduk di atas kursi kerjanya, menatap pada asistennya. "Bagus, Juno" Sahut Dahyun dengan senyum dibibirnya, ia merasa senang susu yang dibelinya sudah diterima oleh sana

Dahyun pun kembali menatap berkas yang ada ditangannya sambil menyesap cangkir yang berisi air kopi di dalamnya.

"Tuan apa semalam Anda tidak bisa tidur lagi?" tanya Juno karena ia melihat sudah dua cangkir kopi hitam yang dihabiskan dahyun, ia juga melihat wajah tuannya yang terlihat kusut, dan garis hitam yang melingkar di bagian bawah mata.

"Juno apa tidak ada pertanyaan lainnya dalam satu Minggu ini?" sindir dahyun pada asisten pribadinya.

Juno tersenyum sambil menggelengkan kepalanya, ia tahu kalau tuannya itu pasti sangat tersiksa setiap malamnya.

"Tuan apa perlu aku pasangkan pendingin ruangan di rumah itu dan mengganti tempat tidurnya? Agar Anda bisa sedikit tidur nyenyak tanpa batuk-batuk karena udara yang pengap dan kotor." Saran Juno, karena ia tahu betapa menderitanya dahyun tinggal di tempat kecil seperti itu, tanpa tempat tidur yang nyaman dan pendingin ruangan.

Dahyun yang terbiasa tinggal di tempat yang mewah dan bersih, pasti akan sangat susah untuk beradaptasi ditempat seperti itu.

"Ck, kenapa tidak sekalian saja kau bawa lemari pendingin, televisi, dan peralatan lainnya." Ketus dahyun.

"Ide yang bagus tuan, aku akan menyuruh pelayanan untuk membeli semua itu dan menaruhnya di rumah kontrakan Anda." Seru Juno dengan tersenyum.

"Oh ya ampun." Dahyun menghela napasnya dengan kasar. "Juno sejak kapan kau menjadi bodoh seperti ini?" sindir dahyun

Juno mengerutkan keningnya lalu terkekeh geli saat sadar atas kebodohannya.

"Maaf tuan, aku lupa kalau Anda sedang sembunyi-sembunyi berada di dekat Nona sana." Seloroh Juno

Dahyun tidak menyahut perkataan Juno dan lebih memilih memijat tengkuknya yang terasa kaku. Tidur di tempat yang sangat sempit dan tidak empuk membuat tubuhnya selalu terasa pegal-pegal.

"Tuan sampai kapan Anda akan bersembunyi di tempat tersebut?" tanya Juno yang merasa waktu satu minggu sudah cukup bagi seorang dahyun tersiksa.

Dahyun menaruh berkas di atas meja lalu menghela napasnya, ia kembali mengingat kejadian kemarin malam yang sukses membuatnya emosi.

Karena lagi-lagi dahyun harus melihat kebersamaan sana dengan chaeyoung dan melihat bagaimana sahabatnya itu berusaha mengambil hati wanitanya.

Kalau saja dahyun tidak ingat chaeyoung lah orang yang selama ini membantu sana, di saat dirinya belum menemukan keberadaan sana. Mungkin pada saat itu juga dahyun langsung memberikan pelajaran pada sahabatnya, karena sudah menghasut sana dengan berkata-kata kalau dirinya tengah bersenang-senang dengan istri cantiknya.

"Aku hanya menunggu waktu yang tepat untuk membawa sana kembali ke Mansion milikku." Sahut dahyun dengan suara yang bergetar menahan gejolak yang berkecamuk di dalam dadanya saat teringat penyebab dirinya, kini harus berhati-hati dalam mengambil tindakan.

"Kau masih ingat bukan rekaman CCTV itu? Aku tidak ingin sana mengalaminya lagi, apa lagi sekarang sana sedang mengandung anakku." Lirih dahyun

Juno menganggukkan kepala, ia kembali mengingat saat dahyun melihat rekaman CCTV yang berhasil ia retas.

Terlihat sana hampir tertabrak mobil chaeyoung, dan itu sukses membuat tuannya hampir mati berdiri.

Dan sejak saat itu dahyun mulai bersikap lebih hati-hati dan tidak gegabah untuk urusan sana.













Jangan lupa vote ya

[END]POSSESSIVE YOUNG MASTRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang