TERIK matahari benar-benar membuat semua murid yang tengah berada di lapangan sekolah seperti dipanggang hidup-hidup. Banyak yang melontarkan keresahan bahkan tak sedikit yang memilih keluar dari barisan upacara untuk berlindung dibawah pohon.
"Nah karena itu betapa pentingnya kita dalam menjaga kebersihan lingkungan sekolah...” Guru itu menatap sekitar lapangan tepatnya pada murid maupun guru-guru yang ikut risih akibat lamanya ia berpidato di detik-detik terakhir upacara.
"Ekhem.. baiklah kelihatannya sudah cukup, itu saja yang ingin saya sampaikan sebagai guru kesiswaan di sekolah ini, saya akhiri Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.."
"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh!" jawab semua murid dengan kompak. Pemimpin upacara pun melanjutkan tugasnya untuk menutup upacara hari ini.
Jika semua orang sibuk dengan terik matahari maka tidak bagi seorang Nazwa, waktu upacara tidak akan ia sia-sia kan begitu saja untuk menatap sang pemimpin upacara yang tidak lain dan tidak bukan adalah Varel, wakil ketua osis yang dijadikan incaran para adik-adik kelas.
Karena selain tampan, Varel juga dikenal dengan sosok senior yang ramah terhadap siapa saja, jadi tak heran jika Varel di sukai oleh banyak orang.
Semua berawal sejak Varel membantu Nazwa yang sedikit kesulitan mencari buku di perpustakaan dan tidak hanya itu, Varel juga melontarkan sebuah lelucon.
Tetapi, Nazwa dikenal dengan sikap dinginnya jika menyangkut laki-laki bahkan tentang cinta?
Semua orang tahu, Nazwa adalah gadis yang paling sulit di dekatkan dengan laki-laki bahkan Zena pun bingung dengan tipe bagaimana yang dapat meluluhkan hati Nazwa.
Dan tidak disangka, dalam beberapa waktu ia sering dihadapkan dengan seorang Varel dan seiring berjalannya waktu Nazwa menjadi semakin penasaran dengan sosok wakil ketua osis itu. Itulah awal mula terbentuknya hobi baru, yaitu menatap Varel secara diam-diam.
Bel pertanda masuk berbunyi, beberapa kelas pun sudah di masuki oleh guru yang bersangkutan. Giliran kelas 11 Ipa 2 yang dimasuki oleh seorang guru muda yang mengajar pelajaran Bahasa Indonesia.
Kegiatan pembelajaran pun diawali dengan absensi, satu persatu nama disebutkan sesuai nomor absen masing-masing.
"Aidan Alifian."
"Hadir Bu!"
"Arshaka Andrean Wibawa."
Semua murid saling tatap karena tidak ada satupun yang mengangkat tangan maupun mengucapkan kata hadir.
"Nggak masuk kali?" Tiba-tiba seorang lelaki masuk dengan tumpukan buku yang ada di tangannya.
"Ohh, kamu ya Arshaka, yang tadi bantuin saya bawa buku ini, terima kasih ya.." kata Bu Linda sembari tersenyum pada lelaki itu. Sedangkan lelaki itu hanya mengangguk kecil dengan senyum tipis di wajahnya sebelum akhirnya duduk di bangkunya sendiri.
"Naysa Razena.."
"Hadir!" Zena mengangkat tangannya ketika namanya di sebutkan.
"Nazwa Sandriella.."
Nazwa mengangkat tangannya, "Hadir!"
"Nazwa.. nggak ikut seleksi osis tahun ini? Siapa tahu bisa menggantikan Bintang sebagai ketua osis." ucap Bu Linda yang dibalas dengan gelengan kecil oleh Nazwa.
"Nggak Bu, Nazwa mau fokus belajar aja."
Setelah menerima respon anggukan dari Bu Linda, Nazwa mendekat pada seorang gadis yang menyenggol lengannya."Bukannya Varel Osis ya? Kenapa lo nggak mau masuk osis?" tanya Chika, salah satu teman Nazwa yang termasuk pada pertukaran kelas, Chika berasal dari kelas 11 Ipa 1. Bisa dikatakan Chika adalah murid pintar setelah Anna, yang berasal dari kelas yang sama dengannya.
Sedangkan Nazwa dan Zena memang sudah bersama sejak kelas 10 bahkan jauh dari situ mereka sudah sekelas sejak duduk di bangku Sekolah Dasar.
"Justru karena itu gue nggak mau, kalo gue masuk Osis kesempatan buat dekat sama dia jadi menipis.." Chika yang baru tersadar pun memahami sesuatu, anggota Osis menerapkan rasa kekeluargaan yang kuat sehingga mereka tidak boleh ada yang terlibat pacaran karena itu akan berdampak pada rasa persaudaraan mereka.
***
Kini, Nazwa, Zena, Chika beserta Anna tengah berjalan menuju kantin. Dengan Chika yang terus menggombali Nazwa tentang Varel, tak heran karena Chika dan Varel adalah teman satu SMP jadi Chika lumayan mengenal Varel.
"Saran gue sih mending lo bilang deh sama Varel kalo lo suka sama dia, mumpung belum ada cewek yang bisa dapetin hati Varel." ucap Chika.
"Nggak, nggak, nggak! Gue nggak ngerestuin kalo lo ngomong sama Varel, dimana harga diri lo masa cewek duluan yang nembak?" ujar Zena menolak ucapan Chika.
"Ya tapi kan—"
"Udah deh kalian berdua! Kok malah ribut sih karena satu cowok? Intinya kalo jodoh ya dapet, kalo nggak yaudah, apa boleh buat?" Nazwa yang sedari tadi diam pun akhirnya bersuara memotong perdebatan antara Chika dan Zena.
Zena tersenyum sembari merangkul bahu Nazwa, "Setuju gue! Lo emang paling cerdas deh."
Saat hendak melewati ruang laboratorium, tiba-tiba saja guru kesiswaan yang bernama Bu Riyana menampakkan diri sana yang membuat keempat gadis itu seketika berhenti.
"Balik atau lari?" Zena mengeluarkan suara kecil.
"Balik!" Ketika mereka berempat kompak berbalik dan disaat itu juga keberuntungan sedang tidak berpihak pada mereka.
"Kalian berempat, sebentar!"
Keempat gadis itu pun mau tidak mau berbaik dan menampakkan senyum terpaksa pada Bu Riyana yang menghampiri mereka.
"Kalian kelas berapa?"
"S-sepuluh.. eh maksudnya—"
"Sebelas Ipa dua Bu.." ucap Anna menyambung perkataan Zena yang terbata-bata.
"Sekretarisnya mana?" tanya Bu Riyana lagi.
Anna meletakkan tangannya di dada, "Saya Bu.."
"Baiklah, kamu ikut saya dan yang lain boleh pergi."
"Baik Bu.."
Setelah benar-benar melihat Anna dan Bu Riyana pergi, Nazwa, Zena dan Chika pun menghela nafas panjang karena terbebas dari hari buruk bersama Bu Riyana.
Saat hendak berbalik, Nazwa terjatuh, ia terkejut melihat seseorang yang berdiri tepat dibelakangnya. Zena dan Chika pun segera membantu Nazwa berdiri.
"Naz, lo nggak papa? Kok bisa jatuh sih!" seru Zena.
"Sorry, gue nggak bermaksud buat lo kaget, gue cuma mau ngasih ini dari—" ucap laki-laki itu terpotong.
"Lain kali hati-hati dong! Kan jadi kaget temen gue!" ucap Zena sembari merebut sebuah buku dari tangan laki-laki itu lalu menarik tangan Nazwa menjauh dari sana.
Dalam kesadaran yang hampir pulih, Nazwa menoleh ke belakang, lalu, tepat disaat yang bersamaan lelaki itu menatapnya juga, dan tatapan yang berlangsung dalam beberapa detik itu diputuskan oleh Nazwa.
inyourheart-
Author note :
Hai! Sesuai janji, aku balik lagi dengan bab 1, baru awalan kok dan kita bakal ketemu dengan alur-alur yang menarik lagi, jadi pantengin terus! ❤️
seedny-
KAMU SEDANG MEMBACA
In Your Heart [ Completed ]
Dla nastolatkówSemua bermula ketika Nazwa Sandriella harus berusaha setengah mati untuk mengejar sosok yang ia cintai. Namun, jauh dari yang diharapkan, Nazwa justru harus berhadapan dengan si kutub ketua kelas bernama Arshaka. Namun siapa sangka? Jika kutub lebih...