DALAM suasana ruangan yang begitu sunyi, dengan kondisi jendela yang dibiarkan terbuka lebar membuat angin malam masuk menusuk kulit secara bersamaan. Namun, angin bukanlah tandingan bagi pemilik kamar tersebut yang kini baru saja selesai mandi.
Bahkan dalam keadaan memamerkan perut roti sobeknya pun, ia dengan santainya berdiri di depan jendela, menatap langit malam dari lantai atas rumahnya.
Shaka, lelaki itu segera memasangkan tubuhnya dengan pakaian, bukan, bukan karena kedinginan melainkan karena ia mendengar suara Sindy yang memanggilnya.
"Masuk aja Bun.." Sindy membuka pintu kamar lelaki itu, ia masuk membawa segelas susu hangat yang sengaja ia buatkan untuk anak tunggalnya itu.
"Kok jendelanya belum ditutup, Ka?" Shaka menoleh pada jendela tersebut lalu menjawab, "Sengaja."
Sindy menggeleng-gelengkan kepalanya, "Kebiasaan! Diminum ini jangan nggak diminum, pasti baru habis mandi?" Sindy mengambil handuk kecil disana hendak membantu mengeringkan rambut Shaka yang basah.
Shaka duduk manis di tepi ranjang, membiarkan Bundanya itu melakukan hal yang sebenarnya bisa saja ia lakukan sendiri.
"Oh iya, Nazwa itu adiknya Bintang ya?" tanya Sindy dengan tangan yang masih sibuk mengeringkan rambut lelaki itu.
Shaka berdeham, "Kenapa?"
"Kapan-kapan ajak dia main ke rumah ya? Anaknya asik loh sama deh kayak Bintang cuma bedanya Nazwa itu Bintang versi cewek, kemarin juga Bunda lihat ada temennya Nazwa yang lucu itu, siapa namanya?"
"Zena." jawab Shaka.
"Nah iya, ajak deh sekalian, biar Bunda ada temen," Shaka mengangguk membalas permintaan Sindy, "Nanti Shaka ajak mereka kesini.."
Sindy berhenti setelah selesai, "Nggak telponan sama Nazwa?" Shaka hanya diam tak menjawab pertanyaan Sindy.
"Telpon dong, ajak ngobrol, siapa tahu kan jadi temen deket.." Sindy tersenyum pada Shaka yang hanya menghela nafas, "Takut ganggu waktunya, Bun.." kata Shaka.
"Yaudah deh, itu susunya dihabisin! Cepet tidur jangan begadang ya!" Sindy segera keluar dari kamar lelaki itu, setelah memastikan Sindy benar-benar telah pergi, Shaka berdiri dan duduk di kursi meja belajarnya.
Tangannya bergerak membuka komputer miliknya, satu tangan sibuk mencari sesuatu sedangkan tangan yang lain digunakan untuk menopang dagunya.
Shaka membuka sebuah file berupa foto satu kelas 11 Ipa 2, ia memperbesar foto tersebut hingga terpampang jelas wajah seorang gadis yang tengah tersenyum manis dengan mata yang menyipit. Lalu tangannya bergerak lagi pada foto selanjutnya, yaitu foto disaat mereka sedang kumpul bersama anak-anak osis di Cafe dan disana Nazwa hanya tersenyum tipis tepat berada disebelah Varel.
Rahang lelaki itu bergerak, Shaka menyenderkan punggungnya pada kepala kursi. Ia menghela nafas dan teringat dengan jawaban Nazwa pada malam itu.
"Maaf ketua kelas.. Lo tau kan gue sukanya sama siapa?"
Shaka menatap langit-langit kamarnya, Nazwa adalah gadis pertama yang mendapat pernyataan cinta darinya karena sebelum itu para gadis lah yang menyatakan cinta kepadanya termasuk Chika, namun disayangkan dari sekian banyaknya yang menyatakan cinta semua dijawab tidak oleh hatinya.
Dan kini hanya kepada Nazwa hatinya tidak pernah berkata tidak namun sayangnya pada Nazwa pula patah hati pertamanya.
Shaka tahu, Nazwa menyukai Varel yang notabenenya adalah seorang lelaki yang friendly disini Shaka mengartikan kata friendly berbeda. Menurut Shaka friendly-nya Varel itu bukanlah jenis ramah yang seperti biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
In Your Heart [ Completed ]
Teen FictionSemua bermula ketika Nazwa Sandriella harus berusaha setengah mati untuk mengejar sosok yang ia cintai. Namun, jauh dari yang diharapkan, Nazwa justru harus berhadapan dengan si kutub ketua kelas bernama Arshaka. Namun siapa sangka? Jika kutub lebih...