Bab 20

132 15 1
                                    

SETELAH selesai membeli semua yang sekiranya bagus untuk hadiah ulang tahun Ibu Shaka, kedua remaja itu memutuskan untuk beristirahat sejenak, mengisi perut mereka berdua hingga kini Nazwa dan Shaka tengah duduk berhadapan ditemani dengan es krim.

Nazwa cukup terpesona dengan pengakuan besar dari Shaka padanya, ternyata selain Cafe, Mall ini juga atas nama Ayahnya, bisa dibayangkan sekaya apa lelaki itu. Nazwa sungguh tidak menyangka jika Shaka terlahir dari keluarga sultan.

Ayahnya yang pintar dalam usaha dan Ibunya yang merupakan mantan desainer membuat Nazwa menggeleng-geleng kepala, pantas saja terlahirlah seorang Shaka yang hampir sempurna. Tidak salah, jika Chika begitu menyukai Shaka.

"Eh by the way, kenapa tadi kita harus diem-diem masuk ke ruangan rahasia 'itu'?" tanya Nazwa sedikit berbisik.

Shaka yang baru saja memasukkan sesendok kecil es krim ke dalam mulutnya pun menjawab, "Kalo semua orang tahu, bukan rahasia namanya." Nazwa mengangguk-anggukan kepalanya, benar juga apa yang dikatakan oleh lelaki itu.

"Tapi kan, ketua kelas, kenapa lo tutup-tutupin identitas lo yang sebenarnya bahwa lo itu anak orang kaya.. gue tahu sih, semua orang punya privasi tapi kalo orang lain jadi lo misal kayak anak-anak pejabat lainnya pasti mereka terang-terangan tuh mengakui kekayaan mereka." kata Nazwa.

"Semua orang punya pendapat dan cara berbeda-beda buat nunjukin apa yang mereka punya, apalagi manusia ini tempatnya ego bersarang. Mungkin, mereka bahagia dengan nunjukin semua keunggulan mereka tapi nggak dengan gue, karena dengan begini juga gue bisa tau siapa orang benar-benar teman dan siapa yang nggak, intinya selagi gue masih bisa hidup tenang tanpa memperlihatkan identitas asli, gue nggak peduli sama semua hal."

Nazwa menganga mendengar setia kalimat yang keluar dari mulut Shaka, matanya membinar, tangannya bergerak memberi tepukkan kecil sebagai respon untuk Shaka, "Wahhh.. bakal gue tandain hari ini karena untuk pertama kalinya lo ngomong panjang lebar lebih dari sepuluh kata! Keren sih!"

"Habisin es krim lo, habis itu kita pulang."

"Siap!"

Setelah menyelesaikan semua, Shaka segera mengantarkan Nazwa pulang ke rumahnya dengan tepat waktu sebelum langit menampakkan senjanya, walaupun Nazwa sempat ingin menghabiskan waktu melihat senja namun Shaka sudah berjanji pada Helen untuk tidak terlaku larut sore mengantarkan gadis itu pulang.

Nazwa keluar dari mobil, lalu melambaikan tangannya pada Shaka namun sebelum pergi Shaka sempat menurunkan kaca mobilnya membuat Nazwa sedikit mendekat.

"Nanti malam gue jemput." kata Shaka lalu segera menancap gas dari sana. Awalnya, Nazwa tidak mengerti apa yang dimaksud lelaki itu namun setelah beberapa langkah masuk ke halaman rumahnya barulah Nazwa mengerti bahwa Shaka ingin dirinya turut hadir dalam pesta ulang tahun Ibunya.

"Assalamu'alaikum.." bisik Nazwa saat masuk ke dalam rumahnya, Helen yang sedang duduk santai di ruang tamu menjawab salam Nazwa dengan hal yang serupa.

"Naz.. ada apa?" bisik Helen, sedangkan Nazwa menggeleng lalu menjawab, "Nggak ada apa-apa Mah!"

"Ihh kamu mah, yaudah sana mandi, ganti baju! Keburu Magrib.." Nazwa meletakkan ujung jari tangan kanan yang ia satukan tepat di sebelah alis kanan pula, membuat hormat.

Setelah itu Nazwa segera melangkah menuju koridor kamarnya, berhubung ia harus melewati kamar Bintang terlebih dahulu Nazwa terpaksa harus berjalan perlahan agar tidak diketahui oleh Bintang atau Bintang akan menggosipkannya jalan bersama Shaka.

Setelah sampai di kamarnya, Nazwa segera bernafas legah namun tidak lama ketika ia dikejutkan dengan keberadaan Zena yang ada disana.

"Kok lo ada di kamar gue?!"

In Your Heart [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang