Bab 23

91 13 1
                                    

HARI ini adalah hari yang buruk bagi Zena. Sebenarnya bukan bagi dirinya saja namun bagi seluruh murid kelas 11 Ipa 2. Pasalnya mereka terpaksa mengikuti ujian dadakan, bukan pelajaran Bahasa Indonesia melainkan Matematika.

Dan parahnya juga, setelah itu mereka akan dibuat tegang karena tepat hari ini juga, setiap kelompok yang sudah dibuat harus mempresentasikan hasil pengamatan mereka.

Nazwa yang sedari tadi menghafal akhirnya mencapai finalnya, ia tersenyum karena semua kata yang ada dapat ia serap dengan baik bagaikan air yang dengan lancarnya mengalir. Nazwa memang pintar menghafal, ia juga sempat ingin masuk jurusan IPS namun karena cita-citanya sudah bulat ingin menjadi seorang dokter kandungan, maka IPA akan menjadi tujuannya sekarang.

"Zen.." Nazwa yang hendak memanggil Zena terhenti ketika Zena memberinya telapak tangan sebagai artian 'berhenti'. Nazwa terkekeh karena Zena terlihat begitu serius menghafal hingga pada akhirnya Zena pun menghela nafas. Akhirnya gadis itu hafal bagian yang harus ia bicarakan nanti.

Memang mereka telah membagi teks laporan tersebut untuk dihafalkan masing-masing bagian. Nazwa sebenarnya mendapatkan paragraf 3 setelah Chika dan Shaka namun kebetulan ia hafal semuanya jadi kenapa tidak?

Zena terlihat memegangi tangan Nazwa dan Nazwa dapat merasakan tangan gadis itu yang berkeringat dingin. Suasana yang menegangkan memang apalagi teruntuk orang yang kurang dalam public speaking.

Dan sekarang adalah kelompok mereka untuk maju ke depan. Mereka semua mengambil nafas dalam-dalam lalu menghembuskan keluar, semuanya, kecuali Aidan dan Shaka yang sangat santai.

Topik dibuka oleh Shaka dengan ucapan salam pembuka lalu sapaan para hadirin hingga masuk ke dalam isi topik tersebut. Nazwa terpukau, Shaka benar-benar santai mengeluarkan semua kalimat dalam ingatannya, begitupun dengan Chika walaupun ia terlihat sekali sedang salah tingkah berada di sebelah Shaka hingga mukanya sedikit memerah.

Lalu tibalah Nazwa, entah mengapa ia menjadi lebih rileks setelah melihat Shaka berpidato dengan santai pula dan semua kalimatnya pun terselesaikan dengan baik dan jelas begitupun dengan Zena dan Aidan yang sama halnya. Topik pun ditutup dengan ucapan salam pula oleh mereka.

Semua orang bertepuk tangan termasuk Bu Riyana yang tak kalah kagum, sepertinya kelompok mereka adalah kelompok yang paling sempurna.

"Bagus sekali! Karena topiknya sangat bagus sekali, saya mau melempar satu pertanyaan pada kalian.. coba jelaskan secara singkat bagaimana proses pengamatan topik itu berlangsung? Maksudnya bagaimana kalian melakukan aktivitas pengamatan tersebut, apa dari sumber-sumber media sosial? Atau mengunjungi tempatnya langsung?" tanya Bu Riyana.

Mereka semua saling menatap satu sama lain hingga akhirnya Nazwa membuka suara, "Iya Bu, jadi kami mengunjungi tempatnya langsung karena nggak begitu jauh dan kebetulan pemilik tempat itu adalah Shaka, ketua kelompok, jadi kami juga bisa bertanya langsung pada pemilik tempatnya."

"Oh ya? Jadi, Arshaka pemilik tempatnya?" tanya Bu Riyana sedikit tidak percaya begitupun dengan yang lain yang tampak terkejut hingga pada akhirnya Shaka mengangguk membenarkan semua ucapan Nazwa.

"Wahh, beri tepuk tangan lagi!" Semua murid bertepuk tangan dengan meriah hingga mereka diperbolehkan untuk duduk kembali pada bangku mereka. Zena dan Nazwa saling bertos tangan karena akhirnya mereka dapat menyelesaikan tugas dari Bu Riyana dengan perfect tanpa kesalahan sedikit pun.

Anna membalikkan badannya ke belakang tepatnya menatap Nazwa sembari tersenyum, "Makasih ya Naz, udah mau ngejelasin tadi."

Nazwa mengangguk sembari membalas senyumnya, "Iya.. buat kita semua juga." Anna tersenyum lalu kembali pada posisinya.

In Your Heart [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang