HARI ini seperti biasa seorang gadis harus memanjat gerbang sekolah yang belum dibuka, bukan salah gerbangnya karena memang mentari pun belum menampakkan dirinya. Ini semua dikarenakan Bintang tengah demam sehingga Helen menyuruhnya untuk beristirahat dulu.
Nazwa berjalan riang dilapangan bulu tangkis, hawa sejuk menggelitiki kulitnya, bukannya merinding, gadis itu justru senang tak heran ia menyukai suasana yang dingin pada pagi dan malam hari.
Namun, bedanya kali ini Nazwa tidak berjalan mengitari setiap sudut sekolah, Nazwa mengingat waktu dimana ia dan Zena melihat hantu. Bahkan sekarang Nazwa berdo'a untuk tidak berjumpa dengan hantu tersebut atau dirinya tidaklah sendirian.
Tetapi keberuntungan sedang tidak berpihak padanya, kelas kosong tak ada satu orang pun dan lebih parahnya lagi tepat disaat ia menoleh pada jendela, sosok wanita berseragam sama dengannya tengah berdiri ditempat yang sama sewaktu Zena dan Nazwa melihatnya.
Tepatnya di depan kelas 12 Ipa 1, membuat Nazwa yang berada di ambang pintu, baru saja melangkahkan kakinya ke dalam kelas seketika berbalik hendak lari namun tanpa ia sadari ada seseorang yang datang dari arah belakangnya.
Karena terkejut, secara refleks kaki Nazwa melangkah ke belakang namun sayang, kakinya menginjak di tempat yang tidak tepat sehingga ia harus kehilangan keseimbangannya.
Meskipun begitu, kali ini keberuntungan berpihak padanya, secara cepat pula seseorang itu menggerakkan tangannya, menahan tas ransel yang ada di belakang Nazwa dengan tangan yang satunya menahan lengan Nazwa.
Shaka menatap kedua netra mata coklat indah milih gadis itu, tanpa berpikir panjang ia menarik Nazwa sehingga kini Nazwa dapat berdiri tegak.
"Maaf gue—"
"Lo nggak papa?"
"Ha?" Nazwa tercengang dengan kalimat yang keluar dari mulut Shaka. Bahkan sampai jaringan otak Nazwa terhambat sebentar.
"Muka lo merah?" Nazwa memegangi mukanya lalu menggeleng kuat.
"Nazwa, ada apa?" tanya Shaka lagi yang semakin membuat Nazwa double shock.
"I-itu tadi ada.." Nazwa hendak menunjuk pada jendela tepatnya pada kelas 12 Ipa 1 namun tangannya segera menurun ketika ia tidak melihat siapapun lagi disana.
Bagaimana bisa? Padahal ia jelas-jelas melihat dengan mata kepalanya sendiri ada seorang wanita berdiri depan kelas tersebut lalu hanya selang beberapa menit wanita itu menghilang persis yang terjadi disaat ia bersama dengan Zena.
Nazwa beralih menatap Shaka yang masih menatapnya, "Nggak ada apa-apa kok, gue salah kira aja, sekali lagi maaf ya nggak sengaja nabrak lo.. gue ke toilet dulu."
Nazwa segera pergi menuju toilet meninggalkan Shaka yang masih menatap punggungnya dan tanpa sadar wajah tampan itu menampakkan senyum simpul sebelum ia masuk ke dalam kelas.
Namun, ditengah perjalanan ia harus putar balik ketika tiba-tiba saja Varel berjalan bertolak arus dengannya. Nazwa memejamkan matanya berharap lelaki itu tidak melihat dirinya.
Tetapi disayangkan, Varel sudah melihatnya sejak awal bahkan sejak ia berada di kelas bersama Shaka. Varel berdeham membuat langkah kaki Nazwa berhenti.
"Nazwa kan?"
Dengan berat hati Nazwa memutar tubuhnya kembali menatap lelaki yang masih menjadi alasan dirinya untuk menghindari.
"Lo mau kemana? Bukannya tadi lo mau ke toilet ya?" tanya Varel.
Nazwa menggeleng, "Nggak, gue udah dari toilet mau balik ke kelas."
KAMU SEDANG MEMBACA
In Your Heart [ Completed ]
Roman pour AdolescentsSemua bermula ketika Nazwa Sandriella harus berusaha setengah mati untuk mengejar sosok yang ia cintai. Namun, jauh dari yang diharapkan, Nazwa justru harus berhadapan dengan si kutub ketua kelas bernama Arshaka. Namun siapa sangka? Jika kutub lebih...