Bab 10

178 18 1
                                    

NAZWA memasuki kelasnya yang belum ada satu penghuni pun. Sebenarnya Nazwa memang suka sekali datang lebih awal ke sekolahnya bahkan disaat matahari belum menampakkan diri, tetapi kali ini Nazwa sedikit telat dikarenakan Bintang yang telat bangun akibat bergadang mengerjakan tugas.

Dan lihatlah, kelasnya masih kosong. Itu berarti memang anak-anak di kelasnya hobi datang siang terutama sang ketua kelas yang tidak lain dan tidak bukan adalah Shaka, si paling cool katanya.

Sebagai sekretaris yang tak dianggap keberadaannya, Nazwa tak lupa untuk selalu mengisi buku harian kelas. Mengapa dibilang sekretaris yang tak dianggap? Karena ia beruntung, memiliki ketua kelas dan wakil ketua kelas yang sangat rajin seperti Shaka dan Anna sehingga dirinya tak perlu repot-repot berurusan dengan guru.

"Assalamu'alaikum!" ucap dua orang gadis yang baru saja memasuki kelas dimana Nazwa berada.

"Waalaikumsalam.."

"Eh Naz, udah dateng aja lo." ucap Khalista.

Nazwa terkekeh, "Kayak nggak tau aja lo Khal, siapa yang selalu datang pertama di kelas."

"By the way, nggak ada pr kan?" Kali ini Cherie yang bertanya.

"Bego banget sih lo, nanya tugas pas udah di sekolah!" kata Khalista.

"Nanya doang kali! Ngegas aja lo!"

"Ehh udah! Nggak ada tugas kok tenang aja, kalo ada pasti dikasih tau di grup kelas!" Nazwa menengahi pertengakaran antara Khalista dan Cherie yang merupakan anggota osis, mereka adalah sepasang sahabat yang memiliki kesetaraan otak, namun Khalista sedikit mendominasi.

"Astaga! Hari ini ada Matematika kan?" Cherie bertanya seraya menatap panik Nazwa dan Khalista.

"Materi terakhir, kita jawab soal maju ke depan kan tapi nggak kesampaian karena udah pulang sekolah, berarti hari ini dilanjutin dong? Aishhh.."

"Apa? Kok gue nggak tau?" tanya Khalista.

"Kan lo nggak masuk waktu itu." jawab Nazwa.

Cherie menatap dalam Nazwa yang sedang mengisi buku harian kelas. "Naz, nanti kalo disuruh maju ke depan, lo aja ya?"

Nazwa seketika melotot dan menggeleng, "Nggak, nggak! Khalista aja!"

"Lah kok gue? Gue aja nggak tau apa-apa.."

"Heyyo guys!"

Suara sahutan itu membuat ketiga gadis yang sedang berdebat menatap ke sumber pembuat suara. Zena menampakkan dirinya, melangkah ke dalam kelas layaknya seorang model yang sedang fashion show.

Zena memutari tubuhnya dan berpose seksi ala model, "Gimana penampilan gue pagi ini? Terpesona kan?"

Sementara itu Nazwa, Khalista maupun Cherie hanya menatapnya datar hampir tidak tertarik untuk menjawab pertanyaan yang aneh itu.

Zena mengubah tatapannya menjadi datar ketika tidak mendapat jawaban dari ketiga temannya itu.

"Lo pada tadi gosipin apa sih? Sampe kedengeran tau, dari ruang guru!"

"Halah, kuping lo aja yang kalo denger gosip langsung tersalurkan!" kata Nazwa.

"Oh iya, Zen, nanti pelajaran Matematika lo aja ya yang maju? Itung-itung sekalian ulurin waktu."

Mendengar ucapan Cherie, Zena menganga. "Apa? Gue nggak salah denger nih? Seorang Zena disuruh maju ke depan saat pelajaran Matematika? Rumus persegi aja gue masih nanya ke Nazwa apalagi lo nyuruh gue maju ke depan jawab soal? danger!"

***

Tibalah saat-saat yang menegangkan untuk Nazwa, Zena, Cherie dan Khalista. Entah mengapa, disaat melihat guru Matematika masuk ke dalam kelas dan menunjukkan senyum lebarnya, rasanya mereka sedang melihat hal berbahaya yang sedang menghampiri mereka. Terutama untuk seorang Cherie dan Zena.

In Your Heart [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang