Bab 3

231 23 34
                                    

Sebuah motor sport berwarna hitam pekat memasuki halaman rumah yang bernuansa merah muda itu. Seorang gadis segera turun dari motor tersebut meninggalkan lelaki yang masih berada di atas motor.

"Assalamualaikum!"

"Waalaikumsalam—" Seorang wanita paruh baya yang masih terlihat segar itu, menatap anak gadisnya dengan bingung. Pasalnya gadis itu mencium punggung tangannya lalu masuk ke dalam kamar dengan tergesa-gesa.

"Assalamualaikum.. Mah.." Bintang mencium punggung tangan Mama nya itu.

"Waalaikumsalam, Bintang, adik kamu kenapa?"

Bintang menautkan kedua alisnya, "Emang Nazwa kenapa Mah?"

"Nggak tau deh, nggak biasanya dia buru-buru gitu.."

"Buru-buru? Oh, mungkin banyak tugas kali Mah!" ujar Bintang yang dibalas anggukan oleh Helen.

"Yaudah kalo gitu Bintang ke kamar dulu ya, Mah."

"Iyaa, Bintang, Nazwa jangan lupa ganti bajunya!" teriak Helen kepada kedua anaknya itu.

"Iya Mah!"

Dengan masih terbalut seragam sekolah, Nazwa membaringkan tubuhnya diatas tempat tidur miliknya, menatap langit-langit kamarnya dengan benak yang penuh tanda tanya.

Waktu terulang pada kejadian di sekolah tadi, tepatnya disaat Nazwa sedang menunggu Bintang sampai selesai rapat osis.

"Ayo Naz.." ucap Bintang yang sudah berada di atas motor sembari mengenakan helmnya. Saat Nazwa hendak naik, tiba-tiba saja seseorang menegurnya dan Bintang.

"Duluan ya Bang, Nazwa!"

"Yoi, Rel!"

Dia adalah Varel, tetapi kali ini bukan Varel yang menjadi pusat perhatian Nazwa melainkan seorang gadis yang tengah dibonceng oleh Varel. Gadis itu bernama Della, teman sekelasnya Varel juga salah satu anggota osis.

"Bang, sejak kapan Della sama Varel deket?" tanya Nazwa.

"Nggak tau deh, tapi setau gue udah lama sih.. sejak awal masuk osis juga, tuh orang udah akrab." jawab Bintang.

Dari situ juga, Nazwa menjadi terpikir perihal Della dan Varel, apa mungkin Della memiliki hubungan lebih dari teman bersama Varel? Tapi, tidak mungkin mereka pacaran, toh, mereka adalah anggota osis.

Tapi.. siapa tahu?

Ah, Nazwa jangan overthinking!

Mungkin, mereka hanya sebatas teman dan mungkin lagi Varel hanya memberi tumpangan pada Della? Lagian, akhir-akhir ini Nazwa sering kali bertemu dengan Varel dalam keadaan tertentu, entah karena ketidak sengajaan atau memang sudah takdirnya?

Tok..tok..tok

Nazwa mengubah posisinya menjadi duduk. "Masuk aja, nggak dikunci!"

Pintu kamarnya terbuka dan menampilkan Bintang yang sudah mengangganti pakaiannya, "Makan, disuruh Mama."

Nazwa menghela nafas lalu mengangguk kecil. "Iya, duluan aja, nanti gue nyusul."

"Oke." Pintu kamarnya kembali tertutup, Nazwa segera membersihkan dirinya lalu mengganti seragam sekolahnya menjadi pakaian rumah.

Namun, disaat baru saja keluar dari kamarnya, handphone Nazwa berdering membuat Nazwa segera mengangkat telepon dari seseorang.

"Halo, Zena—"

"Naz!"

"Hem?" Nazwa berdeham seraya membenarkan tata letak gelas kesayangannya. Nazwa menautkan kedua alisnya, ketika Zena mengubah telepon menjadi panggilan vidio.

Setelah panggilan Vidio tersambung, Nazwa memutar bola matanya malas ketika melihat Zena yang sedang menyeruput penuh nikmat Jus jeruk disebuah tempat makan.

"Woi!"

"Eh?"

"Gue kira mau ngapain sampe video call, ternyata cuma mau pamer minum jus gitu?!"

Seakan baru tersadar, Zena hanya menyengir sembari berkata, "Ya maaf, gue nggak tau kalo video callnya udah tersambung dari tadi— oh iya!"

"Oh iya apaan sih Zen! Nggak jelas banget..." Mulutnya terbungkam ketika, Zena mengubah kamera handphone nya menjadi kamera belakang.

"Tuh.. lo liat kan? Awalnya gue kira gue salah liat eh waktu gue tatapin lagi ternyata bener itu Varel sama.. Della!" ucap Zena sedikit berbisik takut-takut jika orang yang sedang menjadi topik, merasa di bicarakan.

"Zena.."

"Kenapa?"

"Sharelock!"

***

"Kira-kira mereka ngapain coba kesini berdua?"

"Nggak tau sih ya, tapi apa mungkin mereka pacaran?"

"Uhhh..." Nazwa mendengus sembari meletakkan buku daftar makanan yang sedari tadi mereka jadikan sebagai tembok untuk menutupi aksi mata-mata Varel dan Della yang tengah asik mengobrol dimeja tak jauh dari posisi Nazwa dan Zena saat ini.

Zena mengelus bahu Nazwa yang terlihat kehilangan semangatnya, "Sabar ya Naz, belum ada jawaban pasti kok."

Nazwa terkekeh kecil, "Apaan sih Zena! kayak gue abis ditinggalin sama suami aja, lagian ya gue itu bukan siapa-siapanya Varel, jadi dia berhak lah mau sama siapa aja dan gue nggak berhak buat maksa dia nurutin kehendak gue sekalipun dia mau."

"Halah, sok kuat lo padahal dalam hati lo, lo patah hati kan ngeliat orang yang lo suka deket sama cewek lain? Tapi, Lo ada benernya juga, Naz, dan cinta juga nggak harus memiliki kan? Tapi, lo ngerasa kata-kata itu munafik nggak sih?"

Ya, itu adalah kata yang munafik. Bagi Nazwa, tidak ada yang namanya cinta tanpa memiliki, semua yang mencintai pasti ingin memiliki dan cinta tanpa memiliki adalah sebuah ucapan menyerah dari seseorang karena gagal memiliki cinta tersebut.

Menyerah yang terbaik adalah ikhlas jika memang dia tidak ditakdirkan untuk mu. Menyatakan semua baik-baik saja walaupun hatimu sedang berusaha untuk menerima semuanya karena kamu tahu, orang yang tepat sedang dalam perjalanan.

Tetapi bagaimana pun juga, sebelum mendapat jawaban pasti dari dia, Nazwa akan tetap berusaha.

"Naz! Mereka mau pergi."

Nazwa kembali menutupi wajahnya menggunakan buku daftar makanan, setelah Varel dan Della sudah melewati mereka, barulah Nazwa dan Zena bersiap-siap untuk mngikuti langkah kedua orang itu.

"Cepet! Keburu kita kehilangan jejak!"

Nazwa segera mengambil tasnya lalu mereka berdua keluar dari tempat makan itu, dan diam-diam mengikuti jejak Varel dan juga Della.

Nazwa sedikit berlari hendak mempercepat langkahnya ketika sudah berada di dekat parkiran mobilnya, namun tanpa disengaja Nazwa bertabrakan bahu dengan seseorang yang lebih kekar dibanding dirinya. Sehingga hampir saja membuatnya kehilangan keseimbangan.

"Eh sorry, sorry.."

"Nazwa! Cepet!"

"Iyaa!" Nazwa segera memasuki mobilnya begitupun dengan Zena. Namun, keduanya sama-sama membisu ketika ternyata Varel dan Della sudah pergi lebih dahulu.

"Ahhhhh.."

Yups! Takdir sedang tidak berpihak pada mereka.

Inyourheart-

Author note :

Holaaa!!! Gimana bab 3? Menurut kalian apa benar Varel dan Zena punya hubungan lebih dari teman? Dan, apa mungkin Nazwa bisa dapetin hati Varel? Tungguin bab selanjutnya ya! ❤️

Seedny-

In Your Heart [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang