Bab 31

69 11 0
                                    

HARI  ini tidak seperti hari lainnya, Nazwa datang ke sekolah lebih lambat dari biasanya bahkan Zena pun lebih dahulu dibandingkan Nazwa. Walau keadaannya masih tetap sama, namun rasanya tidak lagi terukir seperti kemarin.

Tidak ada yang saling menatap ketika tengah berada dijam pelajaran, tidak ada yang saling memberi senyuman, tidak ada namanya ke kantin bersama dan yang penting tidak ada lagi obrolan hangat diantara mereka berdua.

Nazwa terlihat baik-baik saja walaupun sebenarnya ada hal yang tidak mengenakkan di dalam hatinya, melepaskan seseorang yang bahkan baru saja hendak ia kenal. Semua yang Nazwa katakan semalam pada Shaka adalah kebohongan karena sebenarnya ia berkata demikian sebagai seorang perempuan.

Namun Nazwa tetaplah Nazwa, baginya waktu akan selalu berjalan dan tidak akan pernah berhenti, seperti prinsipnya dialah yang harus mengejar waktu maka Nazwa tidak akan menyia-nyiakan waktunya hanya untuk meratapi kisah cintanya, yang berakhir bahkan sebelum dimulai.

"Naz, lo yakin dengan ucapan lo semalem?" Zena bertanya sembari menyeruput minumannya. Nazwa hanya mengangkat kedua bahunya membuat Zena hanya bisa menghela nafas.

"Padahal semalam Shaka itu mau ngejelasin hubungan kalian, baru aja bakal dimulai eh lo nya malah mengakhiri, gue bukannya nyalahin lo ya, Naz, gue cuma mau lo berhati-hati,"

Nazwa menautkan kedua alisnya, "Hati-hati emang kenapa?"

"Takutnya suatu hari nanti lo nyesel, dan lo tau kan nyesel itu cuma terjadi ketika sesuatu itu nggak bisa di ulang lagi." ucap Zena yang membuat Nazwa mengangguk-anggukan kepalanya, memulai memikirkan apakah ia akan menyesal nanti sebelum semuanya terlambat.

"By the way, semalem itu gue nggak sengaja liat Bang Bintang loh," Nazwa menoleh pada Zena, "Bang Bintang ke pasar malam juga?" tanya Nazwa.

Zena mengangguk, "Iya gue liat sendiri, dia jalan bareng cewek.."

"Cuma temen kali, lagian Bang Bintang mana ada pacar!" potong Nazwa.

Zena meletakkan minumannya dimeja dengan tak santai. "Nah gue juga awalnya mikir gitu, tapi masalahnya tangannya si cewek itu digandeng sama Bang Bintang, masa temen kok digandeng sampe sebegitu mesranya? Temen apa temen itu!"

Nazwa tersedak sebentar lalu menatap Zena dengan sedikit melotot, "Serius lo?!"

"Nggak Nazwa, gue bohong, itu cuma halusinasi gue doang!" Zena memutar bola matanya seraya berdecak, "Ya gue serius lah! Masa gue ngada-ngada!"

"Siapa tuh cewek, lo kenal nggak?" tanya Nazwa.

"Emm.." Zena berpikir sejenak sembari mengingat-ingat, "Dari gayanya sih gue kenal, tapi gue nggak tau siapa soalnya nggak liat muka cuma liat Bang Bintang aja."

Nazwa menghembuskan nafasnya gusar, "Harus dicari tau sih ini, soalnya berita bagus buat diomongin sama Mama!"

Zena mengangguk setuju. "Iya, keberuntungan banget kan, selama tiga tahun Bang Bintang ditutupi oleh misteri siapa pacarnya, dan sekarang kita udah dapet walaupun cuma sosoknya aja, yang penting itu artinya ada!"

"Eh tapi gue baru inget deh, sebenernya bukan kali ini aja Bang Bintang kepergok tentang cewek, waktu itu juga gue sempet nemuin kata-kata romantis di kamarnya dan juga sebuah foto tapi sayangnya gue nggak liat foto itu, nah.." cerita Nazwa yang sengaja dipotong oleh Zena.

"Shutt.. lo udah cerita sama gue, fotonya nggak sempet lo liat kan karena diambil langsung oleh Bang Bintang, nah! Lo nyadar nggak? Berarti ada sesuatu yang disembunyiin oleh Bang Bintang dari lo maupun kita." kata Zena. Mata kedua gadis itu membinar seperti mendapatkan sebuah jalan pintas setelah jalan buntu.

In Your Heart [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang