TAMPAK dari luar jendela, senyuman manis terpancar dari ruang kamar tersebut. Tepatnya dari seorang gadis yang tengah berbaring tengkurap sembari menatap sesuatu dari layar handphonenya.
Bukan hal yang istimewa, hanya sebuah foto seorang lelaki yang tak mau menampakkan senyumnya. Tangan itu bergerak mengambil sesuatu di dalam laci meja belajar yang tak lain dan tak bukan adalah lembaran foto dua remaja yang mengenakan seragam SMA yang sama.
"Cool." Nazwa terkekeh menatap seluruh foto dirinya dengan berbagai mimik muka dan Shaka yang hanya datar namun ada satu foto yang menjadi favorit Nazwa, yaitu foto dimana ia tersenyum dengan mata tertutup dan Shaka turut tersenyum dengan tangan yang berada di atas kepalanya. Menggemaskan dan sayangnya ia baru menyadari hal itu.
Lama Nazwa menatap foto tersebut sebelum akhirnya ketukkan pintu membuatnya sontak cepat-cepat menyimpan foto tersebut dibawah bantal.
"Naz?"
Helen menongolkan dirinya dari balik pintu membuat Nazwa yang melihat itu pun menghela nafas, "Mah! Nazwa kira tadi Bang Bintang!"
Helen masuk dan menghampiri Nazwa sembari menautkan kedua alisnya, "Emang kalo Bang Bintang kenapa?"
Nazwa menggeleng seraya tersenyum, "Nggak papa.."
"Berantem ya?" tebak Helen namun Nazwa segera menggeleng, tidak membenarkan tebakkan Helen.
"Jangan sering-sering berantem loh ya, inget.. Abang Bintang itu sebentar lagi udah mau lulus, udah nggak bisa ketemu lagi di sekolah!"
Nazwa memayunkan bibirnya lalu merubah posisinya menghadap pada Helen, "Emang kenapa kalo Bang Bintang udah mau lulus, kan di rumah juga ketemu terus!"
Helen menghela nafas, pandangannya turun, tangannya menggenggam tangan cantik gadis itu. "Kamu lupa ya? Waktu masih ada Papa, kita udah pernah bahas soal ini, Bang Bintang kan bakal kuliah diluar kota dan cuma saat-saat tertentu aja bisa kembali apalagi Bang Bintang itu mengambil jurusan yang bukan main-main, peraturan militer itu ketat banget jadi nggak bisa sembarangan.."
"Jadi, sebelum hari itu, pesan Mama.. manfaatin waktu sebaik mungkin sama Abang kamu, karena setelah dia pergi nggak ada lagi yang namanya berangkat bareng, pulang bareng, kemana-mana ditemenin, ada apa-apa dijagain, dan yang paling penting, apapun yang kamu lakukan hari ini nggak akan bisa kamu lakukan lagi dimemudian hari." Helen tersenyum sembari mengelus puncak rambut Nazwa, niatnya hanya ingin mengajarkan pada gadis itu agar selain uang, ia juga pintar dalam memanfaatkan waktu.
Nazwa mengangguk, "Mah.. kenapa Bang Bintang nggak ngurusin perusahaan Papa aja? Kayak Nazwa kan Mama udah punya rumah sakit sendiri jadi Nazwa nanti tinggal nerusin punya Mama aja."
"Konsepnya gini deh, Naz, kalo kalian berdua cuma nerusin apa yang udah ada dari Mama sama Papa, takdir anak-anak kalian nanti gimana? Nggak mungkin dong, mereka bakal nurunin terus warisan orang tuanya? Setiap anak pasti punya kemampuan dan cita-cita yang berbeda-beda, lagipula warisan itu kerjaan sampingan, semua orang bisa selagi dia belajar." Jelas Helen yang kini sangat membuat Nazwa paham.
"Oh iya, kamu nggak mau makan lagi? Di dapur makanannya masih banyak loh, sayang kalo nggak dihabisin, Bang Bintang juga tumben-tumben banget makannya dikit."
"Enggak deh Mah, Nazwa udah kenyang banget, kasih sama tetangga aja," ucap Nazwa seraya mengelus-elus perutnya, Helen berdiri lalu berkata, "Yaudah deh kasih ke tetangga aja kali ya, dari pada dibuang mubazir, yaudah kamu jangan lupa belajar! Inget, Bang Bintang jangan diajakin berantem terus."
Nazwa mengacungkan jempolnya, "Siap Mah!" Helen tersenyum lalu segera keluar dari kamar gadis itu. Entah mengapa, Nazwa menjadi kepikiran dengan ucapan Mamanya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
In Your Heart [ Completed ]
Teen FictionSemua bermula ketika Nazwa Sandriella harus berusaha setengah mati untuk mengejar sosok yang ia cintai. Namun, jauh dari yang diharapkan, Nazwa justru harus berhadapan dengan si kutub ketua kelas bernama Arshaka. Namun siapa sangka? Jika kutub lebih...