Bab 26

78 13 0
                                    

SETELAH satu minggu berlalu, setelah itu pula kedekatan antara Nazwa dan Shaka tidak perlu dikhawatirkan lagi. Malam sebelum itu, benar-benar mengubah pikiran kedua remaja tersebut, seperti angin yang melalui hujan badai, begitulah kondisi keduanya saat ini.

Zena pun turut senang mengetahui aroma susu vanila telah merambat pada hubungan Shaka dan Nazwa, ya, walaupun status keduanya bukanlah seorang pacar melainkan teman dekat tetapi itu sudah cukup menyatakan segala hal.

Sementara konflik dengan Chika pun masih belum mereda, Nazwa sendiri tak ingin ambil pusing, ia memilih untuk tidak perduli lagi dengan itu karena menurutnya berdebat dengan Chika adalah hal yang tidak ada ujungnya, Chika tidak tahu dengan Nazwa dan Shaka begitupun dengan Anna yang saat itu menyaksikan pertengkaran antara Chika dan Nazwa dari luar kelas.

Zena memiliki pendapat bahwa Anna lah yang sudah memberitahu Chika sehingga membuat gadis itu marah, semua masuk akal karena sebelum itu Anna sudah tahu terlebih dahulu namun Nazwa sedikit memiliki pendapat yang berbeda.

"Ayo pokoknya nggak boleh curang.. mulai ya, hompimpa alaium gambreng!"

"Nahhh.." Zena menunjuk tangan Nazwa yang berbeda sendiri darinya, Shaka dan Aidan, "Lo Naz, harus pesenin, gue nasgor satu pake osis ya, sosisnya kecil-kecil aja jangan kegedean entar kayak kemarin lagi keselek sosis, sama es jeruk ya Naz, pake potongan jeruk dipinggiran gelasnya."

Nazwa berdecak kesal, "Banyak banget nafsu lo! Intinya nasgor sama es jeruk udah, kalian berdua?" tanya Nazwa beralih pada Shaka dan Aidan.

"Gue samain aja sama Zena, bedanya gue es teh ya.." Nazwa mengangguk mendengar jawaban Aidan lalu ia beralih menatap Shaka yang berdiri.

"Aku ikut." Zena dan Aidan yang mendengar itu sontak saja menoleh pada Shaka yang baru saja berucap.

"Oh nggak usah, Ka, aku aja yang pesenin." kata Nazwa yang justru tidak dituruti oleh Shaka.
Zena berdeham-deham sembari melirik kedua remaja itu, "Aduh keselek angin, lo ngerasain nggak sih Dan?"

Aidan tak kalah ikut berdeham hebat, "Nggak tahu Zen, tapi kayaknya iya deh."

Nazwa tersenyum miring melihat kelakuan Zena yang sengaja mengejeknya, "Yaudah deh, ayo ketua kelas yang paling pengertian!" ujar Nazwa lalu mereka segera pergi tak lupa Nazwa memberikan Zena juluran lidahnya.

"Songong lo! Mentang-mentang udah dapet!" sahut Zena yang membuat Aidan refleks menutup telinganya, hampir saja suara cempreng Zena merusak gendang telinganya.

Nazwa memesan makanan yang dipesan oleh kedua temannya itu begitu pun dengan Shaka yang turut berada di sebelah Nazwa, saat masih menunggu pesanan, tak sengaja Nazwa menangkap kehadiran Bintang disana yang sontak membuatnya berlindung dibelakang Shaka.

Shaka yang melihat tingkah Nazwa pun bertanya pada gadis itu, "Ada apa?" Namun Nazwa tetap saja menyembunyikan dirinya hingga Bintang fokus mengobrol bersama teman-temannya.

"Huhh, hampir aja." Shaka menatap ke arah yang ditatap oleh Nazwa dan ternyata ia sedang menghindari jangkauan Bintang karena jika Bintang melihat keberadaan mereka berdua pasti Bintang akan mengolok-olok adiknya itu untuk sekian kalinya.

"Nak Nazwa.. ini pesanannya." Nazwa segera mengambil pesanan tersebut begitu pun dengan Shaka yang sigap membantu Nazwa. Setelah membayarnya, mereka berdua kembali pada meja yang menjadi singgahan mereka.

"Alhamdulillah.. akhirnya sampe juga!" ucap Zena yang penuh syukur melihat kehadiran Nazwa dan Shaka, tidak, lebih tepatnya kehadiran makanan yang berhasil membuat perutnya berbunyi antusias.

"Eh lo tau nggak Naz? Gue tadi liat Chika sama Anna lewat kayaknya habis dari perpustakaan deh, bawa buku tulis gitu, apa jangan-jangan mereka nyembunyiin sesuatu lagi?" ujar Zena.

In Your Heart [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang