Bab 4

217 25 31
                                    


BINTANG mengerem motornyo tepat di parkiran sekolah tempat biasa ia memarkirkan motornya, dibawah pohon agar terlindung dari panasnya sinar matahari.

Bintang menatap ke arah kaca spionnya, gadis di belakangnya itu sedang melamun entah apa yang dipikirkan hingga tidak sadar lagi jika mereka sudah sampai di sekolah.

Lelaki itu tersenyum karena mendapatkan ide bagus untuk menyadarkan seorang Nazwa. Ia perlahan turun dari motor dengan kepala yang masih terbalut helm, lalu dalam hitungan detik ia pun berteriak.

"NAZWA! GEMPA NAZWA!" teriak Bintang seraya berjongkok sambil menutupi kepalanya seolah-olah gempa memang sedang terjadi.

"HA! GEMPAAA!" Nazwa seketika ikut turun dari motor, berjongkok melindungi dirinya dibelakang motor sembari menutup mata dan kepalanya seperti Bintang.

Bintang tersenyum sumringah lalu berdiri menatap Nazwa yang masih berada pada posisi yang sama.

"Nazwa? Ada gempa ya?" tanya seorang siswi bersama seorang temannya yang kebetulan melihat aksi jahil dari Bintang, yang malah ikut menjahili Nazwa

Nazwa membuka matanya dan menatap siswi tersebut beserta Bintang yang tertawa melihatnya. Ia menggeleng kecil menahan malu, ia segera berdiri menatap Bintang dengan bengis.

Awas lo ya! Batin Nazwa lalu pergi tak lupa menginjak kaki bintang sebelum ia pergi.

"Eh buset!"

Kedua orang siswi itu terkekeh menyaksikan pertengkaran kecil antara adik dan kakak itu. "Duluan ya Kak Bintang.."

Bintang mengangguk, "Thanks udah bantuin gue." Kedua siswi itu segera pergi pastinya terpukau dengan aura wibawa dari Bintang.

Seperti itulah Bintang, ia memiliki nama yang paling dikenal oleh banyak orang entah itu di dalam sekolah maupun di luar sekolah. Selain karena dirinya yang menyandang ketua osis, berserta wajahnya yang tampan, Bintang juga memiliki otak yang sangat cair.

Bisa dikatakan ia adalah mutiara sekolah, sejak awal masuk sekolah pun ia sudah menarik perhatian banyak guru dengan sikapnya yang tegas dalam mengambil keputusan dan rasa bertanggung jawab yang tinggi, dan tak heran lagi di kamarnya penuh dengan piala-piala yang telah ia capai.

Banyak orang yang menyukai Bintang terutama para siswi, dengan jiwa bertanggung jawab seperti itu pastilah Bintang mempunyai gadis pilihannya sendiri, namun disayangkan sampai sekarang belum ada yang tahu pasti siapa yang menjadi pilihan seorang Bintang.

Beralih pada Nazwa, yang sekarang tengah diselimuti oleh emosi karena Bintang. Tapi, ketika kamu bertemu dengan Nazwa, kamu akan dibuat bingung karena melihat ekspresinya yang biasa saja.

Begitulah Nazwa, suasana diluar belum tentu sama dengan suasana yang sedang terjadi di dalam.

"Pagi Kak Nazwa. tumben sendirian aja? Kak Bintangnya mana?" ucap adik-adik kelas yang berpapasan dengan Nazwa di koridor sekolah.

Nazwa tersenyum tipis, "Kayaknya dia lagi jalan ke kelasnya deh, oh iya kalian ada nomornya Kak Bintang nggak?"

Para siswi itu menggeleng, "Enggak kak, soalnya susah banget dapetin nomor hp nya Kak Bintang, kita minta ke anggota osis lainnya aja nggak di kasih, ya nggak guys?"

"Iya..."

"Ohh gitu.." Nazwa mengangguk-angguk lalu mengeluarkan handphone dari sakunya.

"Kalo aku yang kasih nomornya, mau nggak?" tanya Nazwa.

Mereka sontak saja bersemangat lalu segera mengeluarkan handphone mereka masing-masing. "Mau banget kak!!"

"Oke, simpen ya.." Nazwa menyebutkan nomor handphone Bintang dengan teliti begitupun dengan para adik kelas yang fokus mengetikkan nomor yang diucapkan oleh Nazwa.

In Your Heart [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang