NAZWA dan Bintang baru saja keluar dari minimarket setelah membeli keperluan rumah yang sudah hampir habis bahkan kini tangannya Nazwa sudah serat dengan plastik belanjaan.
"Udah kan? Nggak ada yang perlu dibeli lagi?" tanya Bintang membuat Nazwa mengecek kembali kertas daftar belanjaan yang perlu mereka beli dan semua telah berada di dalam plastik tersebut.
Nazwa mengangguk, "Udah semua, ayo pulang!"
"Gue mau mampir ke rumah Shaka dulu, lo mau ikut nggak?"
Nazwa yang baru saja hendak naik ke motor tiba-tiba saja kembali berdiri, ia menggeleng cepat, "Nggak, nggak! Gue nggak mau ikut."
"Tumben? Belum selesai masalahnya?" tanya Bintang membuat Nazwa kembali menggeleng, "Lagian gue juga banyak tugas di rumah, mau bantuin Mama masak juga!"
Bintang menghela nafas, "Yaudah.. cepet naik." Nazwa segera duduk di atas motor Bintang lalu mereka berdua segera pergi dari halaman minimarket tersebut.
"Gue heran deh sama lo, kenapa lo harus bohong coba sama Shaka?" Nazwa menautkan kedua alisnya mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh Bintang.
"Maksud lo, gue bohong gimana?"
Bintang berdecak, "Gue tau, lo sebenarnya udah move on kan sama Varel terus kenapa lo bilang hal sebaliknya sama Shaka? Apalagi bilang nggak suka sama dia? Nggak mungkin banget, Naz!"
"Shaka ngadu sama lo?" tanya Nazwa.
"Pikir aja sendiri, orang sedingin Shaka kok ngadu? Ya nggak lah, gue denger dengan kuping gue sendiri!" Nazwa lupa jika Bintang pun turut hadir dalam pasar malam waktu itu, terbukti dari ucapan Zena dan foto yang ia temui waktu itu.
"Lagian kenapa lo yang susah sih, Bang? Kan perasaan itu nggak bisa diprediksi, bisa aja gue gagal move on sama Varel dan karena itu juga rasa gue sama Shaka hilang, kan bisa terjadi?" ucap Nazwa berusaha mengelak semua omongan Bintang terhadapnya, tetapi Bintang adalah Bintang, ia tahu bagaimana sifat adiknya itu.
"Terserah apa yang mau lo lakuin, gue cuma mau ngingetin satu hal sama lo Nazwa, jangan pernah bohong sama perasaan sendiri."
Nazwa hanya diam, tidak menanggapi lagi perkataan Bintang, semua serba salah baginya sekarang. Berbohong pada diri sendiri salah dan membiarkan kehendak diri sendiri pun juga salah, lantas apa yang harus ia lakukan? Nazwa juga manusia yang membutuhkan kebebasan.
Cinta memang selalu membingungkan baginya untuk maju atau mudur, untuk menyerah atau tetap berjuang, untuk perduli atau tidak sama sekali. Seandainya ia tidak mengenal cinta, apakah itu akan lebih baik untuknya?
Tidak, Nazwa sendiri tidak tahu harus menjawab apa.Setelah mengantarkan Nazwa sampai rumah, Bintang pun kembali melanjutkan perjalanannya menuju rumah Shaka. Saat sampai disana terlihat Shaka yang baru saja keluar dari halaman rumahnya dengan motor sport miliknya.
"Eh Shaka! Gue baru mau ke rumah lo.." sahut Bintang memposisikan motornya sejajar dengan motor Shaka.
"Langsung aja,"
"Tumben?" tanya Bintang yang heran, biasanya juga ketika ia datang Shaka masih bersantai dirumahnya dan lalu mengajaknya bersantai bersama.
Shaka melirik pada rumahnya lalu menoleh pada Bintang, "Mama nanyain soal Nazwa."
Seakan mengerti apa yang dimaksud oleh lelaki itu, akhirnya Bintang pun mengiyakan lalu mereka berdua segera melajukan motor mereka dengan kecepatan rata-rata. Semenjak malam itu, memang Shaka tidak lagi membahas tentang Nazwa maupun berperilaku yang bersangkutan dengan Nazwa yang membuat Sindy bertanya-tanya ada apa dengan kedua remaja itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
In Your Heart [ Completed ]
Teen FictionSemua bermula ketika Nazwa Sandriella harus berusaha setengah mati untuk mengejar sosok yang ia cintai. Namun, jauh dari yang diharapkan, Nazwa justru harus berhadapan dengan si kutub ketua kelas bernama Arshaka. Namun siapa sangka? Jika kutub lebih...