SETELAH melewati pelajaran pertama, tiba-tiba seorang siswa memasuki kelas tersebut dan meletakkan kumpulan kertas diatas meja Shaka. Sontak saja itu membuat semua murid meramaikan meja Shaka mengambil kertas hasil ujian harian mereka begitupun dengan Nazwa, Zena dan Anna yang masih terlihat berdiri disana.
"Ck! Seratus, udah gue duga!" ucap Zena dengan penuh percaya diri, Nazwa mengangguk senang melihat kertas ujiannya yang memiliki nilai sama dengan Zena. Ya, yang pasti Nazwa dan Zena tidak akan saling berjauhan.
"Lo berapa Na? Pasti seratus kan?" tanya Zena yang tentu saja dibalas anggukan kepala oleh Anna.
"Eh, Shaka, lo berapa?" tanya Anna.
Shaka memberikan kertasnya yang langsung membuat Zena dan Nazwa mendekat pada Shaka, sama halnya dengan ketiga gadis itu, Shaka mendapatkan nilai yang sama. Sepertinya memang mereka adalah murid-murid pintar yang ditakdirkan dalam satu kelas.
Namun, tanpa mereka sadari, Chika menatap ketiga gadis itu dari tempat duduknya dengan amarah. Terlihat dari matanya yang perlahan memerah, ia benar-benar tidak suka jika ada yang mendekati Shaka terutama Nazwa.
Saat bel istirahat berbunyi, mereka segera memasukkan buku-buku ke dalam tas, sebelum keluar dari kelas l, Anna, Nazwa dan Zena menghampiri Chika yang terlihat tengah berberes.
"Chik, ke kantin yuk?" kata Anna yang justru direspon tidak begitu baik oleh Chika, gadis itu menatap mereka bertiga dengan datar lalu berkata, "Nggak!" Berlalu pergi setelah mengucapkan itu.
"Dia kenapa lagi coba?" tanya Zena kesal.
Anna diam sebentar lalu menoleh pada Shaka, "Kayaknya.. dia marah deh karena kita tadi ada di meja Shaka."
"What? Maksud lo dia cemburu sama kita? Cuma karena kita berdiri di dekat meja Shaka? Gila kali,"
"Kita kan cuma nanya tentang nilai sama Shaka, bukan nanya yang macem-macem." Nazwa menimpal ucapan Zena. Mereka akhirnya memilih untuk segera ke kantin dan melanjutkan obrolan disana.
"Chika memang gitu, dia orangnya cemburuan.. apalagi waktu itu lo deket sama Shaka, Naz, dia nambah nggak suka sama lo." ucap Anna mengarah pada Nazwa.
"Lah kok gue sih? Kan gue sama Shaka cuma temenan aja, lagian deket-deket gimana gue nggak mungkin jadian sama dia!" tegas Nazwa.
Zena mengangguk-anggukkan kepalanya, "Iya dan lo tau, Na? Shaka yang duluan suka sama Nazwa bukan Nazwa yang suka sama dia.."
"Shaka suka sama Nazwa? Tau dari mana?" tanya Anna.
Nazwa mengangguk membenarkan ucapan Zena, "Iya, Na, jadi minggu kemarin, Shaka nembak gue tapi lo harus tau gue nolak Shaka cuma demi karena gue tahu Chika suka sama dia, tapi apa perlakuan Chika sama gue.." Nazwa tak melanjutkan kalimatnya mengingat Anna juga merupakan tokoh utamanya.
"Sorry ya waktu itu.. gue tau gue salah." ucap Anna sembari menatap kedua gadis di hadapannya ini dengan penuh rasa bersalah. Nazwa menghela nafas lalu mengangguk begitupun dengan Zena.
Ya, walaupun sebenarnya rasa sakit hati itu bagaikan tancapan paku yang membekas tetapi karena Anna sudah minta maaf, itu setidaknya mengurangi sedikit dari rasa kecewa yang ada. Berbeda dengan Anna, Chika justru semakin menjadi-jadi bahkan tak segan-segan gadis itu mengucapkan kalimat pedas pada mereka, padahal mereka lah yang sepatutnya marah atas semua yang terjadi.
"Anna?" Nazwa tersentak ketika Zena memanggil nama Anna, ia menoleh pada gadis itu dan terkejut melihat wajahnya yang begitu pucat ditambah pula cara Anna bernafas yang begitu aneh.
"Na, lo kenapa?"
Anna menggeleng cepat, "G-gue nggak papa.." Ia menutup mulutnya yang membuat Nazwa dan Zena semakin dibuat bingung, gadis itu tiba-tiba mual hingga pada akhirnya Anna beranjak pergi dari sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
In Your Heart [ Completed ]
Teen FictionSemua bermula ketika Nazwa Sandriella harus berusaha setengah mati untuk mengejar sosok yang ia cintai. Namun, jauh dari yang diharapkan, Nazwa justru harus berhadapan dengan si kutub ketua kelas bernama Arshaka. Namun siapa sangka? Jika kutub lebih...