Sudah hampir tiga hari Na Jaemin merenung dan selalu dia merasa ini tidak benar. Desahan-desahan penuh keluh kesah terdengar dari mulutnya. Setidaknya dia tidak sefrustasi hari pertama kala dirinya terlempar ke dunia ini.
Iya, dunia ini.
Tiga hari sebelumnya menghabiskan waktunya untuk membaca novel berjudul 'Menikahi Tuan Lee'. Salahkan adik sepupunya yang meninggalkan novel tersebut di meja belajarnya. Membuat Jaemin penasaran dan membacanya. Awalnya ia terkejut, novel itu adalah novel bxb dengan macam genre didalamnya. Tidak masalah jika itu novel 'bl' tetapi Jaemin tertawa kencang saat tahu didalam novel tersebut ada laki-laki yang bisa hamil. Tidak masuk akal, walau begitu dia sudah membaca setengah. Jaemin memilih tidur daripada menyelesaikan novelnya.
Sampai akhirnya dia terkejut taatkala membuka mata. Dirinya sudah pindah ke dunia novel yang dia baru baca. Yang lebih parahnya dia menjadi peran samping. Seorang laki-laki hamil yang dia tertawakan tiga hari yang lalu.
Lebih ironisnya lagi.
Dia tertawa karena mereka memiliki nama yang sama.
Na Jaemin.
Jaemin memijit pelipisnya pelan, peran samping ini tidak memiliki banyak detail yang tersisa. Namun, beruntung karena Jaemin lumayan tertarik dengannya karena memiliki nama yang sama. Jadi, Jaemin cukup mengingatnya.
Na Jaemin dalam novel adalah pewaris tahta keluarga bangsawan 'Na' yang kaya raya. Keluarganya sangat berharap padanya, sayangnya bocah ini dijebak sana-sini. Menjadikannya hamil dengan anak. Jaemin marah, dia menyalahkan takdirnya dan juga tentu saja ayah kandung anaknya!. Tidak bisa aborsi, jika tidak nyawanya adalah taruhan.
Menelan semua keluhannya, dia memasuki keluarga Lee sebagai menantu yang tidak disukai. Siapa yang peduli? Jaemin memiliki keluarga 'Na' dibelakang namanya. Setiap dia mendapat kerugian, keluarga Na tidak ragu menerjang gerbang keluarga Lee demi keadilan baginya. Karena itulah, dia semakin tidak disukai.
Sampai...
Lee Jeno, si pemeran utama. Anak yang tidak sah bisa mendaki lebih tinggi. Dia sukses mengungguli saudara-saudaranya. Baik itu tahta maupun kekuasaan. Bukannya tidak tahu, kejatuhan keluarga Na dimasa depan terkait campur tangannya. Membiarkan Jaemin tidak punya jalan mundur.
"Aku ayah dari anakmu! Kau tidak bisa membunuhku Lee Jeno!"
Potongan dialog sebelum kematiannya membuat jiwa Na Jaemin bergidik. Setelah Jaemin mengatakan dialog itu, dia dilempar oleh pemeran utama ke kandang macan. Maka berakhirlah sudah peran samping Na Jaemin ini.
Tok
Tok
"Tuan muda Na... Makan malam sudah siap"
Tersentak dari lamunanya, Jaemin menoleh ke arah daun pintu yang tertutup. Di hari pertama dirinya tiba, dia menolak memakan apapun. Setelah merasakan kelelahan secara mental dan kelaparan, dia menyerah di hari kedua dan meminta para pelayan menyediakan makan untuknya dikamar. Jaemin belum siap bertemu siapapun, walaupun dia mewarisi ingatan pemilik peran samping.
Tangan Jaemin mengepal, dia harus mengubah takdirnya. Setidaknya dia tidak ingin mati konyol didunia aneh ini. Apalagi memikirkan tubuhnya dicabik-cabik macan!.
Jaemin bertekad!.
"Siapkan di meja makan" Perintah Jaemin lamat-lamat.
Mau tidak mau dia harus keluar dan bertemu banyak orang. Dirinya takut, apabila dia masih diam. Pemeran utama yang sedang menghimpun kekuatan dibelakang layar akan segera menghabisinya.
"Oh... Juga panggilkan putraku" Tambahnya.
Para pelayan dibalik pintu saling memandang, hanya kepala pelayan Jeon Somi yang bahkan tidak mengangkat sebelah alisnya.
"Perintahmu tuanku"
* * *
Tuan muda Lee sedang tidak ada dikediaman dan tuan muda Na sudah memanggil putranya lagi. Para pelayan panik, tidak pernah baik bagi tuan muda kecil bertemu 'ayah'nya.
"Bagaimana jika tuan muda kecil dipukuli seperti terakhir kali Yeri-ssi?"
Wanita muda yang sedang membantu tuan muda kecilnya berganti pakaian terdiam. Matanya awas melihat bekas luka didahi. Tuan muda Na memiliki emosi yang sulit terkontrol setiap kali melihat putranya. Kejadian tiga hari lalu sebagai contoh, tidak segan-segan tuan muda Na melempar vas bunga dimejanya dan mengenai dahi tuan muda kecil.
"Apakah Ahna akan memukuli ku lagi?" Pertanyaan polos ini. Kim Yeri, merapikan rambut tuan muda kecilnya.
"Apakah tuan muda Jisung takut bertemu Ahna?" Yeri bertanya balik. Ahna adalah panggilan yang selalu dia biasakan untuk menyebut Jaemin bagi tuan muda kecil, Lee Jisung.
Jisung tidak mungkin memanggil Jaemin 'ibu' walau dia yang melahirkannya, tidak juga ayah. Karena tuan muda Lee lah yang menyandang panggilan itu. Kemudian, keluarga Lee memberikan perintah untuk membiasakan cucu mereka memanggil 'ayah' yang melahirkannya sebagai Ahna.
"Aku tidak takut bertemu Ahna. Tapi, ayah pasti memarahi Ahna lagi"
Yeri tersenyum, dia kemudian menuntun Jisung berjalan menuju keluar kamarnya.
* * *
Hanya satu yang Jaemin suka saat dia berada didunia ini, yaitu makan yang berlimpah ruah. Bayangkan, dia makan seorang diri tetapi makanan yang disediakan sangat banyak dan memenuhi meja makan. Air liur Jaemin hampir menetes, untunglah dia bisa sedikit berakting untuk mempertahankan citra bangsawannya.
"Tuan muda kecil tiba"
Jaemin tidak menoleh, dia sangat gugup bertemu 'putra'nya. Bagaimana pun anak itu telah menjadi tiket kematian Jaemin peran samping.
"Tuan muda kecil menyapa Ahna" Suara wanita muda terdengar diudara.
"Maaf telah membuat membuat Ahna menunggu, Jisung menyapa Ahna"
Kalau tidak salah ingat, seharunya bocah itu berumur empat tahun. Jaemin takjub, diusianya yang belia. Tata bahasanya bagus sekali, Jaemin melirik.
"Duduk dan makanlah" Katanya dingin.
Tidak baik langsung berpura-pura baik. Jaemin akan kesulitan dimasa depan, jika dirinya terlalu berubah secara mencolok.
Setelah menyelesaikan makan malam, Yeri membisikkan sesuatu ditelinga Jisung. Bocah empat tahun itu kemudian berdiri dengan postur tegap.
"Terima kasih untuk makan malamnya Ahna" Bocah itu kemudian membungkuk.
Jaemin mau tidak mau melihatnya, ekspresinya sedikit terkejut. Lee Jisung memiliki paras yang imut sekali. Jaemin sudah melihat penampilannya sendiri di cermin dan dia merasa bocah ini tidak memiliki kemiripan dengannya. Apakah mirip dengan si pemeran utama?.
"Kenapa dahimu?" Kening Jaemin mengeryit melihat bekas luka didahi putranya.
Jeon Somi dan Kim Yeri saling memandang.
Mendesah Jaemin melambai, memberi isyarat mendekat. Bocah itu terlihat ragu-ragu, namun dia tetap mendekat. Jaemin menjulurkan tangannya, berniat menyentuh sisi wajah Jisung. Sayang, bocah itu secara spontan mundur, seolah-olah takut akan sentuhannya.
Melihat Jaemin meraih udara kosong dan sikap tuan muda kecil membuat para pelayan menahan napas. Sepertinya kemarahan tuan muda sebentar lagi meletus.
"Kau takut pada Ahna?..." Ketika pertanyaan ini jatuh para pelayan merasakan lutut mereka lemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mera
FanfictionJaemin cemberut, anak itu terlihat ragu memegang tangannya. "Apa yang kau takutkan aku masih ayahmu" Katanya merajuk. "Apa yang kau takutkan aku masih suamimu" Plaak "Pergi sana, dasar cabul!"