Wa Nam

5.3K 856 82
                                    

Kata orang...

Mimpi adalah bunga tidur...

Tapi...

Ada juga yang mengatakan mimpi adalah isyarat...

Apapun itu...

"Ayah!!"

Pikiran yang melalang buana entah kemana segera tersadarkan. Terasa berat namun akhirnya sudut-sudut bibirnya ditarik sedikit ke atas. Bola matanya yang sekelam malam mengikuti gerak bocah yang tengah berlari ke arahnya.

"Ayah!" Bocah itu memeluk pinggangnya. 

Dia menunduk, hanya untuk menemukan senyum polos. Hatinya menghangat, diraihnya pucuk kepala sang bocah dan mengusak pelan surai-surai hitam lembut.

"Jisungie" Suara beratnya keluar, menyapa bocah yang tidak lain adalah putranya itu.

"Ayah, tebak! Hari ini ahna memasakan kita makan malam yang enak"  Bola mata bocahnya berbinar-binar.

Tertegun sejenak, "O..oh" Respon singkatnya, tidak mengganggu putranya. Bocah itu bersemangat menyeret ayahnya memasuki rumah mereka.

* * *

Jaemin bukan koki yang baik, tetapi dia punya skill bertahan hidup yang bagus. Menghemat pengeluaran buat makan dengan cara memasak sendiri adalah salah satunya. Terkadang lidahnya merindukan masakannya tersediri. Jadilah, dia heboh sejak sore hari. Mengacau didapur dan beberapa kali memarahi Jeongin serta Kim Yeri yang melarangnya memasak.

Setelah melihat meja makan terisi penuh hasil masakannya.

"Ahna!" Jaemin meletakan terakhir semangkuk besar sup saat dia mendengar putranya memanggil. Dia menoleh, senyum manisnya muncul. 

"Suamiku, kau sudah pulang rupanya" Jaemin menatap sekilas Lee Jeno sebelum benar-benar memastikam sup buatannya aman.

"Wah! Ahna aroma masakannya sedap" Putranya pintar sekali memuji, Jaemin berdiri melihat mahakaryanya sepanjang sore. Kemudian dia mengalihkan atensinya kepada sepasang anak dan ayah yang berdiri tidak jauh darinya.

"Kita baru bisa makan, setelah ayah membersihkan diri" Mendekati kedua orang itu, dia terkekeh geli melihat Jisung tampak memelas. 

"Ayah segeralah membersihkan diri" Jisung mendorong ayahnya menjauh.

Jaemin mendongak menatap suaminya yang juga menatapnya. Senyumnya hampir hilang, melihat manik onyx sekelam malam dihadapannya menatapnya tajam.

"Suami" Jaemin maju dan mencium pipi suaminya.

Sekedar mencoba menghilangkan perasaan tidak nyaman dihatinya. Baru saja tubuhnya condong sedikit kedepan. Entah, Jeno memundurkan tubuhnya. Tangan Jaemin yang ingin bertumbu dibahu suaminya hanya bisa menggapai angin. 

"Aku harus membersihkan diri" Jeno beralasan. Dia segera berlalu, meninggalkan Jaemin yang mengeryitkan keningnya. 

Menatap punggung suaminya, Jaemin mendadak bingung...

Apakah dia melakukan kesalahan?.

Ah...

"Jisungie nanti makan yang banyak ya..." Jaemin mengelus rambut putranya, Jisung tentu saja mengangguk antusias sebagai tanggapan.

* * *

Dibawah guyuran shower, Jeno menyembunyikan sepasang onyx menawan miliknya. Dia memejamkan mata sembari berpikir tentang banyak hal. Akhirnya rasa frustasi teralkumulasi dihati. Langkah lebarnya menuju satu arah...

Praaangg

Benda rapuh, yang membuat pantulan bayangannya menjadi pecah berbunyi nyaring. Ada titik dimana jejak merah pekat muncul.

MeraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang