Lan Las

6.8K 1.1K 89
                                    

Wow!

Fantastika sekali...

"Hahahahaha"

Imajinasi penulis tiada duanya, demi mematikan peran kecilnya. Dia membuat Jaemin tidak ada jalan keluar. Hidupnya ditakdirkan....

Untuk berakhir...

Capek-capek menghindari kandang macan, ternyata ada cabang jalan lain menuju ending hidupnya. Puncak komedi memang...

Jadi, apa yang harus dirinya lakukan? Jaemin mungkin hanya bisa meratapi nasib. Aish, andai dia tidak membaca novel sialan itu.

"Terkutuk" Rutuknya.

Tahu begini dia suka rela memasuki kandang macan, tidak perlu menunggu beberapa bulan lagi. Sekarang, Jaemin menyesal, kalau dia memasuki kandang macan dan berakhir cepat. Tidakkah dia kembali ke dunianya?.

"Auh kepala bodoh ini!"

Andai dirinya tidak akan rasa sakit, seperti di mimpinya. Mau bagaimana lagi? Mimpinya sangat terasa nyata.

Tes

Tes

Air mata membasahi pipi Jaemin. Mati saat melahirkan pasti lebih mudah, karena satu saja yang robek  daripada seluruh tubuh dicabik-cabik macan kelaparan. Setelah dipikir-pikir juga anaknya nanti pasti menjadi pewaris keluarga Na yang kaya raya, tidak terlalu rugilah.

Mengusap-ngusap perut ratanya, Jaemin jadi mulai sedikit bersemangat. Hanya sekarang satu harapannya, setelah dia tiada segera dirinya kembali ke dunianya.

Tapi, tunggu!

Bagaimana kalau dia dalam keadaan hamil dan dilempar ke kandang macan?.

Jeno tidak setega itukan?

Ey, berharap banyak pada pemuda sadis itu?.

"Huaaaaaaaa" Jaemin menangis sejadi-jadinya.

Apabila Somi melihat kelakuan tuannya dia mungkin geleng-geleng kepala. Sayangnya wanita itu pergi kekediaman keluarga Na bersama pelayan pribadi nyonya Na.

* * *

Sejak kedatangannya ke dunia ini, baru malam ini Jaemin melewati malamnya tanpa mimpi apapun. Bukannya senang dia justru was-was, dia takut ini pertanda.

"Kudengar kakak kemarin menemuimu" Jeno memulai percakapan, setelah sepanjang pagi keduanya tidak saling berbicara.

Entahlah, Jaemin tampak terlalu larut dalam lamunannya. 

Pasangannya itu bahkan tidak banyak merespon putra mereka sampai keberangkatannya ke sekolah. Ada apa? Jeno kebingungan.

Jaemin mengangkat tangan dan memperlihatkan gelang yang penuh berlian asli. 

"Ibumu memberi berkah untuk bayi ini tanpa berkah untukku... Seolah mereka menginginkan anaknya saja" Jaemin mengeluarkan unek-uneknya.

Jeno meraih tasnya sebelum berjalan menuju Jaemin yang tengah duduk sembari sibuk menatap ke arah luar balkon. Yah, pagi malam tadi keduanya menghabiskan malam di kamar Jaemin.  Jeno awalnya terkejut karena Jaemin memutuskan kembali ke kamarnya. Dia pikir pasangannya itu sengaja melakukannya karena sudah hamil. Namun, seorang pelayan datang dan mengabarinya bahwa Jaemin menunggunya diatas.

"Jangan terlalu dipikirkan" Jeno menunduk sedikit.

Cup

Jeno mengecup kening Jaemin tanpa aba-aba.

Isi kepala Jaemin sudah penuh, dia membiarkan Jeno melalukan apa yang dia suka. 

"Berkah untukmu" Jeno kemudian mengusak rambut pasangan hidupnya.

Jaemin mendongak dan tersenyum.

Pandangan keduanya lalu bertemu...

"Kau menginginkan ku?" Tanya Jaemin.

Usakkan dirambut Jaemin terhenti, manik onxy sekelam malam itu terpaku sesaat.

"Tidak"

"Kalau begitu tolong rawat kedua anak kita nanti dengan baik" 

* * *

MeraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang