Sebelumnya aku mau bilang, Mohon maaf lahir dan batin ya...
* * *
Pagi ini kebingungan melanda disemua penjuru kediaman Lee. Para pelayan dan tuan saling menatap sekaligus penasaran setengah mati. Berita yang berawal dari kediaman tuan muda kedua hampir tidak bisa dipercayai.
Termasuk madam Lee, dia tertawa mendengar gosip yang dibawakan kepala kediaman istana keluarga Lee.
"Jangan bercanda" Dia merasa geli, namun kepala pelayan tidak merubah sedikitpun raut wajahnya.
Madam Lee perlahan mulai serius.
"Kalau begitu minta menantuku datang, aku harus mengetahui kondisi cucuku langsung darinya" Madam Lee melambaikan tangannya memberi perintah.
"Nyonya besar bijaksana" Kepala pelayan undur diri.
* * *
Nancy juga mendengar gosip pagi ini, dia pura terlihat baik-baik saja. Menyibukkan diri dengan memasak serta beres-beres rumah. Ekspresina menahan tangis kala kelapa pelayan kediamannya memeluknya.
"Oh nonaku!" Mendengar pelayannya, Nancy semakin mengeraskan suaranya didalam pelukan.
Sementara itu dikediaman tuan muda ketiga yang sibuk, Haechan sudah mendengar gosip itu. Reaksinya adalah menaikan satu alisnya, dirinya tidak sebodoh itu.
"Semua pelayan menyaksikannya"
"Benarkah?" Haechan tidak ambil pusing, dia sedang memilih kain yang akan dikenakan untuk persiapan pernikahannya.
Kepala pelayannya mengangguk.
"Ah... Tuanku mengenai tuan muda Mark-"
"Jangan sebut namanya!" Haechan menatap tegas pelayannya.
"Aku akan segera menikah"
Kepala pelayannya menunduk tanda meminta maaf. Kembali Haechan melihat katalog berisi potongan kain. Walau begitu pikirannya tidak lagi fokus.
* * *
Jeon Somi menatap satu persatu barang-barang tuan muda Na dibawa turun dari lantai atas. Dia terkejut saat semalam melihat tuan muda kedua dan tuan muda Na yang tidak pernah sekalipun akur, bahkan terakhir kali dia melihatnya disaat tuan muda kedua mara besar pada pasangannya.
Keduanya turun dari mobil yang sama! Sekali lagi dari mobil yang sama!.
Tidak cukup sampai disitu, tuan muda kedua juga membukakan pintu untuk tuan muda Na. Mereka berdua memasuki kediaman dengan bergandengan tangan! Bergandengan tangan!. Pemandangan yang tidak bisa diantisipasi oleh siapapun!.
Jika itu tidak cukup membuat shock. Maka, ucapan dan perintah Jeno selanjutnya hampir membuat semua yang mendengar terperanjat setengah mati.
"Besok pindahkan semua barang-barang tuan muda Na ke kamar utama. Mulai besok dan seterusnya dia akan tidur disana..." Jeno melirik Jaemin yang senyum-senyum disampingnya.
"Bersamaku"
Jaemin melambaikan tangan kanannya pada Somi, "Semua sudah dipindahkan? Ah tidak perlu semua juga, tinggalkan saja yang berat-berat toh aku masih tinggal disini"
Somi mengangguk patuh.
"Tuanku yakin pindah?" Somi bertanya. Dia takut tuannya diusir keluar setelah dia menginjakkan kakinya dikamar tuan muda Lee.
"Yakin 1000%, dia tidak akan mengusirku... Tenang saja, mana mungkin dia mengusirku disaat kami sepakat memproduksi tiket kehidupan bersama"
Kening Somi mengeryit, "Maksudnya?"
Jaemin tersenyum misterius, tangan kanannnya dia taruh ke atas perutnya yang rata.
"Tiket kehidupan~" Senandungnya sembari mengelus perut.
"..." Somi.
* * *
Ada hal yang membahagian tentu saja tidak bisa bertahan lama. Sudah ada mertua yang merusak suasana. Jaemin malas meladeni wanita itu, tapi dia harus tetap menemuinya. Untung saja, suami tercinta pulang untuk menjenguk putra mereka.
Jaemin tanpa mau mendengar protes menyeretnya ikut serta bersama rombongan yang terdiri dari dirinyam, Jeno dan sebaris pelayan dibelakang mereka. Bersikap sok manja dan bersender dibahunya yang berotot, Jaemin menggoda Jeno dengan bisik-bisik manja.
"Suamiku sangat perhatian, mau mengantarku menemui madam Lee yang cerewet"
"Kau memaksaku" Jeno berucap datar.
Jaemin terkekeh, dia menoleh kebelakang memberi isyarat Somi mendekat.
"Ya tuanku?"
"Carikan referensi yang bagus, kemarin lawan jenis. Aku masih belum mengerti" Perintahnya, Somi kebingungan sebelum paham dan mengangguk ragu.
"Aku sedang belajar bercinta melalui internet" Bisik Jaemin ditelinga Jeno. Kebetulan keduanya memiliki tinggi setara, jadi mudah baginya berbisik pada sang suami.
"Persiapan untuk kita malam nanti" Jaemin memang tidak memiliki rasa malu, Jeno jadi menyesal mengikuti kemauannya.
"Kau tahukan aku tidak punya pengalaman sama sekali? Malam itu terjadi tanpa bisa diingat tiba-tiba saja hamil Jisung"
"Diam!" Jeno takut para pelayan dibelakang mereka mendengar.
Jaemin memutar kedua bola matanya, "Suami pasti memiliki banyak pengalaman"
Jeno menghentikan langkahnya, melihat itu Jaemin pun juga ikut berhenti. Para pelayan dibelakang mereka juga ikut berhent. Menurut aturan mereka semua mundur sepuluh langkah, termasuk Somi pun mundur perlahan.
"Jikalau demikian, bukan kau yang akan menjadi Ahna dari anak-anakku" Ucap Jeno datar. Dia kemudian berjalan lagi meninggalkan Jaemin yang terdiam.
Jaemin tersenyum dan dia tertawa.
"Somi!"
Somi maju dua langkah, "Tuanku?"
"Siapkan proyektor juga di kamar utama ya..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mera
FanfictionJaemin cemberut, anak itu terlihat ragu memegang tangannya. "Apa yang kau takutkan aku masih ayahmu" Katanya merajuk. "Apa yang kau takutkan aku masih suamimu" Plaak "Pergi sana, dasar cabul!"