Las

6.4K 1.1K 86
                                    

"Masquerade" Guman Jaemin, matanya meniti undangan mewah nan elegan ditangannya. Dia mendapatkannya ketika baru saja bangun tidur.

"Setiap tahun keluarga Kim mengangkat tema yang tidak biasa" Komentar Jaemin, kemudian dia melempar undangan tersebut dengan enteng. 

"Tuanku!" Somi memungut kembali undangan dilantai. 

Mengabaikan Somi, Jaemin menggembungkan kedua pipinya. Otaknya berpekir keras, seingatnya pesta topeng yang digelar keluarga Kim lah semakin mendekatkan kedua pemain utama. Apalagi sepertinya Jeno sudah di beri persetujuan oleh Taeyong.

Jaemin memijit pelipisnya, "Mengapa semua orang begitu merepotkan?" Keluhnya. Untunglah dia memiliki cinta tiket kematiannya. 

"Buatkan sepasang pakaian yang bagus" Perintahnya.

Somi menaikan satu alisnya bingung, "Tuanku akan hadir?"

"Apa ada mengapa aku tidak bisa hadir?" Tanya Jaemin. 

"Maafkan bersikap lancang tuanku" Somi tidak mengerti, setelah menikah Jaemin suka menghindari acara seperti ini. Tiba-tiba saja ingin hadir... Entahlah, tuannya setiap hari semakin susah ditebak.

* * *

Setelah mendengar Jisung baik-baik saja, Jaemin sedikit lega. Dia masih tidak diiizinkan menjenguk putranya sendiri dibawah. Memilih patuh demi kelangsungan hidupnya, Jaemin hanya duduk diam menatap bayangannya pada pantulan cermin. Somi? Wanita muda itu berada diluar kamar, tidak tahu apa yang sedang dia kerjakan saat ini. Jaemin berharap dia beristirahat.

Sampai pada pukul empat sore, daun pintu kamarnya diketuk. 

"Tuanku, tuan kedua Lee mengajak anda makan malam diluar" 

Kelopak mata Jaemin mengerjab.

Tiket kematian memang bisa diandalkan.

*  * *

Permintaan Jisung ini amat sulit, Jeno kemungkinan tidak bisa mengabulkannya. Dia benci Jaemin, sudah cukup Jisung saja yang terlahir darinya.

Walau begitu, dia berada disini. Tepat didepan restaurant dimana dia mempunyai janji makan malam dengan pasangan hidupnya. Langkahnya terasa berat ketika melangkah. 

"Kau terlambat" Komentar Jaemin padanya tanpa mengangkat kepala sekedar menyambut kedatanganya.

Jeno mengambil di kursi seberang dimana Jaemin duduk. Tatapannya jatuh, memperhatikan Jaemin yang hari ini dari atas sampai bawah dibalut pakaian berwarna hitam.

Dulu dia pernah mendengar bahwasannya pewaris Na memiliki pesona serta kecantikan  madam Na dalam dirinya, elegan dan menawan. Tidak ada yang tahu lebih baik selain Jeno sebagai suaminya. Sekalipun dia tidak pernah melihat sikap elegan dan menawan Jaemin. 

Kasar dan tempramental mungkin lebih cocok menggambarkan pewaris Na ini. Makanya ketika malam ini melihat Jaemin yang tampak tenang dan acuh tak acuh. Jeno sedikit banyaknya terkejut.

"Hm.. Ada beberapa yang harus kukerjakan" Sungguh usai berbicara, Jeno membeku. Apa barusan? Mengapa pula dia harus menjelaskan diri?.

Jaemin mendongak, manik caramelnya bertemu pandang dengan onxy.

"Mengapa anda mengundangku makam malam Mr.Lee?" Tanyanya datar.

"Kita belum makan, nanti aku ingin mengatakan sesuatu padamu" Jeno meminta hidangan disediakan.

Mengikuti keinginan Jeno, Jaemin menyantapk makanan mahalnya tenang. Barulah saat selesai dan ketika pelayan sudah menuangkan wine.

"Kau tahu..." Jeno membuka pembicaraan.

"Jisung menginginkan seorang adik" Jeno melihat ekspresi Jaemin, namun pemuda itu terlihat tidak memberikan reaksi yang dia harapkan.

Tampak tenang dan terlihat tidak peduli?.

"Baguslah... Laki-laki atau perempuan?" Tanya Jaemin setelah beberapa saat.

"Jisung tidak keberatan memiliki adik perempuan atau laki-laki"

Jaemin mengeryitkan keningnya, "Aku bertanya tentang siapa yang melahirkan adik untuknya. Bukan dia menginginkan yang mana" 

Kepala Jeno serasa tidak dapat memproses perkataan Jaemin barusan.

"Aku harap kau tidak lupa kau sudah menolakku berulang kali" Jaemin mengingatkan. 

Meraih gelas berisi wine, Jaemin langsung menandaskannya habis.

Tak

Dia meletakkan gelas kosong tersebut diatas meja. Caramelnya menajam menatap suaminya yang diam membisu.

"Kau membenciku Lee Jeno, tapi kau menginginkan aku melahirkan anak-anakmu. Seberapa tidak tahu dirinya itu? Dan kau pikir karena aku merayumu beberapa hari lalu. Aku akan mudah mengiyakan permintaan ini? Aku tidak menyangka sekonyol ini dirimu" 

Jeno tidak bisa berkata-kata.

"Kau meningat rayuanku tapi tidak dengan penolakkanmu. Kau pikir aku ini apa?" Jaemin sedikit emosi.

"Jujur saja Lee Jeno, kau membenciku bukan? Sampai kupikir kau sudah gemas ingin menyingkirkanku dari dunia ini. Namun, kau masih tahan bercinta denganku? Ya Tuhan!"

"CUKUP!" 

SRAKKK

TRAAKKK

Kursi yang diduduki Jeno terjatuh kebelakang gara-gara dia mendadak berdiri.

"Hahaha!" Jaemin bukannya berhenti malah tertawa.

"Suamiku, kau ingat? Aku tidak pernah ingin mengandung anakmu. Kaulah yang bersikeras supaya  mempertahankannya. Aku mengikuti maumu, begitu saat kau datang  menikahiku.... Aku tidak pernah mau ditempat pertama, kau yang selalu datang memaksa kehendakmu atas diriku. Dikala aku tidak puas... Aku tidak berhak marah. Hanya dirimu serta keegoisanmu." Jaemin memukul titik Jeno tanpa ampun. Dia berharap Jeno sadar, keinginan melemparkannya kekandang macan itu keputusan tidak tepat.

Siapa yang menginginkan semua ini? Anak dan pernikahan? Jelas Jeno, jadi mengapa dia tidak puas?.

"Kau berhutang satu nyawa dan kau sama sekali belum membayarnya padaku. Sekarang kau menginginkan dua? Betapa tidak tahu malunya" Jaemin mencibir.


MeraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang