Wa Pan

5.2K 816 75
                                    

Jaemin terpana, dia membatu melihat Jeno yang memandangnya tajam tampak tidak terkejut begitu dia usai berbicara. Hatinya menjadi tidak nyaman. Padahal, dia hanya menebak. Madam Lee memang mertua yang tampak galak tetapi begitu baik hati dan sangat antusias mendengar kehamilannya. Nancy adalah wanita yang sedang jatuh cinta padanya. Haechan sibuk dengan kisah cintanya, sedangkan Lee Taeyong? Jaemin menemukan fakta dia terlibat dengan seseorang dari keluarga Jung. 

Siapa? Siapa orang yang memiliki waktu memberinya racun?

Saat Jaemin tahu tubuhnya tidak baik-baik saja, dia tahu pelakunya. Namun, dia mencoba menyangkal. 

Siapa sangka? Pelakunya tidak pernah berubah sejak awal.

"Di tempat pertama... Aku tidak pernah berhutang apapun padamu" Nada suara Jaemin bergetar.

"Baguslah, kalau kau tahu" Jeno dengan nada dinginnya berujar. 

Perasaan Jaemin terluka dan terkhianati, Sungguh sial Jaemin sisi samping menemukan pemeran utama brengsek seperti ini.

"Kesalahanku adalah berekspetasi tinggi terhadapmu. Aku hanya berharap kau tidak mencoba membunuhku sejak aku hamil Jisung. Kalau iya, maka kau diberkati... Bisa menanggung hukuman seumur hidup" Jaemin tersenyum sembari memandang Jeno.

Jaemin mengangkat tangannya, lututnya lemas dengan fakta yang ada.

"Aku permisi" Jaemin memilih meninggalkan Jeno yang berdiri sembari memandang punggungnya.

* * *

Jisung cukup bersemangat, pagi-pagi sekali dia sudah berlarian sambil membawa hasil gambarnya ke kamar Ahnanya. Sayang, pelayan pribadi Ahna berkata padanya kalau Ahna sedang tidak bisa diganggu dikarenakan Ahna tidak enak badan.

"Apakah Ahna baik-baik saja?" Bocah itu bertanya, memastikan kepada Yeri.

"Tuan muda Na hanya kelelahan" Yeri mencoba menenangkan.

Mata  sipit  Jisung  memandangi hasil gambarnya. Tampak, gambar dua orang dewasa  menggandeng dua anak kecil tepat ditengah-tengah. Senyum Jisung merekah.

"Akhirnya aku punya keluarga yang lengkap dan bahagia" Bisiknya pelan.

* * *

PRAAAANGGGG

Jeongin menempelkan telinganya ke daun pintu. Dia cemas, tetapi tidak berdaya. Tuan mudanya mengamuk, membuatnya bingung harus bagaimana.

Tok

Tok

"Tuan muda!" Panggil Jeongin.

Praaangggg!

Jeongin terkejut, tanpa sadar dia mundur perlahan. Tatapannya ngeri ke arah pintu kamar tuannya.

Apa barusan? Tuannya membanting sesuatu ke daun pintu dari dalam.

Apakah Jeongin perlu melapor kepada nyonya Na? Ditengah kebingungannya, tiba-tiba saja dia mendengar keributan di belakang punggungnya. Jeongin membalik tubuhnya. 

"Tuan muda" Jeongin menyapa.

* * *

Lee Jeno membuka pintu, keningnya mengeryit melihat lantai.

Berantakan, semuanya pecah dan berhamburan. Tatapannya jatuh pada pasangan hidupnya yang tampak duduk di kursi dengan kondisi kacau balau.

"Kau belum makan dari semalam" Jeno melangkahkan kakinya masuk.

Jaemin mendongak, matanya terlihat memerah.

"Untuk apa aku makan? Bukankah lebih baik aku tidak makan sekalian? Biar aku cepat pergi dari dunia ini. Biar kau puas!" Amarah Jaemin sangat jelas.

Jeno menghentikan langkahnya tepat dihadapan Jaemin.

"Jangan memikirkan diri sendiri. Ada janin yang harus kau beri makan" Jeno meraih tangan Jaemin.

Passstt

Jaemin menepis tangan Jeno, dia menatap suaminya galak.

"Anak yang ku kandung tidak akan pernah lahir ke dunia dan itu karena dirimu!"

Jeno berjongkok dan mendongak menatap Jaemin. 

"Anak itu pasti terlahir ke dunia" Jeno berucap mantap.

Kening Jaemin mengeryit, sebelum amarahnya berganti menjadi humor mendengar perkataan Jeno barusan. 

"Apa?" Jaemin terlihat geli, dia terkikik.

"Hahaha" Tawa Jaemin "Dalam mimpimu" Lanjutnya.

Jeno kembali melihat wajah penuh amarah Jaemin, dia menghela napas dan memilih berdiri. 

"Begitu aku pulang bekerja, kau sudah harus makan"

Ketika hendak melangkah pergi, dia mendengar Jaemin berkata...

"Bagaimana kalau aku katakan, aku bukan berasal dari dunia ini?"

Jeno berbalik hanya untuk menemukan Jaemin bersandar dikursi sembari memejamkan matanya.



* * *




Maafkan lama sekali update, laptopku berkali-kali error dan kerjaan di rl gak ngasih napas buat leha-leha atau sekedar berimajinasi. 

MeraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang