Pernah mendengar... Apa yang terpenting didalam lingkaran kaum kelas atas?
Tentu saja uang, kekuasaan dan pernikahaan.
Uang adalah segalanya. Namun, ada istilah seperti ini "jika kau memiliki kekayaan maka belum tentu kau berkuasa. Sebaliknya jika kau memiliki kekuasaan maka sudah kau pasti memiliki uang".
Kemudian yang terakhir...
Pernikahan disini... Tidak harus pernikahan antara dua sejoli yang jatuh cinta dan hidup bahagia selamanya. Bagaimana mengatakannya, pernikahaan harus dilakukan dengan orang yang memiliki derajat yang sama.
Karena yang dinikahi bukan wujudnya tetapi uang dan kekuasaan dibelakangnya dan harus saling menguntungkan bagi dua keluarga.
Bagi Jeno, opsi ketiga agak sedikit susah. Mungkin keluarga yang baru saja memanen kejayaan atau yang lebih rendah. Keluarganya pasti tidak akan mencarikan yang terbaik, tapi juga tidak ingin merendahkannya. Bagaimanapun darah keluarga Lee masih mengalir di dirinya.
Jadi, dia tidak mau ambil pusing untuk masa depannya. membiarkan keluarganya membawa lamaran kepada mempelai yang berbudi luhur, yang manja, yang boros atau apapun itu.
Namun...
Dia melihatnya di club. Tertawa bersama teman-teman, circle anak-anak yang berasal dari keluarga lainnya. Lalu, menari riang di tengah lantai dansa.
"Na Jaemin, kudengar dia tidak berkencan dengan siapapun. Keluarga Na terlalu ketat" Temannya malam itu tiba-tiba saja berbicara.
Jeno tersenyum, "Kenapa membahas anak itu tiba-tiba?"
Temannya menepuk-nepuk punggung Jeno sedikit kuat, "Kau sudah selama lima menit penuh menatapnya tanpa berkedip"
"Aku tidak-"
"Lalu, sebutkan apa saja yang tadi kukatakan padamu tadi?"
Jeno terdiam.
* * *
Bisa dibilang dia cukup membenci darahnya, darah biru yang mengalir di tubuhnya. Padahal sudah banyak orang juga membencinya. Mau apa lagi? Dia terlahir kotor, anak bajingan liar berkat tuan besar Lee. Walau madam Lee berusaha menerimanya tapi dia masih mengingat tatapan itu. Tatapan jijik dan penuh kepalsuan dalam penerimaan.
Namun, jangan salah. Dia telah sedari awal mengakumulasi semua kebenciannya dan kelak dia bersumpah mereka akan membayarnya satu-persatu.
Selalu ada pengecualian....
Malam itu...
Seseorang tengah mabuk berat dalam pelukannya, terus-menerus mengoceh omong kosong.
"Kau tampan, tidur denganku dongs hikss" Jeno menatapnya datar, dia mencegah tangan yang sudah siap menjelajah tubuhnya.
"Kau mabuk" Ucap Jeno.
Seseorang yang sudah duduk dipangkuannya menggeleng, "Tidak, Nana tidak mabuk" Baru berkata begitu, si manis mendadak menyadarkan kepalanya dada bidang Jeno.
"Aku hanya mengantuk" Perkataan yang tidak sesuai tindakan karena tangan si manis itu sudah meraba-raba perut berotot Jeno.
Jeno menghela napas frustasi.
"Jangan main-main Na Jaemin"
Merasa dipanggil nama lengkapnya, si manis kembali mendongak. Senyum kecil tersungging dibibirnya sebelum tanpa diduga dia mengecup rahang Jeno.
"Kau tampan tapi bodoh"
* * *
Praaanggg
Hari itu dia mengingat dengan jelas madam Lee melebarkan matanya dan menatapnya tajam.
"Kau bilang apa?"
Apa yang bisa dia lakukan? Selain mengakui dosa.
"Bu, aku telah menghamilinya... Pewaris keluarga Na"
Madam Lee duduk dengan anggun setelah menenangkan dirinya dari keterkejutan. Inilah yang dibenci dirinya selama bertahun-tahun. Wanita ini, sungguh tangguh walaupun banyak hal yang mengguncangnya.
"Kenapa?"
"Bu..."
"Kenapa kau memilih jalan ini?" Madam Lee bertanya.
"Bu, aku tidak memanjat cabang yang lebih tinggi. Aku hanya... " Dia tidak berdaya meneruskan ucapannya.
"Tetap saja, keluarga Na pasti tidak mudah melepaskan pewaris mereka. Kau tahu itu."
Bruuukkk
Madam Lee terkejut melihat putra tirinya berlutut. Jeno menangkup kedua tangannya dan kemudian...
"Aku tahu, diriku hina dan tidak pantas. Aku juga tahu, ibu membenciku hingga ketulang. Tapi, ibu aku sedari kecil selalu menghormatimu dan keluarga Lee. Tidak pernah terlibat hal-hal tidak menyenangkan demi kehormatan keluarga Lee. Akan kupastikan, aku tidak melibatkan keluarga Na untuk mengudara dengan congak terhadap keluarga Lee"
"Jeno..."
"Ibu, anggap saja ini permintaan pertama dan terakhirku sebagai putramu"
Madam Lee terdiam menatap Jeno yang berlutut.
"Mengapa? Bukankah ada seribu ikan dilaut?"
Jeno terdiam sesaat sebelum menjawab dengan mantap.
"Karena aku menyukainya sejak pertama kali menatapnya"
Sudut-sudut bibir madam Lee terangkat, "Benar kata orang darah lebih kental daripada air, kau sangat mirip dengan ayahmu"
Menunduk, Jeno menatap lantai penuh amarah yang membara.
* * *
Note : Aku gak tau kapan update lagi. karena yah, kerjaan dikantor menggila.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mera
FanfictionJaemin cemberut, anak itu terlihat ragu memegang tangannya. "Apa yang kau takutkan aku masih ayahmu" Katanya merajuk. "Apa yang kau takutkan aku masih suamimu" Plaak "Pergi sana, dasar cabul!"