Lee Jeno, sangat pantas menyandang gelar pemeran utama. Wajahnya tampan dan rupawan! Tidak ada celah untuk mencela wajahnya, mulai dari hidung bangir, rahang yang tajam, alis tebal, bibir tipis hingga sepasang bola mata yang hitam sekelam tinta menjadi atribut sempurna pemeran utama.
Kepala Jaemin mendadak kosong.
Dia yang terlahir sebagai seorang pria normal dikehidupan aslinya terpersona!.
Bukannya Jaemin tidak mewarisi ingatan wajah suaminya sendiri dari si Jaemin peran samping. Tetapi, kembali melihatnya secara nyata sungguh mengejutkan.
Jeno memadanginya dengan sorot mata yang tajam sebelum mendengus dan kembali berbalik meninggalkan Jaemin yang sibuk terpaku.
"Tuanku" Somi dibelakang punggung Jaemin memanggil.
Jaemin segera tersadar, dia mengejek dirinya sendiri.
Bisa-bisanya...
"Dia adalah tipe-tipe orang yang disukai wanita diduniaku" Guman Jaemin pelan.
* * *
Bersemangat, Jisung menghampiri ayahnya. Dia memberi hormat dan menyapa dengan tepat. Senyum lebarnya terlihat saat Jeno menyentuh kepalanya dan mengusak surai hitamnya.
"Apa hari anak ayah menyenangkan?" Jeno bertanya sembari berjongkok menyamakan tingginya dengan sang putra. Anggukan antusias Jisung membuat Jeno tersenyum. Namun, senyumnya memudar mendapati luka yang sudah mengering didahi anaknya.
"Dia menyakitimu lagi?" Pertanyaan ini disertai nada dingin.
Jisung sejak kecil diajari untuk tidak berbohong, "Tidak, ini aku yang berlarian kesana-kemari tidak menyadari ada beberapa barang yang menghalangi jalan sampai membuatku terjatuh dan menabrak lantai"
"Ayah membenci seseorang yang berbohong" Jeno menatap putranya datar.
Tersenyum, Jisung memeluk ayahnya. Melingkarkan tangannya dileher sang ayah, Jisung meletakkan pipinya yang tirus dibahu ayahnya.
"Ayah paling tahu, aku juga tidak mungkin bisa membencinya.. Dia memberiku semangkuk ice cream, kemudian memelukku erat sekali. Aku menyukainya..."
Jisung terus berceloteh, sementara ayahnya menatap kosong kedepan.
* * *
Merasakan tekanan yang dihadapinya semakin besar kala sang pemeran utama sudah datang. Jaemin tidak bisa menahan rasa paranoid, dia frustasi membayangkan tubuhnya yang berharga dilempar begitu saja ke kandang macan!.
Tidak hanya membayangkan, dirinya pun dapat merasakan gigi-gigi tajam para macan itu merobek tubuhnya!.
"Ini tidak bisa dibiarkan!" Jaemin harus segera menyusun rencana menghindari akhir tragis hidupnya.
"Tuanku" Somi datang, "Tuan kedua Lee meminta anda menemuinya"
"Kenapa psikopat itu memanggilku?" Jaemin menaikan satu alisnya.
Somi terdiam, bukankah tadi tuan mudanya memuji tuan muda Lee? Mengapa sekarang sudah mengatainya lagi?. Bagaimanapun tuan muda Na akhir-akhir ini aneh, biasanya dia secara konsisten membenci keluarga Lee, anaknya dan terutama suaminya sendiri. Namun, secara ajaib dalam dua terakhir dia mau dekat dengan tuan muda kecil. Somi pikir Jaemin akan memperlakukan tuan muda Lee secara sama seperti dia memperlakukan anak mereka.
Ternyata...
Tuan mudanya masih sama...
"Baiklah, ayo kita temui pria itu" Jaemin berjalan mendahului Somi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mera
FanfictionJaemin cemberut, anak itu terlihat ragu memegang tangannya. "Apa yang kau takutkan aku masih ayahmu" Katanya merajuk. "Apa yang kau takutkan aku masih suamimu" Plaak "Pergi sana, dasar cabul!"