Ga Las

6.5K 1K 69
                                    


"Aku setuju mengandung anak keduamu... Asalkan kau berjanji satu hal padaku"


* * *

Jisung senang melihat Ahnanya datang, tidak hanya datang Ahna juga membawakannya banyak mainan. Dia tidak pernah kekurangan mainan, namun dibelikan oleh orang yang amat disayanginya setelah ayahnya merupakan kebahagian tidak terlukiskan.

"Aku akan merawatnya" Katanya penuh semangat. Jaemin mengelus kepalanya penuh kasih sayang.

"Tidak perlu merawatnya, cukup kau mainkan saja. Nanti kalau rusak, Ahna belikan yang baru" Jaemin tersenum melihat kepolosan putranya.

"Tapi ini mainan pertama yang Ahna belikan" 

Jaemin menghela napas, dia tahu Jisung selalu mendambakannya sejak dulu.

"Ahna minta maaf untuk apa yang sudah terjadi padamu..." Katanya pelan.

* * *

Ahna dikamarnya hampir dua jam sebelum pamit karena ayahnya sudah pulang dari kantor. Jisung sedikit kecewa, padahal Ahnanya membacakan dongeng-dongeng yang tidak pernah dia dengar sebelumnya. 

Ditatapnya mainan yang Ahna berikan tadi.

"Sebentar lagi... Ahna pasti selalu ada disampingku" Ucapnya penuh senyum.

* * *

"Kau sudah pulang?" Tanya Jaemin, Jeno terkejut mendapati pasangan hidupnya itu berada didalam kamar miliknya. Dia ingin mengusirnya sebelum mengingat bahwa mulai hari ini sampai seterusnya Jaemin tidur disini.

"Sudah makan?" Jaemin tidak peduli Jeno tidak menjawab pertanyaannya tadi.

"Hm" Guman Jeno sebagai jawaban.

"Kalau begitu cepatlah mandi" Didorong Jaemin tubuh Jeno ke arah kamar mandi.

Bukannya menurut Jeno malah berdiri diam, Jaemin segera memberikan pelukan dari belakang.

Terperanjat Jeno hampir saja menyentak tangan tersebut.

"Atau kau ingin ku mandikan?" Suara Jaemin terdengar genit.

Buru-buru Jeno melepaskan pelukan Jaemin dan berjalan ke kamar mandi. Memperhatikan kelakuan suaminya, Jaemin menggelengkan kepalanya.

"Sepertinya malam ini aku harus berjuang mati-matian " Keluhnya.

* * *

Menatap kosong pada benda mati yang cukup besar didepannya, Jeno tidak harus bereaksi bagaimana. 

"Aku meminta Somi proyektor tapi dia malah memasukkan tv ke sini" Jaemin berdiri disampingnya menjelaskan.

"Untuk?" Jeno bertanya.

"Untuk menonton, apa lagi?" Jeno menatap Jaemin. Baru dia sadari Jaemin mengenakan piyama merah dan itu serasi dengan piyama hitam yang dia kenakan.

"Aku tidak suka kebisingan" Beritahu Jeno datar.

Jaemin tertawa, " Benarkah? Tidak mengapa... Dirimu masih bisa tertidur setelah semua kebisingan" 

* * *

Suasana canggung diantara mereka jelas terasa, Jaemin menoleh untuk menemukan sang suami tengah menatapnya tajam.

"Puas?" Dia bertanya datar.

Jaemin terkekeh menyembunyikan perasaan canggungnya.

"Somi sialan! Kau sengaja membunuhku dengan memberiku video BD*M?!!" Raungnya tentu saja dalam hati.

"Tapi suami! Aku tidak bermak- maksudku kalau kita melakukannya nanti bersikaplah lembut. Aku tidak suka yang seperti tadi" Jaemin mencoba agar Jeno tidak memiliki pemikiran aneh dikepalanya.

Jeno bersidekap, dia memajukan sedikit tubuhnya.

"Kenapa? Aku suka yang seperti itu... " Bisiknya.

Mendengar bisikan Jeno, Jaemin mendelik.

"Ya sudah, perjanjian kita batal. Aku tak mau hamil!" Ancam Jaemin.

Jeno menyeringai, "Makanya tidak perlu melakukan hal aneh-aneh"

Memanyunkan bibir tipisnya, Jaemin berujar "Kita sama-sama tidak memiliki pengalaman, aku hanya ingin membangun suasana...."

Onxy menatap sosok disebelahnya yang terus mengoceh. 

Jaemin sangat menawan dalam balutan setelan hitam, tapi dia juga tidak kalah mempesona walaupun mengenakan piyama. Kenangan beberapa tahun silam tiba-tiba saja muncul dibenaknya.

Hingga tanpa sadar Jeno mengulurkan tangannya dan meraih dagu Jaemin. Memaksa pasangan hidupnya itu diam dan menatapnya penuh tanda tanya. 

"Ada apa?" Jaemin bertanya bingung. 

Jeno tidak menjawab, dia menikmati pemandangan manik caramel yang tampak berusaha mencari tahu.

Polos....

"Siapa dirimu sebenarnya?"

Menaikan satu alisnya, Jaemin menjawab "Na Jaemin, pasangan hidupmu"

Setengah kebenaran, setengah kebohongan.

"Benarkah?" Jeno bertanya.

"Tentu saj-" Perkataan Jaemin terhenti kala...

Cup...

Manik caramel Jaemin melebar.

MeraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang