Ma

6.9K 1.1K 124
                                    

Keluarga Na dan Lee bersatu dalam pernikahan. Namun, bukan berarti semua berjalan baik-baik saja. Sebaliknya kedua keluarga dengan latar belakang bergengsi ini jadi mulai bermusuhan. 

"Jaemin yang hamil, dia memasuki pintu rumah kami sebagai menantu" Madam Lee meminang Jaemin penuh kesombongan.

"Jaemin adalah harta keluarga Na, tidak semudah itu menikahinya" Madam Na menolak.

Pada akhirnya Jaemin tetap menikah dengan kondisi perut yang membuncit. Raut kekecewaan tidak bisa dia sembunyikan disaat upacara pernikahan berlangsung.

"Keluarga sialan itu melarangmu membawa banyak pelayan!" Madam Na mendatangi kamar putranya.

"Walaupun aku membawa banyak pelayan, tidak ada jaminan mereka tidak menggantinya dimasa depan"

Madam Na menggertakkan gigi, dia membenci kenyataan menjadi besan keluarga angkuh itu!.

"Kau tenang saja, ibumu pasti menyiapkan satu-dua orang yang cakap disisimu"

Orang yang cakap sekaligus mempunyai visi dan misi yang sama seperti keluarga Na yaitu tidak menyukai keluarga Lee. Apa yang Jaemin katakan terbukti, tujuh orang pelayan yang dia boyong ke kediaman Lee hanya satu orang yang tersisa. Keluarga Lee habis-habisan memberi banyak alasan demi bisa mengganti para pelayannya.

Mungkin, satu-satunya pelayan yang tidak bisa mereka singkirkan adalah Jeon Somi. Wanita itu  cerdas berkelit dan terlalu setia pada tuannya.

Jaemin menyukai fakta ini, tapi dia juga bersimpati. Ketika mengetahui Jaemin peran samping telah tiada, dia memilih bunuh diri untuk menemaninya.

"Jika ada pria atau mungkin wanita yang kau sukai katakan saja... Aku pasti menyiapkan maharmu" Jaemin mengatakan itu begitu Somi selesai membantunya mencari 'referensi'. 

Somi menatap tuan mudanya. 

"Tidak ingin menikahi dan jauh dari tuan muda"

Jaemin tertawa, "Ucapanmu, jika ada yang mendengar akan menimbulkan kesalahpahaman. Ah... Aku bingung, dia memintaku malam ini. Tapi, aku tidak punya pengalaman sama sekali" Jaemin menggigit bibir bawahnya. Bagaimana bisa disebut tidak punya pengalaman sama sekali, dia sudah mempunyai buntut berusia empat tahun. Orang bodoh mana yang mau dia kelabui?.

Melirik Somi, Jaemin sedikit cemas Somi menyadari sesuatu.

 "Tuan muda Na... Apakah tuanku, menyukai tuan muda kedua Lee?"

Menyukai siapa tadi? Tuan muda kedua Lee?

Kandang macan terbayang jelas dikepala, Jaemin bergidik...

"Mengapa kau bertanya hal itu?"

"Tidak ada... " 

"Kau pasti menganggapku berubah tidak seperti dulu lagi dalam memperlakukan suami dan anakku kan?" 

Pertanyaan Jaemin tepat sasaran. 

"Jeno dan Jisung adalah bagian dari hidupku baik kemarin, sekarang dan masa depan. Tidak mungkin bagiku untuk selamanya memperlakukan mereka dengan buruk. Anggap saja aku melakukan kesalahan besar dimasa lalu dan sekarang ingin memperbaikinya" Jaemin memuji dirinya sendiri habis-habisan, tidak sia-sia suka menonton drama setiap hari. 

Mendengar perkataan Jaemin...

Tidak hanya Somi, bahkan Jisung dan Yeri yang baru mau memasuki kamar Jaemin terkejut.

Yeri merasakan tangannya digenggam erat oleh tuan muda kecilnya.

* * *

Makan malam hari ini untuk pertama kalinya, Jaemin semeja bersama putra dan juga suaminya. Ada yang aneh, mengesampingkan suaminya yang selalu berwajah muram. Putranya entah mengapa terus-menerus menatapnya. Bocah itu tampak tidak malu-malu seperti biasanya.

Apakah karena ada ayahnya?.

Memikirkan suaminya, Jaemin salah tingkah. Dalam beberapa jam dia akan memiliki pengalaman 'tidur bersama' untuk pertama kalinya. Sungguh, wajah Jaemin cukup lumayan dan itu bisa menjadikannya modal untuk menarik wanita didunia nyata. Hanya saja, Jaemin tidak tertarik setelah mencoba beberapa kali kencan buta. Makanya jangan menyalahkannya jika dia masih 'awam'.

"Makanlah yang banyak" Jaemin mengambilkan Jisung beberapa lauk ke piring Jisung.

"Terima kasih, Ahna"

Jaemin tersenyum, dia kemudian mengambil segelas air dan meminumnya.

"Bolehkah malam ini aku tidur bersamamu, Ahna"

Byuuurrrr

"UHUK! Uhuk!"

"Tuanku!!"

Mengunyah makanannya sembari melihat kekacauan di meja makan, Jeno menggeleng-gelengkan kepalanya.

* * *

Tiket kematian tetaplah tiket kematian!.

Jaemin menepuk-menepuk Jisung pelan, bocah itu sudah hanyut ke alam mimpi. Berkat bocah ini, Jaemin dilema. Menolak keinginannya sama saja mempercepat proses dilemparkannya dia ke kandang macan. Menerimanya pun tidak lebih baik, dia gagal menjalankan misi menjauhkan kandang macan dengan bayaran tubuhnya.

"Mengapa Jaemin membencimu? Padahal kau bocah yang imut dan juga cerdas, dia harusnya bersyukur. Ah... Aku lupa, dia melahirkanmu agar kedua pemeran bisa bersatu" Jaemin mengelus sayang sisi wajah Jisung.

Ceklek

"Seharusnya kedua orang tuamu bersatu" Dikecupnya kening Jisung.

"Memangnya sekarang kita tidak bersatu?"

Terkejut Jaemin mendengar suara berat itu, dia menoleh.

Jeno bersandar di pintu, Jaemin tidak menduga ini. Dia pikir tadi Somi yang membuka kamarnya.

"Suami" Buru-buru Jaemin turun dari ranjangnya. 

"Kenapa kemari?" 

"Bukankah aku bilang menginap disini malam ini" Jeno memperhatikan penampilan pasangan  hidupnya.

Piama satin merah muda membalut tubuh langsing itu. Menarik tatapannya, Jeno kembali fokus menatap wajah Jaemin.

"Tapi Jisung tidur disini juga"

"Tidak masalah kita tidur bertiga"

Jaemin mengeryitkan keningnya, "Memang tidak apa-apa? Itu pasti berisik, anak itu pasti terbangun dan menangkap basah kita" 

"Pffttt" Jeno tidak bisa menahan perasaan menggelitik diperutnya mendengar ucapan polos pasangan hidupnya.

CTAAAKKK

"Aw!! Ya!" Hampir saja Jaemin memaki Jeno, pria tiran itu tanpa aba-aba menyentil dahinya. Untungnya alarm dikepalanya segera memproyeksikan kandang macan.

"Aku tidak menyangka, tuan muda Na memiliki pemikiran seperti itu" 

Jaemin cemberut, dia masih merasakan kesakitan.

"Wajar bagiku memiliki pemikiran seperti itu, kita sudah menikah. Aku merindukanmu... " Buang saja jauh-jauh harga diri, mari memikat tiran ini terlebih dahulu.

Melihat Jeno tidak merespon, Jaemin gugup.

"Selama empat tahun ini, bagaimana cara suamiku memenuhi 'kebutuhan'nya sendiri? Adakah orang lain diluar?" Seratus persen jawabannya, Jaemin tahu. 

"Bukannya aku bermaksud lancang, aku tahu tidak berbakti padamu dan tidak bisa melayanimu karena emosi masa lalu. Jika kau memiliki orang diluar sana, aku tidak menyalahkanmu. Semua kesalahanku, aku tahu"

Hening....

Jaemin mengigit bibir bawahnya.

"Suami?"

"Berisik"

Greebbb

"Ah!" 

Lagi-lagi Jaemin terkejut akan tingkah Jeno yang mendadak meraih tangannya dan menyeretnya keluar dari kamar.

"Kita pindah tidur dikamarku malam ini"


MeraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang