Tuan muda Na jatuh sakit bukanlah hal yang aneh. Entahlah, pemuda itu memang tampaknya sakit-sakitan setelah melahirkan tuan muda kecil. Pernah hampir setiap hari selama beberapa minggu, tuan muda Na mengganggu madam Lee. Memintanya mengirimkan dokter, walau ada kalanya madam Lee mengabaikan. Namun, nama keluarga Na yang disandang tuan muda Na tidak mudah dikesampingkan. Madam Lee selalu ogah-ogahan mengirim dokter biasa ke kediaman putra tirinya.
Sudah beberapa waktu setelah tuan muda Na sembuh dari sakitnya. Tiba-tiba saja malam ini tumbang. Somi yang masih mengenakan piama berlari menuju kamar utama. Dia terkejut melihat dokter pribadi tuan muda kedua Lee sudah datang untuk memeriksa kondisi tuannya. Padahal dia pikir tadi, dia yang akan berlari ke kediaman utama Lee dan memohon madam Lee. Sama seperti yang lalu-lalu.
Somi melirik tuan muda kedua Lee, ayah dari satu anak itu tengah menggenggam tangan tuannya.
"Bagaimana kondisinya, dokter Yoon?" Jeno bertanya, suaranya terdengar stabil dan tenang. Tidak menunjukkan adanya kekhawatiran.
"Kondisinya baik-baiknya saja, hanya..." Dokter muda itu memejamkan mata dan membuat gestur ke arah Somi.
Somi mengerti, dia kemudian undur diri. Meninggalkan Jeno, dokter Yoon dan Jaemin yang matanya masih terpejam.
"Hah~" Dokter Yoon memandangi wajah menawan Jaemin.
"Sanha... Katakan, ada apa dengannya?" Jeno tidak bisa menyembunyikan rasa penasarannya.
"Tidak ada apa-apa, dia benar baik-baik saja"
"Lalu, mengapa dia pingsan?"
"Jen... Bagaimana ini?" Dokter Yoon terlihat gelisah.
Kening Jeno mengeryit, "Apanya yang bagaimana?"
"Dia sedang hamil..."
* * *
Berita bahwa Na Jaemin hamil menyebar secepat kilat, beragam reaksi bisa ditilik keesokan harinya. Madam Lee yang mendapat pesan itu segera menyalakan dupa dan berdoa kepada leluhur.
Beda lagi dikediaman Nancy, wanita cantik sepupu Jeno itu mengunci pintu rapat-rapat. Para pelayan bisa mendengar isak tangisnya yang menyayat hati.
Haechan juga mendengar berita itu, tapi dia tidak banyak bereaksi mengingat tuan muda Wong muncul berbarengan dengan tuan muda Mark Lee di ruang tamu kediamannya.
Satu-satunya orang yang bereaksi penuh kekecewaan adalah Taeyong. Dia tidak mengerti isi kepala adiknya. Padahal dia bersusah payah agar Jeno menjauh dari pemuda kasar seperti Jaemin. Malah sekarang adiknya membiarkan Jaemin sekali lagi mengandung anaknya.
"Apakah benar?" Bocah itu bertanya penuh perasaan senang.
Pengasuhnya mengangguk, "Tuan muda kecil diizikan menjenguk tuan muda Na setelah jam makan siang"
"Baiklah"
* * *
Jaemin siuman dan dia langsung mendapat kabar bagus. Kondisi tubuh Jaemin masih lemah, tetapi dia tidak bisa menutupi kebahagiaannya. Berkali-kali dia menggosok perutnya yang rata.
"Tiket kehidupanku~" Senandungnya.
"..." Jeno.
"Karena kau sudah hamil, kau bisa kembali ke atas" Jeno memberitahu Jaemin.
Jaemin cemberut, "Kau mengusirku?"
Jeno menggeleng, dia menyentuh perut rata Jaemin dan mengelusnya pelan. Dapat Jaemin rasakan, ada perasaan aneh yang menyelinap masuk melalui celah-celah hatinya.
"Ku pikir... kau tidak sehebat dulu... Ternyata aku salah... Hah~ seharusnya kita cukup sekali melakukannya" Jaemin menyesal, dia membiarkan tubuhnya dijadikan kelinci percobaan. Setelah menghabiskan malam pertama beberapa waktu lalu, Jeno jadi mengganggunya setiap malam dengan alasan misi membuat adiknya Jisung.
Telinga Jeno memerah mendengar ucapan Jaemin. Tangannya dia tarik, "Tentu saja aku masih hebat, kalau tidak... kau tidak akan menangis setiap kalinya"
PLAAKK
Jaemin menampar tangan Jeno, "Kau yang bermain kasar, dasar pycho"
"Tapi, kau tidak pernah menolak"
"Bagaimana aku bisa menolak? Kau bahkan tidak berhenti walau aku menangis"
Jeno mengangkat tangannya ke arah kepala Jaemin, dia kemudian meletakkan tangannya tepat dibelakang kepala pasangan hidupnya. Dengan sedikit usaha dirinya menarik kepala Jaemin mendekati wajahnya.
Cup.
Meremat selimut tebalnya, Jaemin memejamkan matanya. Dia bisa merasakan perasaan hangat memenuhi hatinya.
* * *
Nyonya besar Na sedang merangkai bunga kala seorang pelayan datang, pelayan itu lalu berbisik kepada pelayan pribadi sang nyonya besar.
Reaksi keterkejutan tidak bisa disembunyikan, membuat nyonya besar Na melirik.
"Ada apa?" Nyonya besar Na bertanya setelah menyaksikan pelayan lainnya pergi.
"Nyonya... Tuan muda... Hamil" Pelayan pribadinya berbicara penuh kecemasan.
Nyonya besar Na awalnya bingung, kemudian dia menjadi bersemangat.
"Benarkah? Ah... Karena dia mengandung cucuku, maka bawalah kerumah. Aku harus secara pribadi mengurusnya" Nyonya besar Na tersenyum puas.
Pelayan pribadinya ingin berbicara.
"Ah... Simpanan yang mana?"
Mendengar itu...
Brukkk
Pelayan pribadinya berlutut, "Nyonya..."
Nyonya besar Na perlahan menghilangkan senyumannya.
"Jangan bilang..."
* * *
Putranya benar-benar menggemaskan, paling menggemaskan didunia. Tatapan bersemangat di targetkan pada perut ratanya. Jaemin terkikik geli dan memeluk Jisung penuh kasih sayang.
"Ahna! Nanti adik bayi terluka diperut!" Jisung histeris, dia frustasi melihat Ahnanya yang main memeluknya tanpa memperhatikan tubuhnya.
Jaemin cemberut, "Tidak apa-apa, adik bayi mengerti. Ahna merindukan Jisungie"
Memberikan senyumannya, Jisung didalam hati mengeluh. Ahnanya tidak tahu, kalau adik bayinya adalah aset berharganya untuk memiliki...
"Aku harap adik bayi cepat lahir" Ujarnya.
* * *
Hari ini, silih berganti orang menyelamati Jaemin. Barulah sore hari, dia dapat santai. Jeno juga sudah meninggalkannya ke kantor. putranya? Yeri menyuruhnya tidur siang.
Jadilah, Jaemin duduk diam sembari mengelus perutnya. Dia seharian tampak bahagia. Namun, hatinya gelisah. Dia merasa ada yang salah...
Padahal dirinya sudah mencapai tujuannya.
"Si brengsek itu apakah masih ingin membunuhku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mera
FanfictionJaemin cemberut, anak itu terlihat ragu memegang tangannya. "Apa yang kau takutkan aku masih ayahmu" Katanya merajuk. "Apa yang kau takutkan aku masih suamimu" Plaak "Pergi sana, dasar cabul!"