La Luh

5.4K 501 91
                                    

Konon kucing memiliki sembilan nyawa...

Lalu? Manusia sendiri? 

Adakah nyawa cadangan? Bukankah jika terhindar dari kemalangan hanya disebut keberuntungan?.

Namun, ada juga yang bilang kita memiliki dunia paralel...

Manusia yang bernama, nasib, takdir yang sama. Perbedaannya hanya waktu yang berbeda...

Tiga jiwa...

Masa lalu, masa kini dan masa depan...

Tetapi... masa lalu lalu hanya mengenal masa depan. Sebaliknya masa depan hanya mengenal masa lalu... Masa kini... berada ditengah-tengah... Kondisi yang dialami dimana manusia mengenang masa lalu dan merancang masa depan.

Masa kini terus melaju tetapi tidak melampui masa depan, tidaK bisa juga mengulang masa lalu yang sudah terjadi.

Perasaan itu jelas mengalir deras dengan tidak nyaman pada seorang pria yang beranjak dewasa. Dia memandang seorang pria baruh baya yang terbaring lemah ditempat tidur dengan segala peralatan medis penunjang kehidupan. 

"Ayahmu memanggil namamu terus-menerus" Seseorang pria paruh baya lainnya menjelaskan. Tatapannya penuh kasih sayang pada sosok ditempat tidur. 

Pemuda itu mengangguk, "Terima kasih telah menjaga ayahku"

"Dia suamiku, tentu aku harus menjaganya" Ucapan lembut ini, pemuda itu tersenyum sedih. 

"Ayah... Aku sudah disini..." Panggil pemuda itu sembari mengelus pelan tangan ayahnya.

Tiba-tiba saja kelopak mata yang terpejam terbuka perlahan-lahan. Sontak kedua orang itu antisipasi, senang sekaligus was-was.

"Ayah!" Seru pemuda itu.

Sang ayah meliriknya, tangannya diangkat dan tergapai-gapai diudara. Mengisyaratkan untuk anaknya mendekat. Pemuda itu buru-buru mendekatkan kepalanya mendekati wajah sang ayah.

"N-Na..." Ayahnya tersendat-sendat berkata, "Na..." Katanya sekali lagi lebih lancar.

Pemuda itu kebingungan.

"Ay-"

"Ahnamu... Dia ta-tampak marah..."

Pemuda itu merasakan hatinya menegang.

* * *

Yeri menatap tuan muda kecilnya yang memandangi hujan terus-menerus dengan ekspresi yang serius. Jarang sekali anak ini melamun seperti itu. Dia terlihat seperti seorang bocah dengan jiwa orang dewasa.

"Apa yang salah?" Tanya bocah itu tiba-tiba.

"Hum?" Yeri mengangkat alisnya. 

"Tuan  muda kecil apa yang kau bicarakan?" Tanya Yeri berniat menggodanya. Bocah itu berbalik dan menatap Yeri tajam.

"Apa yang salah? Mereka sudah bersatu kali ini... Tetapi mengapa mereka masih bertengkar?" Katanya datar tanpa emosi.

"Tuan muda..."

"Tiga jiwa..." Ucap bocah itu.

"Di masa depan aku sudah mengumpulkan tiga jiwa keduanya..."

* * *

Kejam...

Sangat kejam...

Bagaimanapun itu orang yang dia sukai... Juga memberinya darah dan daging sebagai keturunan... Pemikiran membunuhnya dengan melemparnya ke kandang macan.

Mendengarnya...

Pemuda itu bisa merasakan tubuhnya lemas.  Air matanya tumpah...

Ahna... Ahnanya...

MeraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang