Tujuh simpanan!
Na Jaemin memang gila!
Kepala Jaemin berdenyut sakit, masalahnya didunia ini tidak habisnya. Apakah benar takdirnya dilempar ke kandang macan?.
"Tuanku, para simpananmu" Somi memperlihatkan deretan profil wanita muda yang cantik-cantik.
Awalnya Jaemin biasa saja, tetapi deretan wanita ini begitu memukau mata walaupun dilihat dari fotonya. Sinar dimata Jaemin menyala, dia kemudian tertawa senang melihat koleksi berkualitas milik Jaemin peran samping.
"Ini siapa? Yang ini... Ah yang matanya biru ini siapa?" Jaemin bersemangat bertanya, bagaimanapun dia masih lelaki normal sebelum masuk kedunia aneh ini.
"Selera Jaemin tinggi sekali..." Gumannya pelan.
Somi mendengar gumanan Jaemin, diliriknya sekilas tuan mudanya yang masih asyik menatap profil deretan simpanannya di tablet.
"Lupakan saja! Pikirkan cara agar putus dengan mereka semua" Jaemin mendorong tablet ke tangan Somi. Baru saja dia memiliki fantasi dengan wanita-wanita itu, tiba-tiba saja bayangan Jeno membawa beberapa ekor muncul dibenaknya. Merusak mood bagus Jaemin seketika,
Setelah dia pikir-pikir lagi, dia bertanya-tanya didalam hati. Tidakkah Jeno mengetahui hal ini?. Kalau dia tahu, Jaemin tidak menyalahkan Jeno jika dia memendam kebencian pada Jaemin peran samping. Pria itu pantas mendapatkannya...
Mungkin dia juga sudah mengetahuinya, semua terasa masuk akal. Akumulasi kebencian itu... Dapat dimengerti, terlebih Jaemin berselingkuh dengan adik sepupunya sendiri.
"Kau juga sih! Bukannya melarangku berselingkuh! Kau malah mendukungku, membelikan semua wanita itu masing-masing apartement untuk ditempati" Jaemin mengomeli Somi.
"..." Somi, "Nyonya besar Na... yang membelikan semua unit itu"
"Ya!" Jaemin kehabisan kata-kata.
Ibunya memang pendukung nomor satu perceraiannya dengan Lee Jeno.
"Auh!" Pusing dikepala Jaemin menjadi-jadi.
"Aku pernah tidur dengan salah satu diantara mereka? Atau sudah pernah tidur dengan semuanya?!" Jaemin bertanya, perasaannya jadi campur aduk.
Jeon Somi memainkan jejemarinya. Melihat itu, keinginan memukul kepala asisten pribadinya meningkat.
"Wah!" Tamatlah riwayatnya.
"Tuanku tidak bisa..." Somi malu-malu menaikan kedua jari telunjuknya dan menyatukan keduanya.
Kening Jaemin mengeryit, "Hah?"
Somi menoleh kiri dan kanan, sebelum berbisik-bisik lamat, "... Setelah hamil"
* * *
Menyambut kedatangan putranya, Jaemin membawa bocah itu kedalam gendongannya. Keduanya berbicara sebentar lalu tertawa, apalagi ekspresi Jisung sangat bangus.
"Jisungie harus banyak makan agar lemak bayinya tumbuh dipipi, biar semakin menggemaskan" Setelah berkata begitu, Jaemin gemas menciumnya hingga membuat bocah empat tahun itu tergelak.
"Ahna, aku sayang padamu" Bisik Jisung ditelinga Jaemin.
Jaemin tertawa, "Aku juga sayang padamu" Bisiknya. "Duhai tiket kematian" Tambahnya dalam hati.
"Jisungie berganti pakaian, kemudian tidur siang. Nanti malam Ahna meminta koki kita menyediakan semua makanan kesukaanmu" Bujuk Jaemin.
"Oke, Ahna tidak keberatankan malam ini aku tidur dikamarmu lagi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mera
FanfictionJaemin cemberut, anak itu terlihat ragu memegang tangannya. "Apa yang kau takutkan aku masih ayahmu" Katanya merajuk. "Apa yang kau takutkan aku masih suamimu" Plaak "Pergi sana, dasar cabul!"