Nam Las

6.5K 1K 104
                                    

PRAANGGGG

"Sekali lagi! Katakan padaku!"

"Nyonya besar... Tuan muda... telah pindah ke kamar utama" Pelayan wanita paruh baya menundukkan kepalanya kala menerima tatapan tajam nan mematikan dari majikannya.

"Nyonya!" 

Pelayan wanita tua lain yang sejak tadi diam mengamati segera meraih tangan nyonya besarnya begitu melihat majikannya tampak berdiri goyah. 

Memegang tangan pelayan pribadinya, sang nyonya besar masih mencoba mencerna kabar yang baru saja dia dapat. Setelah beberapa saat dia meremat tangan pelayannya.

"Kirimkan kartu ke keluarga Lee... Katakan aku sedang dalam kondisi buruk" Putusnya.

Pelayan pribadi sang nyonya melirik pelayan yang masih berlutut di depan mereka.

"Perintah nyonya besar" Bisiknya.

* * *

Pagi-pagi sekali  Jaemin menyeret Somi yang masih mengantuk berat pergi ke kuil keluarga Lee. Beruntung letaknya tak jauh, butuh hanya sekitar lima belas menit berjalan kaki. Somi sudah mulai terbiasa akan tabiat Jaemin yang berubah-ubah. Namun, dia masih tetap terkejut melihat tuan mudanya berlutut dan berdoa. 

Apakah dunia akan segera kiamat?. 

Mau tak mau Somi ikut bersujud dan berdoa disamping Jaemin. 

"Tolong dengarkan keinginanku, aku ingin segera hamil. Agar si brengsek itu tidak membunuhku" 

Oh... Kiamat masih jauh rupanya....

 "Somi... Sttt, Somi" 

Somi membuka matanya dan menoleh pada tuannya.

"Doakan aku cepat-cepat hamil ya..."

Tersenyum, Somi mengangguk.

* * *

Sungguh, Haechan tidak ingin menemui iparnya yang sombong. Andai saja dia tidak pagi-pagi menyapa bibi dan pamannya, mungkin bukan dirinya yang ditugasi membawa kartu kunjungan. Beruntung, iparnya sedang tidak ada dirumah dan dia berniat segera pergi. Tidak, sampai dia melihat Jaemin diikuti Somi muncul.

"Nyonya besar keluarga Na merindukan putra satu-satunya..."

Haechan menyerahkan kartu kunjungan tepat didepan wajah Jaemin.

Jaemin mengambil kartu kunjungan tersebut dan membukanya. Dia membaca tanpa memperhatikan Haechan pergi melewatinya.

"Terima kas-" Jaemin menoleh kiri-kanan, di tidak menemukan Haechan.

"Tuan muda ketiga sudah pergi" Beritahu Somi.

"Oh..." Jaemin mengangguk, ditatapnya lagi kartu kunjungan.

"Beritahu Kim Yeri, aku membawa serta putraku ke kediaman keluarga Na"

* * *

Jisung bersemangat, ini kali pertama dia pergi menemui keluarga Na. Biasanya keluarga Na yang berkunjung dan itupun hanya mau melihat Ahnanya saja. 

"Nenekmu pasti senang bertemu denganmu" Jaemin mengusak rambut putranya. Jisung memaksakan senyumannya. Terakhir kali, nenek dari pihak Ahna bahkan tidak mau menoleh ke arahnya walau sekilas.

"Nanti minta yang banyak mainan-mainan mahal ya..." Jaemin mengedipkan matanya.

* * *

Kediaman keluarga Lee saja sudah membuatnya ternganga, sekarang kediaman keluarga Na. Jaemin hampir menjatuhkan rahangnya.

Pantas saja maharnya setinggi gunung!.

MeraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang