Jauh di tengah malam...
Dari balik daun pintu berukir indah itu, masih dapat terdengar suara samar isakan rendah dan suara gerakan nan ambigu yang belum berhenti sejak berjam-jam lalu.
Sebagai wanita yang sudah dewasa, Jeon Somi tersipu berat. Dia mengerti, sekaligus bersimpati pada tuannya. Padahal dia dulu berpikir bahwa tuan muda kedua Lee bukanlah seseorang yang berguling-guling penuh semangat di bawah selimut.
Ah... Tuanku... Semoga anda mampu melewati malam yang panjang ini.
* * *
Ada kalanya Jaemin berpikir kandang macan ternyata tidak buruk terlebih di malam ini. Ini jelas tidak ada kata yang tepat selain keluar kandang macan masuk ke kandang buaya. Benar-benar merasakan tidak jauh dari kematian. Di awal dia masih mampu menahannya, setelah sekian lama. Tanpa memiliki sisa rasa malu dia berteriak memohon ampun sambil menangis.
Namun, Jeno bukannya berhenti malah semakin aktif. Pria itu mencumbunya lembut dan sesekali menyeringai menetertawakan ketidakberdayaannya.
Jaemin tidak ubahnya daging segar yang diumpankan kepada buaya yang berpuasa beberapa tahun lamanya.
Dia tidak berdaya, bahkan ketika mereka selesai mendekati subuh. Jaemin merasa mati rasa, dia membiarkan Jeno membawa tubuhnya dalam gendongan ke kamar mandi. Matanya terasa berat saat Jeno meletakkannya di bathtub dan dia jatuh ke alam mimpi tahu apa-apa lagi.
* * *
Ketika Jaemin bangun itu sudah tinggi hari, dia secara total linglung. Tubuhnya juga sakit dimana-mana, barulah setelah beberapa saat merenung dia mengingat kejadian semalam. Wajahnya memerah.
Lee Jeno sialan!
"SOMI!" Panggilnya, akibat dia kesusahan untuk sekedar duduk.
Tok
Tok
"Tuanku?"
"Kemarilah"
Suar pintu terbuka terdengar, Jeon Somi melangkah masuk. Dia mendapati Jaemin yang duduk bersandarkan headboard. Bertahun-tahun Somi tidak memiliki ekspresi yang berarti. Tetapi dia tidak bisa tidak terkejut melihat jejak biru dan keunguan yang nampak menakutkan di sekujur tubuh bagian atas tuannya.
Ya Tuhan, tuan muda kedua Lee memakan habis tuannya!.
"Carikan aku salep yang bisa menyamarkan semua bekas ini" Perintah tuannya.
"Baik tuanku"
Somi berniat undur diri, sebelum Jaemin bertanya...
"Kemana si brengsek itu?" Tanya Jaemin.
Somi tidak habis pikir, setelah berguling-guling bersama di tempat tidur tuannya masih bersikap seperti ini?.
"Tuan muda kedua telah pergi bekerja" Jawab Somi.
"Apakah dia ada mengatakan sesuatu?" Tanyanya sekali lagi.
Somi tersenyum "Beliau tidak mengatakan apapun"
Jaemin berdecih.
"Namun, tuan muda kedua melarang siapapun mendekati kamar utama tanpa perintah"
* * *
Setelah menghabiskan makan siang dan juga sudah mengoleskan salep hampir disekujur tubuhnya. Jaemin dengan riang menghampiri putranya, bocah itu kondisinya semakin membaik.
"Apakah kau ingin main video game?" Ahnanya ceria sekali hari ini, Jisung tidak bisa menolak. Kim Yeri yang biasanya lumayan ketat memperbolehkan pasangan Ahna-ana itu bermain bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mera
FanfictionJaemin cemberut, anak itu terlihat ragu memegang tangannya. "Apa yang kau takutkan aku masih ayahmu" Katanya merajuk. "Apa yang kau takutkan aku masih suamimu" Plaak "Pergi sana, dasar cabul!"