29. Batas Kesabaran

542 67 1
                                    

Sabar ada batasnya juga,
namanya juga manusia.

***

"Mauren lo harus bertindak lebih sama adik kelas songong itu."

"Iya Mauren. Apalagi kemarin kita liat dia udah berani keluar malam sama Askara. Pasti dia yang goda Askara deh."

Mauren tersenyum miring. "Kalian benar. Kali ini gue bakal buat dia malu."

"Lo!" Panggil Mauren pada siswi yang memakai kacamata.

"A-aku kak?"

"Iya, sini lo!" Paksa Mauren.

"K-kenapa kak?"

Setelah membisikkan sesuatu pada gadis berkaca mata lebar itu. Gadis itu pun mengangguk mengerti.

"Udah sana!" Usir kedua temannya Mauren.

Gadis berkaca mata itu berjalan ke arah meja Lea sambil membawa sebuah nampang dengan semangkok bakso berkuah.

Tangan gadis itu gemetaran karena yang akan ia lakukan adalah baru pertama kalinya. Seandainya bukan suruhan kakak kelasnya yang terkenal suka membully itu, gadis itu tidak akan mau.

Byurr

"Awh." Ringis Lea sambil mengibaskan tangannya yang terkena tumpahan kuah panas.

"Astaga Lea." Khawatir Nadia.

"M-ma-maaf Lea. A-ku gak senga-ngaja. Tadi ka-kaki aku ke-kesandung." Ucapnya terbata-bata sambil menunduk. Dan yah, ia sebenarnya sengaja, tapi dengan terpaksa harus melakukan suruhan dari Mauren.

"Lain kali lo hati-hati ya."

Gadis itu mengangguk. "Iya, maaf banget ya Lea. Pasti tangan kamu perih."

"Tangan gue pasti perih, tapi gak papa kok. Lo kan juga gak sengaja."

"Aku permisi dulu Lea."

Lea mengganguk. Ia meniup-niup tangannya yang mulai memerah.

"Kita ke uks obatin tangan lo ya."

Lea menggeleng. "Gak perlu, Nad. Ini gak perih banget kok. Bentar lagi juga bakal mendingan."

"Yaampun Lea, liat coba tangan lo udah agak merah gitu."

"Udah Nad, kita lanjut makan aja."

"Lea."

"Nanti selesai makan baru kita ke uks."

"Oke."

"Panas ya?" Tanya Mauren berdiri di dekatnya dengan lipatan tangan depan dada.

Aktivitas makan Lea terhenti ketika mendengar suara itu.

"Itu sih belum seberapa."

Lea menghela napas. "Jangan-jangan kak Mauren yang suruh Tia?"

Mauren tertawa. "Emang iya, karena adik kelas culun itu gak bakal mungkin ngelakuin hal kayak tadi tanpa suruhan dari gue."

Lea geleng-geleng kepala tak habis pikir. Ia berdiri dan menghadap Mauren.

"Licik banget sih kak harus sampai nyuruh orang yang sama sekali gak ada urusannya buat ngelakuin hal yang gak pernah ia lakukan."

"Terserah gue dong. Oh iya tangan lo merah tuh."

"Gara-gara lo!"

"Gak usah ngegas dong. Gue udah pernah peringatin lo untuk jangan deketin Askara. Tapi, lo makin caper. So, ini lah akibatnya. Itu juga belum seberapa sih."

ASKARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang