35. Teror

462 52 2
                                    

Beraninya di belakang doang,
kasih liat dong siapa diri lo.

-Skaigor-

***

Naira yang baru keluar dari tempat kerjanya dan tiba-tiba seorang pria dengan setelan jas dan kacamata hitam memanggilnya.

"Anda siapa?"

Pria paruh baya itu melepas kacamatanya. "Kamu gak mungkin lupa sama saya."

"Ada apa kamu ke sini?"

"Mau ketemu kamu."

"Saya harus segera pulang."

"Naira, tunggu sebentar. Saya hanya ingin berbicara sama kamu perihal anak kedua saya."

"Maaf, tapi saya harus segera jemput anak saya."

"Naira, saya mohon. Ini kesempatan buat saya akhirnya bisa ketemu sama kamu. Hanya kamu satu-satunya orang yang tau semuanya." Cegah laki-laki itu.

Naira terdiam.

"Saya sangat mohon Naira. Sudah lama saya mau ketemu sama kamu, tapi saya gak tau keberadaan kamu."

"Saya ini papanya dari anak-anak Wulandari, jadi saya pikir saya berhak tau di mana anak kedua saya." Lanjut pria itu.

Naira menghela napas. "Oke. Tapi, kita jangan bicarakan di sini, dan saya hanya sebentar, karena harus menjemput anak saya."

Kini dua orang itu berada di sebuah restoran.

"Kenapa kamu baru mencari keberadaan anak kedua kamu?"

"Sudah dari dulu saya mau mencari keberadaannya lewat kamu, tapi saya gak pernah ketemu kamu. Saya sempat mau sebar wajah kamu di beberapa media untuk mencari keberadaan kamu, tapi saya langsung berubah pikiran memilih untuk tidak melakukan hal itu. Saya juga sempat menyuruh beberapa pekerja saya untuk mencari kamu, tapi mereka tetap gak menemukan kamu."

"Saya baru beberapa bulan pindah ke kota ini. Untung kamu gak melakukan hal itu untuk mencari keberadaan saya. Kamu tau kan saya gak suka hal seperti itu."

"Iya, makanya saya gak melakukan hal itu, Naira."

"Kenapa kamu tau saya bekerja di sana?"

"Beberapa tempo hari, istri saya melihat kamu bekerja di butik Tivany. Dia cerita ke saya, terus saya ada rencana langsung menemui kamu di sana."

"Istri kamu?"

"Ini orangnya."

"Saya ingat wanita itu. Saat itu istri kamu mengambil pesanan gaunnya yang ingin ia pakai di Paris kan?"

"Betul."

"Waktu saya tinggal sedikit. Jadi apa tujuan anda menemui saya?"

"Saya mohon pertemukan saya dengan anak kedua saya. Pasti anak itu sudah tumbuh remaja seperti kakaknya. Saya sendiri aja gak tau anak kedua saya perempuan atau laki-laki."

"Anak kedua kamu, perempuan. Dia sangat cantik seperti ibunya. Dia tumbuh menjadi gadis remaja yang baik."

"Izin kan saya untuk bertemu dengannya. Saya mohon Naira."

"Maaf saya belum bisa mengizinkan kamu. Belum saatnya kamu bertemu sama dia."

"Kenapa Naira? Dia anak saya juga."

"Sepertinya dia belum siap."

"Dia gak pernah bertanya siapa ayahnya?"

"Dia selalu bertanya, tapi saya gak pernah memberitahukan soal kamu. Bahkan foto kamu pun saya gak kasih liat."

ASKARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang