09. Double Date?

885 94 5
                                    

Bukan double date, yang ada gue sama Lea jadi nyamuk kalian.

***

"Woi, woi, anjrit."

"Kenapa malah ke sana sih bego!"

"Ya ya ya dikit lag-- awh." Ringis Bisma saat bantal berhasil melayang ke wajahnya.

"Suara lo bego." Kesal Putra.

"Jangan ganggu dulu woi."

Bisma mendengus. "Ah sial, kalah lagi gue." Kesal Bisma.

"Yes, gue menang. Faren gitu loh." Seru Faren bangga.

"Gara-gara lo nih Put jadi kalah lagi kan gue. Padahal tinggal selangkah lagi gue menang." Omel Bisma.

"Makanya suara lo dikontrol supaya tuh suara klakson bis tayo lo gak menggema."

"Berapa kali pun lo ngomong gitu ke gue, suara gue bakal tetap kek gini. Mau gimana lagi udah dari sononya suara gue cempreng."

"Sampai-sampai suara tangisannya Bisma pas lahir melengking di telinganya si bidan." Canda Faren tertawa.

"Nah itu lo tau. Jadi kalau emang dari lahir udah kayak gitu, ya bakal kayak gitu terus sampai sekarang, dan seterusnya."

"Iya iya."

"Tapi, gara-gara lo gue jadi kalah. Lo harus tanggung jawab."

"Tanggung jawab gue, ngalahin Faren?"

"Iya lah, udah berhari-hari, berbulan-bulan, bertahun, gue belum pernah menang tiap main sama Faren."

"Sabar ya bro. Lo harus terima kenyataan. Terkadang realita tak seindah ekspektasi."

"Sok drama lo."

"Sini stiknya, biar gue yang ngalahin lo." Putra bangkit dari duduk yang sebelumnya di sofa berpindah duduk ke karpet berbulu lembut.

"Uhuy bakal menang nih gue." Ucap Bisma antusias.

Tentu saja karena Putra sangat jarang main PS, justru cowok itu malah keseringan tidur di markas. Putra sekali main pasti akan menang. Jika dibandingkan dengan mereka bertiga, sudah pasti Putra lah yang menang.

"Dih, kalau pun Putra menang. Itu bukan lo, tapi Putra."

"Putra kan wakilin gue buat ngalahin lo."

"Cuma wakilin doang, bukan diri lo yang main. Jadi tetap aja Putra yang menang."

"Lo anggep aja Putra itu gue kalau menang. Kalau kalah itu tetap Putra. Tapi, gak mungkin sih Putra kalah." Pujinya pada Putra.

"Aelah bacot lo berdua, ayo mulai." Sahut Putra yang sedari tadi sudah siap bermain, tapi teman-temannya itu malah ribut.

"Go!!"

"Lo jangan teriak kenceng di kuping gue kalau lo gak mau kalah." Titah Putra.

"Iya iya."

Tiba-tiba suara dering ponsel menyela obrolan mereka bertiga.

"Suara handphone siapa tuh?"

"Gue?" Tanya Faren.

"Seila." Eja Askara yang sedari tadi sibuk dengan ponselnya tiba-tiba mendengar dering ponsel di atas meja dan langsung membaca nama yang tertera di layar.

"Bentar bentar cewek gue nelpon." Ucap Faren lalu bangkit.

"Aisss, ngapain sih Seila pake nelpon. Udah tau kita mau main game." Bisma mendengus, padahal ia sudah antusias sekali.

ASKARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang