08. Kelakuan Murahan

916 103 10
                                    

Cewek juga boleh mengejar cowok. Tapi, kalau cowoknya udah bilang gak mau di kejar, ya udah berhenti. Masih banyak cowok yang lain. Cewek juga harus tau batas dan sadar diri.

-Ardiputra Niel Juanta-

***

Pagi ini Lea tengah berjalan sendirian dengan tenang menuju kelasnya. Jalan Lea tiba-tiba terhenti ketika seorang gadis turun dari tangga yang mencoba menghadangnya. Lea menatap kakak kelasnya itu sejenak, kemudian kembali berjalan untuk menghindari masalah dari gadis yang suka cari gara-gara itu.

Namun ketika Lea sudah maju selangkah, badan gadis itu langsung menghalangi Lea di hadapannya dengan tangan bersedekap di depan dada.

Lea menghela napas kecil. "Kak Mauren, aku gak mau cari masalah dengan senior aku sekarang."

"Bukannya kamu udah bermasalah dengan gue sebelumnya ya?" Tanya Mauren dengan nada angkuh.

"Kak, biarin aku pergi." Lea benar-benar tidak ingin ada masalah yang terjadi sepagi ini.

"Lo lupa saat awal kedatangan lo di sekolah ini udah bermasalah sama senior lo?"

"Aku pasti inget. Cuma aku gak mau pagi-pagi gini udah ada masalah. Masih pagi loh, kak."

"Terus gue harus peduli? Gue udah bilang, urusan kita belum kelar adik junior."

"Aku tau kok urusan kita emang belum selesai. Terus?"

"Bener-bener belagu lo ya!" Kedua tangan Mauren langsung terkepal emosi. Tapi, tak berlangsung lama ketika kedatangan lima cowok tampan SMA Gerilya.

"Kalian ngapain di sini? Menghalangi jalan tau gak?"

"Ini, si adik kelas belagu. Masa dia pagi-pagi gini udah cari gara-gara sama gue." Adu Mauren yang justru kebalikannya sembari memeluk manja lengan kekar Askara.

Askara menatap Lea lekat dari arah samping. "Benar?"

Badan Lea berbalik menghadap Askara. "Kalau aku jujur, nanti yang ada kak Mauren bakal malu sendiri. Terus nantinya kak Askara dan kak Mauren malah berantem. Permisi ya." Jawab Lea dan langsung pamit pergi ke kelasnya.

Askara tersenyum tipis, sangat tipis sampai-sampai tidak ada yang mengetahuinya. Ia menatap kepergian gadis itu yang membuat suasana hatinya pagi-pagi ini merasa senang.

"Kamu tadi denger sendiri kan, dia lancang banget ngomong gitu. Padahal dia sendiri yang salah, tapi gak mau ngaku."

"Jauhin tangan lo!" Gertak Askara.

"Kok malah di kacangin sih."

"Jauhin tangan lo, Mauren!"

"Kita bareng aja ya."

Tangan Askara terkepal kuat, dan Mauren manyadari perubahan itu. Sontak Mauren segera menjauhkan tangannya.

"Iya iya." Ucap Mauren cemberut namun tak di perdulikan sama sekali.

Setelah tangan Mauren terlepas, Askara kembali melangkah menaiki tangga menuju kelasnya, di ikuti keempat sahabatnya di belakang.

"Dasar mak markotek." Cibir Putra ketika pas melewati Mauren.

"Apa?!" Balas Mauren tak mau kalah.

Cowok yang posisinya paling belakang seketika tangannya diacungkan mengepal dengan hanya jari tengahnya yang di luruskan.

Tak mau kalah lagi, Mauren menjulurkan lidahnya meledek pada cowok yang memberinya tanda fuck, yaitu mantannya.

Mantan? Yah, mantannya Mauren adalah Faren. Mereka sempat berpacaran saat kelas sepuluh hanya dua minggu, lumayan lah menurut Faren. Tujuan masing-masing hanya ingin bermain-main saja. Jadi saat mereka putus tidak ada perasaan menyesal sama sekali.

ASKARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang