30. Ciuman Tiba-Tiba

649 61 5
                                    

Gue udah dapet foto pertama lo, meski gak secara langsung dan bukan gue yang fotoin sendiri.

***

"Lo maju selangkah lagi, detik ini juga lo angkat kaki dari sekolah ini sekarang juga!"

Setelah berbicara yang membuat Mauren berdiri kaku di tempat, Askara kembali berjalan menarik tangan Lea menuju koridor. Para sahabatnya tidak mengikutinya.

Melihat Askara datang, beberapa murid yang ada di sana semua langsung pergi meninggalkan koridor. Seakan sudah tahu dan mengerti bahwa Askara menyuruhnya pergi.

"Pipi lo gimana? Masih sakit?" Tanya Askara lembut.

"Udah gak papa."

"Tangan lo?"

"Gak kenapa-kenapa kok." Lea langsung menyembunyikan tangannya yang terkena tumpahan kuah bakso ke belakang punggungnya.

"Jangan bohong, Lea."

"Beneran kok."

"Lea?" Tangan Askara mengangkat dagu Lea yang tertunduk.

Lea menghela napas. "Udah gak perih kak."

"Coba gue liat."

"Gak perlu."

"Gue pengen liat dulu. Mau mastiin apa beneran gak parah."

Mau gak mau terpaksa Lea memilih menunjukkan tangannya yang merah di depan Askara.

Askara memegang tangan Lea, lalu meniup-niupnya.

Lea langsung tertegun melihat aksi Askara dan sekarang jangtungnya berdebar-debar. Tanpa sadar sudut bibirnya terangkat.

"Kita ke uks? Atau ke rumah sakit?" Tanya Askara.

"Kalau diobatin sama lo aja, boleh?"

"Mau ditiup-tiup gini aja sama gue?"

"Kalau lo mau, mending gak perlu ke UKS."

"Gue pasti mau." Askara tersenyum dan mulai meniup-niup tangan Lea.

Tiba-tiba wajah Askara mendekat ke pipi Lea. Dengan reflek Lea langsung sedikit menghindar.

"Lo mau ngapain?"

"Mau niup pipi lo."

Lea mengernyitkan dahinya.

"Pipi lo juga pasti perih, jadi gue mau tiup supaya agak mendingan juga kayak tangan lo."

Lea menggeleng. "Pipi gue gak perlu ditiup. Tangan gue aja." Balas Lea cepat.

"Oke."

Satu detik.

Cup.

Mata Lea seketika melebar dan nyaris tak berkedip beberapa detik, jantungnya dibuat makin berdetak kencang, di perutnya seakan ada kupu-kupu berterbangan.

"Askara."

"Pipi lo gak mau ditiup, jadi gue cium." Askara dengan santainya bicara seperti itu.

"Pipi gue gak mau ditiup bukan berarti pipi gue mau dicium gitu aja, Kar."

"Udah terlanjur Lea. Lagian pasti udah gak perih kan. Cuma muka lo merah gitu."

Lea menunduk mencoba menyembunyikan wajahnya yang sudah memerah seperti kepiting rebus. Ia benar-benar salah tingkah sekarang, apalagi Askara barusan menciumnya di koridor. Untungnya di sini tidak ada orang. Semoga saja tidak ada murid apalagi guru yang memerhatikan mereka berdua secara diam-diam.

ASKARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang