38. Ulang Tahun Yang Menyedihkan

518 46 1
                                    

Air mata Lea terus berjatuhan, jantungnya berdetak kencang. Ia tidak tahu ingin ngapain, melawan sepertinya percuma, teriakpun juga akan sia-sia.

Tuhan bantuin Lea, jangan sampai cowok ini berbuat di luar batas. Hamba hanya berharap padamu tuhan.

"Gue mohon jangan lakuin sesuatu sama gue hiks hiks."

"Tangis lo gak mempan depan gue."

Cowok itu menjauhkan kepalanya dari Lea. Ia bersedekap dada menatap Lea yang terlihat sangat ketakutan membuat cowok itu tersenyum miring.

"Gue minta lo jauhin ketua Skaigor."

Lea mendongak. "Lo siapa suruh gue jauhin kak Askara?"

"Lo jauhin sebelum gue berbuat lebih sama lo."

"Lo itu sebenarnya siapa ha? Kenapa lo culik gue? Atau lo pengirim boneka menyeramkan itu?"

"Iya."

"Lo gila?! Kenapa lo tega lakuin itu sama gue? Kita gak kenal, dan apa masalah lo sama gue, hiks?" Tangisan Lea semakin deras.

"Gue gak suka sama Askara bangsat itu. Gue juga lakuin ini demi adek gue. Lewat lo Askara bakal hancur sebelum gue hancurin Askara secara langsung."

"Siapa adek lo? Lo juga siapa? Apa sesusah itu ungkapin nama lo?"

"Alex Veriko Sean."

Sean? Nama papa dari Mauren. Benak Lea langsung tertuju pada kakak kelasnya itu.

"Sekarang lo udah tau kan siapa gue dan adek gue tanpa gue sebut."

"Lo kakaknya kak Mauren?"

"Lebih tepatnya saudara kembar."

Lea terdiam mematung.

"Gue bakal lakuin apapun buat adek gue. Membunuh lo sekalianpun gue bakal lakuin."

Lea menggeleng kuat. "Gue mohon jangan."

"Itu kemauan adek gue. Sementara gue mau liat Askara hancur. And so, gue pake cara lewat lo, Lea manis."

"Jangan sentuh gue!" Gertak Lea langsung menghampas tangan Alex yang berani menyentuh pipinya.

"Gue kasih pilihan, antara menjauh atau mati?"

"Sebenarnya apa masalah lo sama Askara? Askara itu baik gak kayak lo. Jangan sakitin Askara."

"Apa harus ada alasan untuk membenci seseorang?"

"Iya, dan alasan lo harus logis."

"Gue benci sama Askara. Lo gak perlu tau alasannya apa."

"Jangan bunuh gue. Kita bisa bicarakan ini baik-baik."

"Baik-baik. Gak ada kata pembicaraan baik-baik di prinsip gue."

"Apa dengan lo bunuh gue rasa benci lo bisa tuntas sama Askara dan gak bakal nyakitin dia lagi?"

"Tentu, karena gue bakal liat Askara hancur."

"Setelah ini lo bakal jadi pembunuh!" Teriak Lea.

"Gue gak peduli." Alex maju satu jengkal mengunci Lea dengan kedua telapak tangan menempel di pintu.

"Gimana? Menjauh atau mati?"

Lea terdiam memejamkan matanya. Lea bimbang. Sejujurnya Lea belum ingin mati. Ia punya cita-cita yang harus ia capai di masa depan. Ia juga ingin bertemu ayahnya.

"Hm?"

Lea menghela napas. "Oke, gue akan pilih menjauh dari Askara." Keputusan Lea sudah bulat.

"Nice. Kalau gue liat lo medekat lagi, lo tau kan akibatnya?"

ASKARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang