41. Papa Lea

525 42 1
                                    

"Tante, Lea mau bicarain sesuatu sama tante. Lea harap tante ceritain semuanya ya. Tante jangan lagi menutup-nutupi semuanya."

Dalam hati Naira bisa tebak jika Lea akan meminta penjelasan dari ini semua. Apa malam ini waktu yang tepat untuk Naira ceritakan semuanya.

Naira mengangguk. "Apa yang perlu tante ceritain ke kamu?"

"Siapa ayah kandung Lea, tan?"

Naira terdiam sejanak. Ia menghela napas. Masih enggan untuk memberitahukannya.

"Lea perlu tau tante. Lea berhak tau siapa ayah Lea. Namanya aja, tante gak ngasih tau Lea, bahkan fotonya pun tante gak pernah ngasih liat Lea." Mata Lea mulai berkaca-kaca.

"Lea--"

"Apa laki-laki yang pernah datang ke rumah kemarin benar adalah ayah Lea?"

"Kamu dengar semuanya?"

Sebisa mungkin Lea mengatakan iya. Entah kenapa begitu sulit ketika sudah mengetahui semuanya.

"Kenapa tante diam aja sih? Apa benar laki-laki itu ayahnya Lea?"

Mau tidak mau Naira harus menjawab pertanyaan yang dari dulu keponakannya itu ingin tahu. Naira menghela napas sebelum menjawab.

"Dia ayah kamu."

Lea seketika tertegun, jika megedikkan matanya hanya sekali sudah mampu meneteskan air mata yang banyak terkumpul.

"Maafin tante sayang. Itu alasannya kenapa tante suruh kamu jauhin Askara."

"Tante juga baru tau kalau Askara itu cucu dari Bramarya." Lanjut Naira, memang benar ia baru tahu dari laki-laki itu.

"Apa alasan tante gak ngasih tau Lea dari dulu? Lea selalu sedih tan. Lea pengen banget liat wajah papa Lea."

"Tante gak mau ceritain kamu dari dulu karena menurut tante kamu belum pantas untuk tau semuanya. Tante juga masih rada kecewa sama papanya papa kamu. Tante gak mau kamu terbebani dan gak nikmatin masa remaja kamu, sayang. Makanya tante simpan dulu dan rencana akan ngasih tau kamu kalau kamu sudah tamat SMA." Jelas Naira terkait alasannya.

"Sebenarnya masalah ini udah jadi beban buat Lea dari dulu. Setiap hari Lea selalu berharap bisa tau siapa papa Lea, selalu memikirkan cara untuk tau semuanya. Lea selalu penasaran siapa ayah Lea. Lea pengen banget ketemu sama beliau, tapi Lea gak tau bentuk wajah ayah Lea kayak gimana."

"Lea penasaran sebenarnya apa masalah tante sama papa Lea sampai tante coba sembunyiin identitas papa Lea."

"Tante akan ngasih tau kamu tentang semuanya. Tante rasa kamu sudah cukup dewasa untuk tau hal ini."

"Waktu papa kamu menikah sama mama kamu, papanya gak merestui hubungan orang tua kamu. Kurang lebih dua tahun orang tua kamu menjalani pernikahan mereka. Dua tahun itu mereka dikaruniai anak pertama cowok. Setelah kakak kamu berusia satu tahun lebih, mama kamu hamil lagi. Sampai pada mama kamu sudah gak tahan dengan kebencian kakek kamu dan akhirnya memilih pergi tanpa izin dengan keadaan tengah mengandung kamu."

"Mama kamu tinggal bareng tante sampai lahirin kamu. Setelah papa kamu tau mama kamu meninggal saat lahirin kamu, dia sangat sedih. Dia menyalahkan dirinya, merasa tidak becus menjadi seorang suami."

"Untuk mengurangi rasa bersalahnya, papa kamu memohon sama tante untuk pemakaman mama kamu akan dimakamin di pemakaman Melati Garden. Tante jadi merasa kasian sama papa kamu dan tantepun setuju. Setelah pemakaman hari itu, tante langsung pindah ke Surabaya bawa kamu tanpa ngasih tau ke papa kamu."

Selama Naira bercerita air mata Lea terus berjatuhan, mengalir di pipinya. Lea syok mendengar cerita Naira tentang orang tuanya. Sesakit itu mendengar suatu kenyataan tak terduga yang terjadi dalam hidupnya.

ASKARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang