23. Balapan

613 60 0
                                    

Dia yang nantangin,
tapi gak tepat waktu.

-Skaigor-

***

Lea datang dari dapur membawa segelas es teh membuat lamunan sejenak Askara buyar.

"Kok foto lo gak ada di situ?" Tanya Askara menunjuk foto yang terdapat dua orang tua dan satu anak yang diketahui adalah Rafa.

"Itu foto keluarganya Rafa." Jawab Lea sembil meletakkan es teh buatannya.

"Bukannya Rafa adik lo?" Tanyanya lagi sambil melangkah duduk kembali di sofa.

"Emang iya. Adik sepupu gue."

"Terus foto bayi itu?"

"Kalau yang cuma sendirian itu, bukan gue. Kalau yang di gendong sama tante Naira itu gue." Jelas Lea.

Askara mengangguk-angguk. "Tante Naira itu nyokapnya Rafa?"

"Iya."

"Oh iya, kak."

"Btw."

Ucap mereka berdua kompak.

"Lo duluan aja." Ucap Askara.

"Enggak, lo aja yang duluan."

"Yang lebih muda duluan. Lo mau ngomong apa?"

"Gue cuma mau ngomong makasih banyak udah anterin Rafa."

"Sama-sama."

"Panas ya?" Tanya Lea saat melihat Askara membuka jaketnya.

"Iya nih, agak gerah."

"Sore-sore gini emang kadang gerah sih. Atau gue nyalain kipas angin?"

"Gak usah repot-repot. Udah gak gerah banget kok. Oh iya, jidat lo gimana?"

"Udah mendingan kok. Udah gak terlalu benjol juga."

Askara menyeruput es tehnya.
"Tante lo ke mana?"

"Lagi pergi ke bank."

"Emangnya lo gak sadar pas Rafa keluar?"

"Gue ketiduran, soalnya kepala gue agak pusing tadi. Untung ada lo yang nolongin Rafa."

"Kebetulan gue juga tadi lewat sana terus tiba-tiba gue liat Rafa diserempet motor. Gue langsung nolongin dan bawa ke rumahnya sesuai arahannya. Dan ternyata dia adik lo."

"Iya."

"Tadi lo kentara banget sesayang itu sama adik lo. Lo lucu, kayak ibu yang khawatir sama anaknya."

"Ish, gue belum ibu-ibu tau. Gue emang sayang banget sama Rafa. Tadi lo juga khawatir banget pas gue kena bola."

"Gue emang khawatir banget sama lo."

"Lo bolos lagi ya tadi?" Tanya Lea mengalihkan karena sekarang jantungnya berdetak kencang.

"Iya."

"Kalau lo bolos, yang berempat juga ikutan bolos ya?"

"Namannya juga persahabatan. Satunya bertingkah semuanya ikutan."

Lea mengangguk-angguk.

"Lea or--"

Suara dering ponsel milik Askara sontak membuat kalimatnya terpotong yang ingin menanyakan tentang orang tua Lea.

"Kenapa?" Tanyanya setelah panggilan tersambung.

"Lo ke mana sih, dari tadi kita nungguin lo di markas."

"Bentar, gue lagi ada urusan."

"Kalau udah selesai lo ke sini cepat, ada yang nantangin kita balapan."

ASKARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang