47. Menerima Kenyataan

586 42 6
                                    

"Kenapa lo gak bisa nerima cinta gue?"

Lea menunduk tak sanggup menatap Askara yang membuat hatinya sesak karena sebuah harapan yang tidak akan Lea berikan.

"Lea?"

"Kita gak akan bisa bersatu, Kar."

"Gak bisa bersatu kenapa sih, Lea? Apa alasannya? Kali ini gue mohon kasih tau alasannya apa."

Lea terdiam.

"Kenapa diem? Berarti lo gak punya alasan untuk halangin gue cinta sama lo. Kita gak ada perbedaan, gak ada tembok tinggi yang berdiri di tengah kita. Karena kita berbeda kondisi ekonomi? Mau kaya atau miskin, kalau cewek itu berhasil buat gue nyaman gue bakal tetap pilih dia."

"Ini memang bukan soal perbedaan keyakinan atau perbedaan kondisi ekonomi."

"Terus apa alasannya, Lea? Gue frustasi mikirin alasan sebenarnya!"

"Maafin gue, Kar."

"Gue gak butuh kata maaf. Gue butuh denger alasannya kenapa lo nyuruh gue menjauh."

"Itu yang perlu gue denger!!" Tekan Askara.

"Karena--"

"Karena apa? Cepat jelasin! Kali ini gue akan paksa lo!" Desak Askara.

"Kita gak bisa bersatu--"

"GAK BISA BERSATU KENAPA, LEA?" Askara sudah tak bisa sabar dan emosinya yang mulai meluap.

"LEA JAWAB!!"

"KARENA GAK MUNGKIN LO SUKA SAMA SAUDARA LO SENDIRI. GAK MUNGKIN SAUDARA BISA BERSATU DALAM PERCINTAAN ASKARA!" Teriak Lea yang akhirnya terungkap atas alasannya.

Askara terdiam, otaknya seakan belum terlalu mencerna kalimat yang Lea lontarkan sehingga membuatnya tampak bingung.

"Apa maksud lo?" Tanyanya dengan suara pelan yang terdengar pilu.

"Cinta kita terhalang karena adanya ikatan tali persaudaraan di antara kita, Kar. Dan itu yang buat kita gak bisa bersatu." Jelas Lea. Hatinya terasa perih mengatakan hal yang sebenarnya.

Detik itu juga kalimat yang begitu menusuk sampai ke hati Askara yang paling dalam, tenggorokannya seketika tercekat.

"Gak... gak mung..kin."

Askara tertawa getir. "Lo pasti bohong."

"Kenapa gak mungkin kalau hal itu nyata, Kar. Itu yang terjadi sekarang antara gue sama lo. Kita bersaudara, saudara kandung!"

"Gue gak punya saudara perempuan seumuran kayak lo. Gue cuma punya Kila."

"Jadi lo belum tau?"

"Lo tau dari mana tentang ini semua? Kenapa lo bisa beranggapan kita bersaudara? Jangan bikin gue tambah frustasi, Lea." Ucap Askara dengan mengacak-ngacak rambutnya.

"Waktu itu papa lo atau papa gue datang ke rumah membicarakan sesuatu sama tante Naira tepat di hari ulang tahun gue. Tanpa sepengatahuan mereka gue denger semuanya. Awalnya gue gak percaya dan ngira gue salah dengar, tapi semuanya terdengar jelas di telinga gue. Tante Naira juga udah jelasin semua kalau sosok ayah yang dari dulu gue cari ternyata adalah bokap lo, yaitu pak Purnama."

"Jadi kita gak bisa bersatu?" Lirih Askara yang tersirat luka.

"Sebenarnya dari awal-awal gue itu cinta sama lo. Karena gue tau kita gak akan bisa bersatu, makanya setelah gue tau kenyataan tentang kita gue berusaha menghapus semua perasaan gue ke lo. Dan yang harus gue berikan sekarang, perasaan sayang antar saudara. Kakak gue."

ASKARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang