"Nak, siap²"
"Iya, ummi"
"Bagaimana reaksi gadis itu ketika tahu tentang perjodohan ini?apa dia akan memberontak?ataukah menerima dengan lapang dada?sifatnya juga aku tidak tahu seperti apa, semoga dia mau menerimaku apa adanya" gumam Fakhri sambil merapikan jasnya di depan meja
Fakhri berpenampilan sederhana, hanya gamis dengan jas almet univnya dan berharap semoga gadis itu tidak jatuh cinta padanya hanya karena tampang, walau Fakhri sadar tampangnya tak seindah yang lain
Jaksel - Bandung
Disisi lain
"Inayah gak akan tanggung jawab, kalau nanti mulut Inayah tiba² ngucap seenaknya"
"Jaga omongan mu nanti"
"Teh Inuy mau kemana, yah?" tanya adiknya Inayah
Inayah hanya menatap adiknya penuh syahdu, entah bagaimana reaksi adiknya yang masih kecil itu jika tahu bahwa kakaknya akan pergi jauh
"Mau ada tamu, neng"
"Ohh, teteh cantik"
"Neng juga, siap² sana. Ya"
"Oke!" Dinda berlari ke arah ibunya untuk merapikan diri
Ayah Inayah terus memantau agar gadis itu diam
"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatu"
"Sepertinya mereka sudah datang, cepat siap²"
Ayah & Ibu Inayah membukakan pintu rumah mereka, "Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatu, silahkan masuk pak, bu"
"Terimakasih"
Inayah mendengar perbincangan 2 pasangan paru baya itu, tapi dia tidak mendengar suara pria dewasa/yg seumuran dengannya, karena penasaran Inayah mengintip dari jendela kamarnya, dan ternyata
"Siapa laki² itu?"
"Gayanya keren juga, apa jangan² dia?"
"Tapi keliatannya jutek, ogah dih"
"Huh, kemana harus lari ini"
Belum sempat Inayah loncat, ibunya sudah masuk ke dalam kamar
"Astaghfirullah, nak"
"Kamu ngapain manjat jendela luar?!!"
"Sial! Ketauan" umpat Inayah dalam hati
"Turun! Cepet"
Dengan terpaksa Inayah turun dan berjalan menuju ruang tamu untuk menemui calonnya, ketika mereka bertemu dengan Inayah, 100 pujian dilontarkan padanya
"Usia berapa kamu nak?"
"18, bu" jawab Inayah singkat
Fakhri tidak sedikitpun melirik wajah Inayah, terbesit dalam fikirannya bahwa Fakhri membenci wajahnya yang tidak cantik seperti orang lain,namun ternyata Fakhri memberikan jawaban lain
"Silahkan lihat wajahnya, nak. Agar kamu tahu calonmu seperti apa"
"Saya tidak perlu menatapnya seperti itu, ibu. Karena saya tidak ingin merusak wajahnya hanya karena saya tatap, saya hanya akan menatap wajahnya dengan perasaan senang jika dia telah menjadi milik saya"
Jawaban Fakhri cukup memuaskan, tapi hati Inayah tetap sulit menerima hal itu.
"Seperti yang sudah kami bicarakan dua bulan lalu, bahwa perjodohan ini di dasari.."
"Iya pak, kami ingat"
"Jadi, bagaimana nak?"
Inayah terlalu kesal dan menundukkan wajahnya, dia berusaha sabar akan apa yang terjadi
KAMU SEDANG MEMBACA
FAKHRI ✔️
General FictionKisah sederhana tentang seorang ustadz muda yang terlibat janji perjodohan dengan seorang gadis SMA. Akankah semuanya berjalan sesuai rencana? Apakah perjodohan ini benar benar terjalin sesuai harapan? Ataukah ....