09. Aa Kasep

28 5 0
                                    

"Aa bilang rumahnya gak mewah, terus ini apa?!!" Inayah tak habis fikir dengan keinginan suaminya itu, berapa banyak uang yang dia keluarkan untuk membangun rumah ini?

"Karena rumah kita gak bertingkat seperti yang di TV²"

"IH, INI AJA UDAH ALHAMDULILLAH BANGET"

Inayah mendongak ke atas samping kanan untuk melihat wajah Fakhri, maklum saja.. Tinggi Inayah cukup tertinggal jauh dengan Fakhri, sampai² Inayah merasa dirinya lebih mungil daripada kurcaci.

Mereka masuk ke dalam rumah dengan mengucap basmalah dan salam, kemudian Inayah mulai merapikan setiap ruangan, karena walau rumah ini baru selesai dibangun, Inayah tetap tidak merasa nyaman jika belum dirapikan olehnya

"Sini a, biar Inay yang rapihin" Inayah menawarkan bantuannya pada Fakhri

"Jangan, dek.. Biar aa aja yang beresin ini, kamu istirahat dulu aja, semalam aa tau kamu kurang tidur"

"Dih, enggak!"

"Mana, Inay yang beresin!" sambung Inayah sembari menarik kopernya dan koper Fakhri dari genggaman sang suami, lalu bergegas menariknya ke kamar dan merapikan segalanya

Ketika membuka lemari, dia terkejut. Karena ternyata di dalam sana sudah ada beberapa baju milik Fakhri.

"A Fakhri!" Inayah menaikkan sedikit nada bicaranya karena Fakhri ada diluar kamar

"Ada apa,dek?" sahutnya sambil mendekati kamar

"Aa udah pernah tinggal disini?kok gak cerita ke Inay?" dia membalikkan tubuhnya dan memasang wajah cemberut

Fakhri terkekeh kecil melihat tingkah Inayah yang begitu manis, dan dia masih terdiam, belum memberikan respon karena sedang memilih kosakata yang baik dan benar agat tidak terjadi kesalahpahaman

"Dek, aa pernah tinggal disini tapi gak lama. Seminggu sebelum hari pernikahan, aa mutusin buat datang dan ngecek rumah ini apakah sesuai ekspetasi atau gimana, ternyata lebih daripada itu, di tambah aa gak mau aja adek kecapean beresin rumah ini, jadi dua hari lalu aa beresin rumah ini terlebih dahulu biar pas kita sampai, rumahnya gak terlalu kotor." Fakhri menjelaskan segalanya sembari merangkul Inayah yang sedari tadi cemberut entah kenapa, di ujung kalimat, Fakhri menundukkan kepalanya dan membuat kepala Inayah berhadapan langsung dengan dirinya,hal itu membuat Inayah mleyot ditempat.

"Oh, gitu" Inayah mengangguk faham lalu mencium aroma parfum Fakhri dengan rakus

"Parfum aa wangi!" pujinya

"Makasih, habibati"

"Sama - sama, tapi.."

Inayah menggantungkan kalimatnya, membuat Fakhri penasaran dengan apa yang akan terjadi selanjutnya, dia perlahan melepas rangkulannya dan merubahnya menjadi tatapan tajam, kedua tangannya memegang bahu Inayah dan tubuhnya sedikit membungkuk agar setara dengan sang istri.

"Tapi, apa?"

Tidak langsung menjawab, Inayah sempat terdiam untuk memikirkan kalimat yang baik dan benar agar tidak terlihat menggila, dan alasan lainnya karena dia syok ditatap tepat oleh Fakhri

"Gak jadi dehh" jawabnya enteng

Fakhri menggelengkan kepalanya perlahan, lalu mengelus lembut ubun² Inayah

"Gak kepo?"

"Kepo kenapa,hm?"

"Inay kan tadi bilang gak jadi"

Fakhri mengangguk faham, ternyata istrinya itu sedang melakukan per kode an, "kenapa tuh kira²?"

"Sebenernya gak kenapa napa, Inay tadinya mau minta parfum aa. Cuma Inay fikir, Inay juga ada parfum, jadi Inay gak jadi minta deh"

FAKHRI ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang