16. Kecewa

15 3 0
                                    

"Tadi kan aa udah bilang, biar aa anter"

Inayah terus mengusap lututnya yang memar akibat terjatuh di dekat ruang tamu,dengan sigap Fakhri menggendong Inayah ke kamar.

Kedua netra coklat indah itu bertemu di satu titik yang sama, detak jantung yang tak beraturan dengan wajah yang memerah, hal itu membuat Fakhri gemas dan ingin menerkam Inayah.

Fakhri menurunkan Inayah di kasur, dia duduk di samping kasur dengan tatapan yang tak lepas dari wajah merah Inayah

"Humairah."

Panggilan selembut itu membuat hati Inayah luluh lantah, dia langsung mleyot ditempat

"Kok bengong?"

"Enggak"

"Terus kenapa aa manggil gak di jawab?"

"Iya, apa?" jawabnya singkat membuat Fakhri terkekeh kecil dan mengelus ubun - ubun Inayah.

-

-

-

-

"Bukan gitu maksud Avan,om"

"Lalu apa?"

"Pernah Avan tanya Inay, apa dia serius mau lanjut kuliah? Tapi jawabannya buat Avan kebingungan."

Pak Rahman mengangguk-angguk faham, dia merapihkan kumis putihnya sembari mondar - mandir, berusaha mencari ide agar Fakhri memberikan kepastian.

"Yasuda, Van. Begini saja, kamu jangan tanya Inayah dulu apakah dia mau lanjut atau tidak, juga mau masuk Univ mana"

"Kamu rencanakan dulu segalanya sebelum kamu tanya lagi. Setelah semuanya siap, barulah kau tanyakan, apa benar dia mau lanjut kuliah? Ataukah tidak."

"Kalau gitu, makasih om"

"Avan pamit, assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumussalam."

Sejak saat itu, Fakhri terus sibuk mengurus perkuliahan Inayah, dan tentu saja ini dilakukan tanpa sepengetahuan Inayah. Berkali-kali Inayah bertanya kenapa belakangan ini dia begitu sibuk dengan gawainya daripada mengajari santri? Tapi Fakhri hanya menjawab enteng, "Banyak deadline"

"Teh Nia mau masak, ya? Inay bantu boleh?"

Seketika nada bicara Kania berubah menjadi lesu, kesal karena urusannya dicampuri oleh Inayah.

"Eh teu kedah, Neng"

"Gak apa apa atuh, Teh. Kan ini makanan buat santri? Inay juga mau kecipratan pahalanya" jawab Inayah ramah dan sangat bersemangat

"Ya udah atuh, Neng Inay mah bantu mba disini aja weh ya, ngeladenin yang jajan ke kantin. Biar masalah masak mah sama Neng Nia aja"

Inayah mengangguk faham dan pergi ke kantin untuk bergiliran jaga.

"Assalamu'alaikum, mba Vina saya ma-"

"Astaghfirullah!"

Suara di dapur menjadi ricuh, Inayah yang sedang menjaga kantin langsung pergi ke dapur dan melihat sesuatu yang tidak bisa ia terima.

"Afwan, Kang. Saya gak sengaja"

Kania membersihkan jas yang sedang Fakhri pakai, dengan beralasan bahwa makanan itu tumpah karena dia tidak hati-hati.

FAKHRI ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang