28. Antara Hukuman Dan Dendam

13 4 35
                                    

Hai hai hai💖
Ayo tekan bintang gais, hitung-hitung absen👇👇👇

Happy reading-!

Happy reading-!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



-

-

-

"Sudah satu bulan lebih ditinggalkan, mungkin baterainya sudah habis,"

"Saya mau kesana sendirian, ustadz tolong jangan bilang bil-"

"Jangan gegabah. Kamu perempuan. Hal-hal buruk bisa terjadi padamu kapan saja."

"Tapi saya lebih gak rela kalau sahabat saya diginiin,"

"Biar saya yang cek sendiri...."

Kalimat itu terhenti di kerongkongan Fakhri, sesaat dia menoleh ke arah Inayah yang sedang sibuk memasak makanan untuknya. Fakhri tau, itu hanyalah sebuah pengalihan isu supaya dia tidak terlalu memikirkan soal keselamatan Inayah, tapi sampai kapanpun, janji adalah janji. Fakhri akan selalu menjaganya, walau nyawalah taruhannya.

"Jangan terburu buru."

"Assalamu'alaikum,"

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatu,"

Sambungan telepon telah terputus. Fakhri menghela napas berat, pandangannya masih tertuju pada gadis mungil yang sedang sibuk dengan urusannya, tanpa sadar, hati Fakhri gelisah memikirkan hal yang belum tentu terjadi.

"Ampuni saya Ya Allah, karena telah meragukan takdir manis-Mu,"

"Siapa yang telepon? Bisik bisik pula,"

Inayah membalikan tubuhnya menghadap Fakhri.

"Siapa ya?" balas Fakhri dengan nada jahilnya.

"Pacar ya!" Inayah menatapnya tajam ditambah senyuman smirk yang membuat perut Fakhri geli.

"Pacar saya disini," jawab Fakhri enteng.

Inayah mengetuk-ngetuk dagunya menggunakan jari telunjuk menandakan kalau dia sedang berpikir, "Ayah? Sepupu kamu?"

"Kamu?" Fakhri menaikan sebelah alisnya dan menatap Inayah heran, hal itu sontak membuat Inayah memukul mulutnya, "Lo udah mengundang singa, Nay!"

FAKHRI ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang