23. Nasi Kotak

14 4 12
                                    

"Segala perbuatan akan dicatat sebagai amal shaleh, terkecuali bagi mereka yang lalai."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


-

-

-

-

-

"Bismillahirrahmanirrahim."

Suara Fakhri terdengar gugup, sangat gugup. Tiba-tiba saja dia mengingat kejadian tadi, sebetulnya wajar saja jika dia melakukan kesalahan, toh ini pertama kalinya dia mengisi acara kajian offline di masjid besar, tapi lupa melepas alas kaki ketika hendak memasuki masjid adalah hal yang konyol, untunglah ada yang menegurnya sebelum dia melangkah lebih jauh, hahaha!

"Ustadz Fakhri ganteng banget, walau lagi tremor gituuu" puji salah satu gadis di samping Inayah yang sedari tadi sibuk dengan gawai miliknya itu.

"Iya woi! Imut banget wajahnya, baby face gituu" sambung temannya

Laki-laki itu tengah sibuk menetralkan pernapasannya ketika yang lain sibuk bergosip, hatinya terus berdzikir, "Kenapa tiba-tiba gugup begini?" batin Fakhri


"Hadeh, kenapa tremor begitu dah?" rasanya Inayah ingin tertawa terbahak-bahak melihat wajah Fakhri yang setengah panik itu, menurutnya wajah Fakhri akan terlihat sangat menggemaskan ketika dia gugup.

Sepertinya jika tidak ditegur, gadis gadis itu akan terus memuji Fakhri dan melupakan tujuan mereka untuk mencari ilmu. Apa jangan jangan niat mereka datang ke kajian ini hanya karena ingin bertemu dengan Fakhri? Entahlah. Jangan suudzon begitu.

Fakhri tertunduk selama beberapa saat, tangan kanan yang memegang mic kini bergetar ketika mengingat kejadian sebelum memasuki masjid, sesekali dia menggelengkan kepalanya berharap agar memori itu hilang dari ingatannya, senyuman tipis terukir di wajah rupawan miliknya itu, "Ya Allah, ada apa dengan hamba-Mu ini?" gumamnya dengan tawa kecil di akhir kalimat.

"Sepertinya ustadz sedikit gugup ya, karena jema'ah di masjid ini banyaknya bukan main," kekeh MC

"Mangga ustadz, di minum dulu airnya,"

Seluruh jama'ah kompak mentertawakan Fakhri, maklumlah, dia ustadz milenial yang sifat unyu-unyu nya masih melekat, bahkan, ibu-ibu yang ada di jajaran saf depan pun tak henti-hentinya memuji Fakhri dengan berbagai pujian, para gadis yang ada di saf belakang itupun tak mau kalah dengan ibu-ibu.

FAKHRI ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang