"Siapapun yang memberimu perlindungan, maka disana lah kasih sayang Allah berada"
- M. Alvin Fakhri -
-
-
-
-
-
Selesai menandatangani semua surat², Inayah duduk untuk menyambut para tamu yang ada,dia duduk persis disamping kiri ust. Fakhri
"Tadz"
"Hm?" Fakhri mendekatkan kepalanya pada Inayah
"Bisa gak kursi kita dipindah ke belakang?"
Fakhri mengerutkan dahi, dan melirik ke arah Inayah dengan sejuta tanda tanya.
"Jangan salah faham, tadz. Tapi jujur Inay selalu grogi di depan umum, kemarin aja pas pidato acara perpisahan, tangan Inay geret² sampai tremor"
Fakhri benar² mood hari ini, mendengar istrinya yang sudah sangat lega untuk berbagi cerita dengannya, ketambah lagi dia dapat memandangi wajah cewek itu yang geulis pisan dengan puas.
"Tadz"
"Iya, habibati?"
Inayah memutar bola matanya sembari mengulum bibirnya dalam dalam, berusaha menahan rasa baper yang datang detik itu juga.
"Panggil aja Inay!" cewek itu mempertgas kalimatnya supaya tidak mengundang rasa baper
"Iya, dekkk" jawab Fakhri gemas.
"Tuhkan! Lupa mau nanya apa!!" sambung Inayah menggebu-gebu,matanya menunjukkan kekesalan yang cukup besar, ketambah lagi wajah suaminya itu terlalu tampan dan hatinya mudah sekali tertarik.
"Ya udah, kamu ingat² lagi mau nanya apa, ya?" tanya Fakhri dengan nada lembut, sontak jantung Inayah berdebar kencang tak karuan.
"Inay mau makan" ucapnya sembari pergi meninggalkan Fakhri sendirian, sementara Fakhri sibuk menahan rasa gemas karena tingkah istrinya itu
Inayah kembali dengan wajah berseri-seri, dia membawa dua piring sekaligus dengan isian lengkap, Fakhri sempat berfikir kalau Inayah membawakan piring itu untuknya juga.
"Dek? Kamu habisin semua?" tanya Fakhri sembari mengerutkan dahinya, berusaha positif thinking dengan apa yang terjadi.
"Ih, ustadz ini, ada ada aja! Masa Inay se rakus itu? Ya walau Inay suka makan cuanki mang Asep 2 porsi, tapi kalau makanannya kayak gini, Inay gak sanggup!" jawab Inayah berterus terang membuat Fakhri sangat terkesima
"Ini buat ustadz satu, soalnya Inay tau gimana rasanya laper dan gugup dateng bersamaan!" sambungnya yang membuat Fakhri semakin gemas
"Iya"
Selang beberapa menit setelah keheningan yang damai, Inayah kembali memanggil Fakhri.
"Tadz?"
"Iya?" Fakhri tetap menjawab panggilan Inay dengan lembut
"Kalau, ustadz gak mau habisin tahunya, buat Inay boleh??" tanya Inayah sembari memasang wajah imut. Tak tahan dengan sikap istrinya itu, Fakhri langsung mengangguk faham dan menyodorkan piringnya, terlihat dari wajah Inayah bahwa dirinya begitu bahagia ketika mendapatkan dua potong tahu tambahan dari Fakhri, merasa keinginannya dipenuhi begitu saja, Inayah memberikan tawaran pada Fakhri.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAKHRI ✔️
General FictionKisah sederhana tentang seorang ustadz muda yang terlibat janji perjodohan dengan seorang gadis SMA. Akankah semuanya berjalan sesuai rencana? Apakah perjodohan ini benar benar terjalin sesuai harapan? Ataukah ....