"Jika kau tidak bisa berkata hal baik, maka diam lah."
-
-
-
-
-
"Lo dapet kado lagi, Nay?"
Selama tiga bulan terakhir, laki-laki itu terus saja menghantui Inayah dengan cara memberi berbagai macam hadiah, entah apa yang dia inginkan.
"Seperti biasa, ini buat lo, La." jelas Inayah lesu dan menyodorkan hadiah itu pada Ardila
"Nggak ah! Kosan gue udah penuh sama kado kado ini,"
"Kenapa gak coba lo simpan aja?"
Inayah mengerut kesal, "Masa iya gue simpan!"
"Ini ... Memang salah gue seutuhnya,"
"Gue yakin, a Fakhri udah tau tentang Angkasa."
Inayah menghela napas berat, dadanya kini terasa seperti sedang dibakar.
"Gue gak dengerin saran lo, inilah akibatnya."
Ardila sudah mengenal Inayah cukup baik, dia bahkan sudah bisa memahami kondisi fisik Inayah yang mudah sekali down jika terlalu banyak berpikir.
"I-ini bukan salah lo 'kok!"
"Udah lah, gak usah di pikirin, Nay."
"Lagipula, ini bukan waktunya kita saling menyalahkan diri, tapi ini waktunya buat mengakhiri kegilaan Angkasa!" jelas Ardila penuh percaya diri
Inayah merasa sangat bersalah, bahkan dia tak sanggup berkata sepatah katapun karena sibuk memikirkan perasaan Fakhri yang sudah pasti sangat hancur.
"Aa, maafin Inay." batinnya berakhir,
Kegiatan kampus telah berakhir.
"Ayo, Nay! Gue yang bonceng lo sekarang!"
Langkah Inayah terasa begitu berat, timbul perasaan takut ketika ia melihat kalau ternyata ....
"Angkasa ...."
Laki-laki itu berlari layaknya bocah lima tahun yang berhasil menemukan ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAKHRI ✔️
General FictionKisah sederhana tentang seorang ustadz muda yang terlibat janji perjodohan dengan seorang gadis SMA. Akankah semuanya berjalan sesuai rencana? Apakah perjodohan ini benar benar terjalin sesuai harapan? Ataukah ....