03. Kecerdikan

35 12 0
                                    

"Ziana, kita lewat jalan kantin belakang aja!"

"Soalnya males kalau lewat depan, ada OSIS yang jaga,"

"Ntar ku bantu deh biar kau bisa manjat," sambung Inayah sedikit menekan

"Ogah banget aku manjat dinding setinggi itu, mau pegangan kemana?"

"Aelah, kan ada tiang? Ya pegangan kesitu lah!"

"Cepat, dah ngaret banget nih, kau dulu yang naik baru aku, oke?"

Inayah mempersilahkan sahabatnya Ziana untuk memanjat lebih dulu, tapi sepertinya Ziana tidak berani memanjat.

"Halah lama, yauda aku duluan, ntar pegang tanganku oke?!"

Ziana hanya mengangguk

Inayah memanglah anak rajin, dia bukan hanya pintar tapi juga cerdas, keahliannya terlalu pro untuk disebut anak SMA.

"Inay! Kamu ngapain ngelilit sabuk kesitu?!!"

"Biar kagak jatoh, mana sabuk kau?"

"IDIH, OGAH!"

"Cepet lah wei, bentar lagi pak Anton masuk kelas, apes kalau kita ketauan!"

Ziana terpaksa melepas sabuknya dan menyerahkannya pada Inayah, entah apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Cepat, pegang tangan gue!"

"Gak akan jatoh?"

"Enggak"

"Paling nyungsruk" sambung Inayah menakut-nakuti Ziana

"Ah gamau!"

"Eh, cepetan!"

"Awas kalo jatoh!"

"GA AKAN NENENG!"

Dari kejauhan, ada seseorang yang tidak sengaja memantau aktivitas ilegal itu, "itukan, Inayah?"

Dia menutupi wajahnya dengan helm, agar tidak terjadi kerumunan massal, netra coklatnya terus memandangi gadis kelas 12 itu, ternyata betul apa kata sang calon mertua, bukan hanya cerdas, tapi Inayah juga cerdik.

"Tingkahnya benar² tidak bisa ditebak, apa sebaiknya aku tegur dia?"

"Tidak, aku pantau saja dari sini,dengan begitu sifat aslinya akan terlihat jelas"

Inayah sibuk memegang dan menurunkan Ziana perlahan, setelah Ziana turun, barulah dia turun dan melepaskan kedua sabuk itu dari tempat ia melilitkannya.

"Dia gadis yang peduli dengan orang lain, kecerdikannya cukup bagus, tapi semoga kedepannya dia bisa menghindari hal² buruk itu". Fakhri berhenti memantau dan pergi meninggalkan sekolah itu.

Bruk!

" Ziana, kamu gak kepeleset kan?"

"Enggak"

"Oke, tunggu, jangan kemana mana"

Inayah membereskan segala bukti yang dapat membuatnya dihukum, setelah itu baru mereka pergi ke kelas tanpa menyapa siapapun.

"Darimana kalian?" tegur salah satu guru yang entah darimana asalnya

Netra coklat terang itu tak sengaja menatap lurus mata guru yang seharusnya tidak dia tatap

"Ehhh, bu Yuna"

"Hm??? Darimana kamu Nay?!"

"Eh, anu bu. Itu tadi tas Inay ketinggalan di toilet belakang, soalnya Inay gak langsung ke kelas karena ada urusan sama bu kantin"

Mata belo bu Yuna memperhatikan Inayah dan Ziana dengan tajam, pasalnya sebaik apapun murid disana, mereka tetaplah murid yang terkadang nakal

"Apa itu di tanganmu?"

FAKHRI ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang