MENGANDUNG KATA-KATA KASAR!
AWAS TYPO MENODAI MATA!Eljio bingung dengan kehidupannya, dia jadi merasa nyaman dengan dunia ini. Apa yang harus dia lakukan sekarang, alur di Novel ini sudah berubah total. Dia jadi tidak tahu sampai adegan mana Novel ini tamat.
"Hm, gimana cara gue namatin ini Novel biar bisa pulang." gumamnya yang sekarang sedang berbaring di atas rumput taman.
"Jangan-jangan gue udah inalillahi lagi, terus gue harus apa anjir!" Eljio bingung, anak itu berguling-guling sampai membuat Galuh yang baru saja tiba merasa bingung, sekaligus khawatir saat melihat Eljio berbaring di atas rumput.
"Dek bangun-bangun, banyak kuman!" pekik pria itu sambil menarik tangan Eljio.
"Astaga bang, lo rusuh banget sih."
Eljio berdecak kesal saat Galuh menarik pergelangan tangannya, pria itu terlalu lebay. Rebahan di rumput saja sampai tidak boleh, padahal berbaring di atas rerumputan itu adalah hal yang menjadi favorit bagi Eljio.
"Jangan nyari penyakit deh." celetuk Gara tiba-tiba.
Eljio hanya berdecih mendengar ucapan Gara, toh jika dia sakitpun tidak akan merugikan siapa-siapa.
"Dahlah mau main aja gue, bang minjem rang rover punya abang ya." pinta Eljio dengan ekspresi selembut mungkin.
"Oke, tapi abang ikut ya."
"Abang ngapain ikut! Mau cari cewek ya. Mentang-mentang kagak laku. "
Tuk
Bibir tipis Eljio di sentil pelan, Galuh yang menjadi tersangka menatap datar sang adik. "Enak aja kalau ngomong, gini-gini juga banyak yang ngantri dek. Satu kelurahan malah."
Eljio mencibir. "Iya banyak, yang umurnya 50 tahunan iya. Kan bang Gara."
Gara yang namanya di sebutkan seketika linglung, sampai dua menit kemudian akhirnya dia menjawab.
"Iya dek."
"Jahat banget sih dek sama abang, dah ah abang pundung nih." Galuh melangkah pergi membuat Eljio terkikik geli melihatnya, sedangkan Gara hanya menggelengkan kepalanya saat melihat tingkah abang ketiganya.
Setelah itu Eljio melirik kearah Gara.
"Bagi duit dong." Eljio mengulurkan tangannya di hadapan Gara.
"Jangan pelit, nanti kuburannya sempit." lanjutnya kembali.
"Untuk apa."
Eljio langsung menunjuk kearah gerbang dimana ada tukang cilok yang berhenti. "Mau beli cilok, cepet dah nanti tukang ciloknya keburu pergi."
Gara menatap datar kearah gerbang kemudian menyilangkan kedua tangannya di depan dada.
"Untuk apa membeli makanan tidak sehat." celetuk Gara.
"Bilang aja kagak punya duit lo! Dahlah gue mau minta aja ke si Arga."
Mendengar hal itu Gara langsung mencekal tangan Eljio, tentu saja dia tidak ingin jika Eljio menganggap kembarannya itu lebih baik dari dirinya.
"Ck, oke abang kasih." Gara mengeluarkan selembar uang merah dan memberikannya kepada Eljio.
"Nah gini kan enak, yaudah gue pergi dulu ya."
"Abang ikut."
Eljio menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Jangan! Nanti tukang ciloknya kabur!"
"Kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Incredible Figure [Selesai]
FantasyEljio Aldebaran tidak mengira jika dia akan bertransmigrasi ke dalam tubuh remaja bernama Alvaizi Eljio Brawijaya, tokoh figuran di dalam Novel My Life. Yang paling memuakkan Alvaizi bukan figuran yang baik melainkan figuran antagonis yang kisahnya...