Part 38

41.2K 4.1K 464
                                    

MENGANDUNG KATA-KATA KASAR!
AWAS TYPO MENODAI MATA!

Kalau mau lagu di atas bisa di puter)

Mati saja kau sialan.

Tak pernah terbayang oleh Marcello sebelumnya, jika kalimat yang dia lontarkan waktu itu benar-benar menjadi kenyataan. Tuhan mendengar ucapan buruknya kepada sang anak dan berakhir mengabulkannya. Sekarang semesta seolah menghukumnya dengan cara mengambil sebagian kehidupannya, Dia. Alvaizi Eljio Brawijaya.

Anak bungsunya yang selama ini dia sia-siakan sudah berpulang ke pangkuan tuhan. Langit seolah tahu kesedihan semua orang, tetesan-tetesan air hujan membasahi bumi dan seisinya. Tak terkecuali mereka yang sekarang mengelilingi sebuah pusara yang masih baru. Tanpa berpamitan, Eljio meninggalkan sejuta kesedihan untuk orang-orang di sekitarnya.

Rangga merasa tuhan kembali mengujinya dengan cara mengambil orang yang paling dia sayangi, Eljio satu-satunya orang yang dapat membuatnya tertawa lepas dan juga menjadi satu-satunya orang yang membuatnya hancur. Betapa sakitnya Rangga saat sang ayah datang mendekapnya dan mengatakan jika dia harus mengikhlaskan Eljio yang sudah pergi ke pangkuan tuhan, sekarang dirinya hanya sendiri di dunia ini.

Marcello berlutut di hadapan pusara sang anak sambil menunduk, dia tidak berani menatap foto sang anak yang berada di depannya. Dia merasa tidak pantas, bahkan untuk sekedar menaburkan bunga saja dia tidak berani. Si kembar Arga dan Gara keduanya menangis tersedu-sedu, bahkan kini kedua mata mereka terlihat sangat bengkak. Lucas, pria dingin itu terlihat miris dengan kedua mata bengkaknya. Daniel dan Galuh, kedua orang itu mengapit Marcela dan menenangkan wanita itu yang tidak berhenti menangis sejak kemarin malam.

Bugh!

Bugh! Bugh!

"INI SALAH MU MARCELLO! SALAH MU SIALAN!" Rama yang baru saja datang langsung memukul Marcello dengan brutal.

"BAJINGAN! SUDAH KU KATAKAN JIKA KAU TIDAK MENGINGINKAN ELJIO BERIKAN DIA KEPADA KU!"

Marcello hanya pasrah saat pukulan demi pukulan mengenai wajah dan perutnya, tidak ada perlawanan sama sekali dari dirinya.

"HIKS APA YANG KAU LAKUKAN KEPADA ANAK KU MARCELLO! KEMBALIKAN ANAK KU KEMBALIKAN!" Marcello masih tetap menunduk saat sang kakak berteriak di depannya. Air mata Marcello mengalir deras bersamaan dengan pingsannya Marcela dan Diana.

"Maafkan aku, maaf-maaf maafkan aku hiks maaf." Marcello membungkuk, dia tidak kuat lagi menahan isak tangisnya.

"Eljio maafkan Daddy, maaf-maaf maafkan Daddy nak, maaf."

Setengah jam kemudian semua orang pergi, hanya Marcello yang masih berada di samping pusara sang anak. Eljio di makamkan di samping Mansion Brawijaya, lebih tepatnya taman terakhir yang di kunjunginya.

Suara guntur semakin keras dan hujan juga semakin deras, namun Marcello sama sekali tidak ingin meninggalkan tempat peristirahatan sang anak. Dari lantai dua Marcela hanya menatap kosong kearah Marcello yang memeluk nisan Eljio.

"Kenapa Eljio tega ninggalin Mommy." lirih Marcela.

Di markas Garuda, sang ketua di kejutkan dengan kabar buruk dari salah satu anggotanya. Jika anak yang selalu dia ganggu kini sudah pergi ke pangkuan Tuhan. Air mata Gervano tiba-tiba menetes saat mengingat percakapan terakhirnya dengan Eljio, tak terpikir olehnya jika hari itu adalah hari terakhirnya bertemu dengan Eljio.

"Lo kenapa pergi tanpa pamit Eljio, lo ninggalin kenangan gak seberapa di hidup gue." Gervano menyenderkan tubuhnya ke dinding, pria itu mendongak menatap langit yang begitu mendung.

Incredible Figure [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang