MENGANDUNG KATA-KATA KASAR!
AWAS TYPO MENODAI MATA!Setelah kesalah pahaman tadi pagi Eljio menjadi tidak akur dengan keduanya, seperti waktu pertama kali dia terlempar ke tempat ini. Anak itu sekarang sedang duduk di atas pohon mangga yang berada di taman belakang, dia lebih baik menyendiri dan menghilang daripada bertemu dengan para karakter Novel menyebalkan.
"Cih! Seharusnya gue sadar dunia ini gak nyata, anjing! Mau mati aja rasanya."
Sampai waktu menunjukkan pukul enam sore, tapi anak itu masih belum mau turun. Sampai akhirnya matahari benar-benar tenggelam dan Eljio langsung turun kemudian pulang ke Mansion.
Dia sampai di Mansion saat waktunya makan malam, jantungnya berdetak cepat saat dia sampai di depan gerbang.
"Astaga den Jio, darimana saja. Tuan Marcello sedari tadi marah-marah nyariin aden." ekspresi khawatir bercampur takut terlihat jelas di wajah pak Agus.
Yang di tanya malah cengengesan tidak jelas, sambil menggaruk pipinya yang tak gatal. Eljio mengatur nafasnya perlahan sebelum masuk ke kandang penderitaan.
"Tarik nafas lalu hembuskan, tariiik dan hembuskaaan. Calm down Eljio kalau mereka kasar tinggal pukul tendang, pukul tendang." ucapnya sambil memukul dan menendang angin.
Pak Agus yang mengekor dari belakang sama takutnya dengan anak itu, sampai mereka di depan pintu utama. Suasana terasa semakin menegangkan, aura-aura mengerikan tiba-tiba terasa, bulu kuduk Eljio meremang seketika.
Saat pintu terbuka yang pertama kali Eljio lihat adalah Gara, tatapan pria itu begitu tajam seperti ujung pedang. Eljio merasa takut, apalagi sekarang dia di seret ke ruang keluarga oleh Gara. Sampai di ruang keluarga dia melihat sebagian keluarganya berkumpul dengan aura suram.
Eljio menatap kesal kearah sang nenek yang tersenyum puas melihatnya di seret layaknya sapi kurban.
"MAK LAMPIR SATU ITU! AWAS AJA LU GUE SANTET MATI LU!" batin Eljio.
Gara dengan tidak berperasaan mendorong Eljio ke lantai, Eljio mengira-ngira sepertinya sang abang mempunyai dendam kepadanya.
"Gara jangan kasar-kasar." peringat Marcela.
"Galuh bawa Mommy mu pergi." Galuh terdiam mematung setelah mendengar ucapan Marcello.
"Tapi-"
"DADDY BILANG PERGI!"
Galuh langsung membawa Marcela pergi, walaupun wanita itu sedikit memberontak tapi dengan bantuan Adam. Dia bisa membawanya pergi ke lantai dua, yang tersisa di ruang keluarga hanya Marcello, Lucas, si kembar dan Marlina.
"Darimana saja kau?" suara yang amat dingin itu menggema di telinga Eljio.
Eljio perlahan berdiri dan menepuk-nepuk celananya sambil menggrutu tidak jelas. Sampai bentakkan dari Lucas membuatnya langsung mendongak.
"ALVAIZI ELJIO BRAWIJAYA!"
"BERISIK ASU!" bukannya takut, anak itu malah menjawab dengan kasar. Marlina sendiri sampai kaget, karena lagi-lagi dia melihat keberanian Eljio melawan keluarganya sendiri.
Marcello terlihat murka dan langsung saja mencengkram kuat rahang Eljio.
"KEMANA SAJA KAU HAH!" bentak Marcello.
"WALI KELAS MU MENELEPON! DIA BILANG KAU SAMA SEKALI TIDAK MASUK KELAS! KEMANA SAJA KAU BODOH!" Eljio hanya berdecih kesal, ternyata wali kelasnya cepu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Incredible Figure [Selesai]
FantasyEljio Aldebaran tidak mengira jika dia akan bertransmigrasi ke dalam tubuh remaja bernama Alvaizi Eljio Brawijaya, tokoh figuran di dalam Novel My Life. Yang paling memuakkan Alvaizi bukan figuran yang baik melainkan figuran antagonis yang kisahnya...